Amara harus iklas di nikahi seorang CEO berhati dingin yang tak pernah dia cintai. dua ke pribadian yang berbeda harus tinggal seatap dan berperan sebagai suami istri. Masa lalu yang telah lama terlupakan kini datang kembali ke tengah tengah mereka.
Apakah akan ada cinta di antara mereka dan bagaimana mereka mengatasi masa lalu yang belum usai.
Ayo ikuti kelanjutan ceritannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ndo'Uus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
Saat jam makan siang Amara berjanji akan menceritakan semuanya kepada Mey.Mereka berjalan menuju kantin.Amara dan Mey memilih menu makanan.Tak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka,mereka memilih tempat duduk paling belakang.
" Benarkah!!" Mey terkejut mendengar pernyataan Amara bahwa dirinya dan Radit suami istri.
"Diamlah Mey,apa kamu mau semua orang mendengarnya."Bentak Amara.
"Maaf, aku hanya terkejut. Bagaimana bisa kalian menikah? aku sangat penasaran."
"Orang tuaku dan Radit sahabat dari lama, sebelum ayahku meninggal dia ingin aku menikah.Dan kebetulan keluarga Radit saat itu lagi menjenguk ayahku.Dan mereka setuju untuk menikahkan aku dengan mas Radit." Ungkap Amara.
"Jadi kalian menikah karena di jodohkan.Berarti kalian gak saling mencintai? "
"Entahlah Mey, tapi rasa itu mulai tumbuh. Tapi aku juga tidak tau dengan perasaan mas Radit."
"Tapi kalo aku perhatikan, pak Radit juga memiliki perasaan yang sama denganmu."
"Kenapa kamu bisa menyimpulkan seperti itu,"
"Saat kamu mabuk waktu itu dia nampak sangat cemas. Dia juga sabar banget ngeladenin kamu yang manja.Kalo dia gak suka sama kamu gak mungkin dia ngelakuin itu semua Ra."
"Tapi dia gak pernah bilang tentang perasaannya ke aku Mey.Aku juga jadi bingung."
Mey berfikir sejenak." Kamu harus memastikan perasaanya Amara."
"Bagaimana caranya Mey?"
"Tenang saja aku punya ide bagus untukmu." Ucap Mey.
"Idemu gak yang aneh aneh kan Mey." Ucap Amara khawatir.
"Tenang saja, percayakan padaku. " Kata Mey.
Seketika kantin kantor menjadi riuh. Amara dan Mey penasaran apa yang terjadi.Para pegawai perempuan sumringah melihat ke arah pria tampan yang lewat di hadapan mereka.Ternyata Kevin yang membuat semua kegaduhan itu.Mereka menyapa Kevin sedang Kevin tersenyum ke arah mereka.
Kevin terus berjalan melewati mereka menuju ke arah Mey dan Amara.Melihat Kevin Mey merasa muak,dia berfikir Kevin cowok yang suka tebar pesona kepada setiap wanita.Mey sangat membenci lelaki yang suka mainin perempuan.
"Hai kak Amara,bolehkan adikmu yang tampan ini duduk disini."
Amara menggeleng." Apa yang kamu lakukan.Lihat mereka memperhatikan kita."
"Gak usah hiraukan mereka kak.Kak kenalin dong cewek cantik yang di sebelah kakak itu."
Amara terkekeh."Oh jadi kesini karena ada maunya. Ku kira karena ingin menemuiku." Amara menyenggol bahu Mey.
Mey mendengus." Kenalin dong Mey,dia adik ipar ku yang paling tampan." Ucap Amara.
"Buat apa tampan kalau suka main perempuan." Ketus Mey.
"Aku gak mainin perempuan.Hanya saja aku belum ketemu yang cocok." Ucap Kevin sambil tersenyum ke arah Mey."Kalau ketemu yang cocok pasti aku jaga dengan baik."
"heh.. Lelaki sepertimu tak bisa di percaya." Sahut Mey.
Amara hanya tersenyum melihat perdebatan mereka.Amara memilih meninggalkan Mey dan Kevin.Mey pun ikut pergi meninggalkan Kevin namun Amara menghalanginya.Amara ingin mereka menjadi lebih akrab.
