Rama Abimana, seorang pengusaha mudah yang di khianati oleh tunangannya sendiri. Dia dengan sengaja berselingkuh dengan sekretarisnya karena alasan yang tak masuk akal.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membalas dendam dengan menikahi seorang wanita secepatnya.
Siapakah wanita yang beruntung di nikahi oleh seorang Rama Abimana?
Seorang pengusaha muda terkaya sekaligus pewaris tunggal perusahaan besar Abimana Corporation.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
David segera melajukan motornya untuk menghampiri mobil itu, namun dirinya kalah cepat karena motornya mendadak sulit distarter.
David yang tak mau menyerah akhirnya mengikuti mobil itu dari belakang, ia sengaja tak terlalu dekat dengan mobil itu agar yang didepan tak menyadari kalau ada yang mengikuti mereka.
Setelah hampir satu jam dalam perjalanan, mobil itu berhenti disalah satu rumah besar bertingkat yang tak asing baginya. Ya, itu rumah Istrinya sendiri.
"Jadi Mama yang membawa paksa Vika pulang." David bergumam dikejauhan.
Tak ingin menyerah dengan keadaan, terlebih sekarang Vika sudah menjadi tanggung jawabnya.
Sebagai Suami ia tetap harus mempertahankan Istrinya bagaimana pun caranya.
Ia kembali melajukan motornya menuju gerbang mewah nan kokoh itu.
Ada sedikit rasa ciut dihati saat dirinya hanya bisa memberinya tempat tinggal dengan gerbang yang sudah berkarat, dan itu pun masih dalam masa cicilan.
Sesampainya didepan gerbang ia segera membunyikan klaksonnya beberapa kali, namun tak ada yang meresponnya sama sekali.
Merasa kesal karena sudah diabaikan akhirnya dengan terpaksa ia menghantamkan motornya beberapa kali hingga gerbang itu terjungkal dengan motornya yang tak kalah ringsek dibagian depan.
Ia segera memasuki halaman rumah lalu menggedor pintu rumah besar itu, hingga tak berselang lama Mama Susan datang menghampirinya.
"Kamu udah gila ya? Berani sekali kamu merusak gerbang rumahku? Emangnya kamu sanggup menggatinya kalau saya minta ganti rugi?" Mama Susan berkacak pinggang meremehkan David.
"Saya melakukan semua itu demi menyelamatkan pernikahan saya, saya tau Mama menculik Vika kan? Kenapa seorang Ibu tega menculik Anaknya sendiri yang tengah hidup bahagia bersama Suaminya?"
"Hidup bahagia katamu? Coba kamu bercermin? Kebahagiaan seperti apa yang bisa kamu berikan pada Anakku?" Mama Susan berkata dengan mata yang hampir keluar seluruhnya.
"Walaupun saya gak bisa memberi kebahagiaan lewat materi, tapi setidaknya Vika tak pernah kekurangan kasih sayang semenjak tinggal sama saya."
Mama Susan yang hendak kembali buka suara tiba-tiba urun saat melihat sebuah mobil mewah yang tak asing memasuki pekarangan rumah.
Si pemilik segera turun dari mobilnya seraya menggandeng seorang wanita yang nampak berkelas bak Ibu-ibu sosialita.
"Wah.. wah.. hebat juga nyali kamu sampai berani merusak gerbang rumah orang." Rama bertepuk tangan seolah memberi selamat pada David.
"Kamu gak usah ikut campur sam urusan keluargaku." David mencengkram kuat kerah baju Rama.
"Kamu yakin gak butuh bantuanku buat membawa pulang kembali Istrimu itu?" Rama berkata tanpa melawan sedikitpun, tangannya masih fokus melingkar dipinggang Syarin.
"Aku sama sekali gak butuh bantuan kamu, aku bahkan bisa merobohkan gerbang itu, jadi bukan hal sulit bagiku untuk menerobos masuk kedalam rumah ini, dan kembali membawa pulang Istriku."
"Ya sudah kalau kamu lebih suka menyelesaikan urusanmu dengan keributan, aku cuma mau menegaskan kalau aku sudah tak mengharapkan Vika sama sekali, mulai sekarang aku akan fokus menjaga Istriku sendiri yang bahkan lebih cantik dari Vika jika dirawat dengan baik." Rama berkata sambil sedikit mencebikan bibirnya.
"Jadi Bu Susan, dengan hormat saya memohon agar anda mengembalikan Vika sama Suaminya, karena apa yang anda lakukan gak akan membuat saya mau kembali sama Vika, terlebih Vika kini sedang mengandung benih orang lain." kali ini Rama menoleh pada Mama Susan yang hanya bisa berdiri mematung menatap Syarin dari atas sampai bawah.
"Tapi Nak Rama, bukankah selama ini Nak Rama sangat mencintai Vika, bahkan sampai sekarang Nak Rama masih membantu Vika secara diam-diam." jawab Mama Susan tak ingin menyerah.
"Saya melakukan semua itu sebagai rasa terima kasih saya sama Vika karena dia sudah mau menemani masa kecil saya, tapi kalau anda keberatan saya tak akan melakukan hal itu lagi." ancam Rama.
"Enggak.. Enggak.. bukan itu maksud saya, saya cuma mau membalas kebaikan Nak Rama dengan mengembalikan Vika ketempat yang seharusnya."
"Terima kasih atas perhatian anda, jadi sekarang kembalikan Vika ketempat yang seharusnya."
"Sungguh? Vika bisa kembali ketempat yang seharusnya ia berada sekarang?" Mama Susan semeringah karena mengsalah artikan ucapan Rama.
"Ya, kembalikan Vika kerumah David, karena disanalah seharusnya dia berada." Rama menjawab sambil menarik rangkulannya pada Syarin untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.
Sementara ekspresi Mama Susan berubah muram setelah mendengar ucapan Rama.
***
Rama menghela napas panjang setelah menyandarkan tubuhnya dijok mobil.
Entah kenapa setelah melepaskan Vika seperti ada sebuah ruang kosong dihatinya yang selama ini selalu terasa sesak.
"Gimana? Bukankah kamu sudah merasa lebih baik sekarang?" Syarin memalingkan wajahnya kearah Rama.
"Ya kamu benar, selama ini aku cuma mengisi hatiku dengan sesuatu yang gak perlu." Rama turut menatap Syarin seraya mengulas senyum.
Lalu segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah yang penuh kenangan saat dirinya masih bersama Vika.
Sementara David kini tengah menagih janji Bu Susan untuk mengembalikan Vika ketempat yang seharusnya.
"Nih aku kembalikan Anakku yang sudah gak berguna ini, jangan pernah berani menginjakan kaki dirumah ini lagi meskipun ajal kami sudah menjemput." Mama Susan berkata diiringi dengan derai air mata seraya mendorong tubuh Vika ke pelukan David.
Ia kembali melangkah masuk lalu menutup pintu dengan keras, Vika dan David sampai terhenyak mendengarnya.
Tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh sepasang Suami Istri itu selain melangkah gontai keluar dari halaman rumah.
Vika sesekali menoleh kebelakang diiringi suara isak tangis, berharap apa yang diucapkan Mamanya hanya emosi sesaatnya dan segera berlari menyusulnya.
Namun hingga sampai diluar gerbang sama sekali tak ada langkah kaki yang mengarah kearahnya, membuat tangisnya semakin pecah dipelukan David.
Sementara Mama Susan hanya bisa menatap kepergian anaknya dari balik jendela kamarnya dilantai atas dengan rasa sesak yang memenuhi dada.
Bukan hal yang mudah baginya untuk melepas kepergian Anak perempuan satu-satunya itu, namun ia tak bisa memaksa jika itulah jalan yang dipilih oleh anaknya.
***
Semetara mobil yang dikendarai Rama kini sudah memasuki halaman rumah yang 10 kali lipat lebih mewah dari rumah yang sempat disinggahinya tadi.
Rama dan Syarin kembali turun dari mobil dengan perasaan yang berbeda.
"Terima kasih sudah membuka mataku yang selama ini sudah dibutakan oleh cinta, kamu sekarang udah percaya kan kalau aku sudah benar-benar melepaskan mantanku itu?" Rama meraih tangan Syarin untuk membawanya masuk.
"Ya, baru sedikit." jawab Syarin mengulum senyum.
"Yah kok baru sedikit sih? Padahal aku tadi sudah berkata pedas dihadapan mantan calon mertuaku." Jawab Rama seraya mengerucutkan bibir.
"Tapi kamu belum menunjukan seberapa tulus kamu mencintaiku?" Jawab Syarin polos.
"Sungguh kamu ingin aku menunjukannya?" Rama meraih kedua tangan Syarin lalu memangkunya menuju lantai atas.
"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku sekarang juga." Syarin terus meronta sambil terus memukul punggung Rama.
"Diam, nanti kita bisa sama-sama jatuh dari tangga, katanya kamu mau aku menunjukan seberapa tulus aku mencintai kamu?" Rama mengatupkan bibirnya menahan tawa.
"Apa hubungannya ketulusan cinta kamu dengan menggendongku seperti ini" Syarin kini terlihat lebih tenang dengan mengalungkan tangannya keleher Rama.
"Kita lihat saja nanti kalau sudah sampai kamar" jawab Rama seraya tersenyum penuh arti.
***
Rama menghempas kasar tubuh Syarin diatas ranjang setibanya didalam kamar.
"Kasar banget sih, katanya tulus." Syarin segera bangkit lalu duduk ditepi ranjang.
"Tulus sih tulus, tapi tetep aja tubuh kamu itu berat tau." jawab Rama lalu ikut duduk disamping Syarin.
Keduanya kini saling tatap dengan tatapan penuh arti, lalu dengan perlahan Rama menarik tubuh Syarin untuk berbaring.
*************
*************