Amara berjalan menuju ke tempat kerjannya.Ada beberapa kariawan pria yang terus memperhatikan Amara.Amara tak memperdulikan mereka dan berlalu dari sana.Amara menuju lift untuk naik ke lantai tempatnya bekerja.Saat pintu lift akan tertutup tiba tiba Radit masuk ke dalam lift yang sama dengan Amara.
Amara gelagapan berhadapan langsung dengan Radit.Apa lagi di dalam lift hanya ada mereka berdua.Radit langkah demi selangkah mendekati Amara. Amara mundur perlahan, badannya tak bisa mundur lagi karena dinding lift.Dia memalingkan wajahnya tak ingin menatap mata Radit.Saat Amara menatap matanya bayangan dia berciuman dengan Radit selalu muncul di otaknya,hingga seharian ini dia berusaha menghindar dan tak ingin bertemu Radit.
Radit merapatkan tangannya di dinding lift dan mengukung Amara." Kenapa seharian ini kamu menghindariku? " Ucap Radit.
"Aku tak menghindarimu mas." Ucap Amara gemetar.
"Kenapa kamu berkeringat."Radit mengusap keringat di kening Amara.
Amara melepaskan kukungan Radit." Huf... di dalam lift ini memang panas banget."
Radit mendekatkan Wajahnya dan tersenyum."Apa kamu sudah mengingat kejadian semalam?"
"Kejadian apa?" Amara berpaling.
"Saat kamu menodai tubuhku,kamu terlihat sangat menikmati tubuhku." Ucap Radit menggoda.
"Itu tidak benar,kita hanya berciuman.Lagian mas Radit juga menikmatinya." Kata Amara sambil melotot ke arah Radit.
Radit menyeringai."Akhirnya kamu mengingatnya."
Amara memukul mulutnya pelan."Astaga apa yang aku bicarakan." Gumamnya.
"Kamu jangan melukainya.Aku sangat menyukai bibirmu. " Tutur radit. Dia mengusap lembut bibir Amara dan menundukan kepalanya ingin mengecup bibir yang sexy itu.Amara tak sanggup menolak karena dia juga sangat menginginkannya.Saat wajah mereka makin dekat tiba tiba pintu lift terbuka.Seketika Amara mendorong Radit hingga terbentur dinding lift.
Beberapa pegawe memasuki lift mereka menyapa Radit.Mereka kasak kusuk, ada yang mengatakan kalo bos mereka sangat tampan.Mendengar itu Amara hanya tersenyum .Sebab yang mereka bicarakan adalah suaminya.Sesekali Amara bertemu pandang dengan Radit.
Pintu lift terbuka merka keluar dari dalam lift,Amara ingin keluar untuk menghindari Radit menarik tangan Amara.Hingga Amara tetap berada di dalam lift.
"Kamu mau kemana? bukannya ini masih lantai 5 .Sedangkan tempat kita di lantai 10."
Amara hanya terdiam tak bisa menjawab pertanyaan Radit.Karena tujuannya memang hanya menghindari Radit.
"Apa kamu tidak khawatir denganku.Kamu mendorongku dengan keras tadi." Radit mengusap bahunya."Kalo bahuku retak bagaimana?"
"Apa separah itu mas,maaf aku panik takut mereka melihat kita. "Ucap Amara sambil mengusap bahu Radit.
"Auuu....Sakit." Radit pura pura kesakitan." Kamu harus mengobatinya."
"Bagaimana caraku mengobatinya mas? aku bukan dokter.Atau kita pergi ke dokter." Amara panik.
Radit mengecup bibir Amara." Obatnya hanya ini."
Amara memukul bahu Radit."Mas apa apaan sih kamu.Kalo ada yang liat bagaimana?" Amara tersipu.
"Siapa yang mau liat.Di sini hanya ada kita berdua. "Ucap Radit seraya menggoda Amara.
Amara menutup wajahnya."Kamu membuatku malu mas."
Amara segera keluar dari dalam lift.Dia memegangi kedua pipinya yang merah padam.Dia tak menyangka Radit akan menciumnya di tempat seperti itu.
Dukung Author dengan Like, Koment dan Vote.
mampir dikaryaku jugaa yaa