NovelToon NovelToon
Married By Accident

Married By Accident

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Riin tak pernah menyangka kesalahan fatal di tempat kerjanya akan membawanya ke dalam masalah yang lebih besar yang merugikan perusahaan. Ia pun dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kehilangan pekerjaannya, atau menerima tawaran pernikahan kontrak dari CEO dingin dan perfeksionis, Cho Jae Hyun.

Jae Hyun, pewaris perusahaan penerbitan ternama, tengah dikejar-kejar keluarganya untuk segera menikah. Alih-alih menerima perjodohan yang telah diatur, ia memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan Riin. Dengan menikah secara kontrak, Jae Hyun bisa menghindari tekanan keluarganya, dan Riin dapat melunasi kesalahannya.

Namun, hidup bersama sebagai suami istri palsu tidaklah mudah. Perbedaan sifat mereka—Riin yang ceria dan ceroboh, serta Jae Hyun yang tegas dan penuh perhitungan—memicu konflik sekaligus momen-momen tak terduga. Tapi, ketika masa kontrak berakhir, apakah hubungan mereka akan tetap sekedar kesepakatan bisnis, atau ada sesuatu yang lebih dalam diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Accident (2)

Seon Ho baru saja tiba di kantor ketika melihat Riin keluar dari ruangan Jae Hyun. Ada rasa lega di wajahnya yang lelah setelah terjebak kemacetan selama berjam-jam, tetapi itu segera berubah menjadi keterkejutan saat ia melihat amplop cokelat besar yang seharusnya sudah dikirim ke percetakan masih tergeletak di atas mejanya. Ia memandang amplop itu, lalu beralih menatap Riin yang berjalan mendekat.

“Riin-ssi, apa kau belum mengirim sample bukunya?” tanyanya, memastikan.

Riin, yang masih sedikit terguncang oleh pertemuan intens dengan Jae Hyun, mencoba menenangkan dirinya. Ia mengangguk dengan yakin. “Sudah. Mereka bahkan sudah menerimanya dan akan langsung memulai produksi,” jawabnya tanpa ragu.

Namun, jawaban itu membuat Seon Ho semakin bingung. Ia mengambil amplop cokelat di mejanya, menunjukkannya kepada Riin. “Lalu, apa ini?” tanyanya, nadanya kini penuh kecemasan.

Riin menatap amplop itu dan matanya membelalak saat membaca judul buku yang tertera di bagian depan. “Tidak mungkin,” gumamnya, wajahnya berubah pucat. “Jangan-jangan...”

“Bukankah aku sudah memintamu memperhatikan apa yang tertulis di amplop ini?” tegur Seon Ho, meskipun nada suaranya lebih terdengar putus asa daripada marah.

Riin menelan ludah, merasa tenggorokannya kering. “Ma... maafkan aku. Tadi aku sangat terburu-buru sehingga tidak fokus dan tidak mengecek ulang,” katanya dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. Ada rasa panik yang mulai merayap di hatinya.

Seonho tidak membalas. Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi pihak percetakan. Tangannya gemetar saat menekan tombol panggilan. Setelah beberapa saat berbicara dengan pihak percetakan, ia menutup telepon dengan wajah yang terlihat jauh lebih suram.

“Produksi sudah dimulai. Habislah aku,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Riin. Ia terduduk lemas di kursinya, kedua tangannya menutupi wajahnya.

“Editor Kim, aku benar-benar minta maaf,” kata Riin, suaranya bergetar. Rasa bersalah memenuhi dirinya, seperti beban berat yang menghimpit dada.

Seon Ho menatap Riin dengan pandangan yang lebih lembut dari yang ia duga. “Ini bukan sepenuhnya salahmu,” ujarnya, mencoba menenangkan suasana. “Aku yang terlalu tergesa-gesa meminta bantuanmu tanpa memberikan penjelasan lebih rinci. Seharusnya aku memastikan semuanya lebih dahulu. Jadi, jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

Namun, suasana yang sedikit melunak itu langsung tegang kembali ketika Jae Hyun muncul di lorong. Pria itu berjalan mendekat dengan ekspresi yang sulit diartikan, tetapi sorot matanya tajam seperti elang yang mengintai mangsa. “Ada apa ini?” tanyanya, nada suaranya dingin dan tegas.

Seon Ho segera berdiri, meskipun lututnya terasa lemas. Ia menjelaskan insiden yang terjadi dengan suara yang sedikit terbata, berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat situasi semakin buruk. Jae Hyun mendengarkan dengan ekspresi yang semakin gelap. Matanya berkilat marah, dan kedua tangannya terkepal erat di sisinya.

“Kalian,” ujarnya dengan nada rendah yang mengerikan, “masuk ke ruanganku sekarang.”

Perintah itu sederhana, tetapi intonasinya membuat keduanya merasa seperti tertuduh di hadapan hakim. Riin dan Seon Ho saling bertukar pandang sebelum mengikuti Jae Hyun yang sudah lebih dulu masuk ke ruangannya. Ruangan itu terasa lebih dingin daripada biasanya, seolah-olah amarah Jae Hyun menciptakan suasana yang mencekam.

***

Seon Ho, Riin, dan Ah Ri berdiri kaku di hadapan Jae Hyun di ruang kerjanya. Dinding kaca besar di belakang pria itu memperlihatkan pemandangan kota Seoul yang sibuk, kontras dengan suasana ruang yang mencekam. Jae Hyun duduk di kursinya, tangan terlipat di dada, tatapannya tajam menusuk ketiga pegawainya. Seon Ho mengusap tengkuknya gugup, Riin menunduk dengan air mata yang mulai menggenang, sementara Ah Ri berdiri dengan ekspresi tegang tetapi berusaha tetap tenang.

“Baik, Seon Ho-ssi, jelaskan sekali lagi apa yang terjadi,” kata Jae Hyun, suaranya rendah tapi sarat emosi yang ditahan.

Seon Ho menarik napas panjang. “Sajangnim, ini kesalahan saya. Saya seharusnya memastikan bahwa Riin-ssi memeriksa amplopnya dengan benar. Saya terlalu terburu-buru karena kemacetan, dan tidak memberikan instruksi yang cukup jelas. Jadi, jika Anda ingin menyalahkan seseorang, salahkan saya.”

Jae Hyun mendengus dingin, matanya memicing tajam ke arah Seon Ho. “Kau pikir itu alasan yang cukup? Kau adalah editor senior, Seon Ho-ssi. Tanggung jawabmu bukan hanya memberi instruksi, tapi juga memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Dan sekarang, kita menghadapi potensi kerugian besar!”

“Apa kalian tahu betapa seriusnya kesalahan ini?” tanyanya, suaranya tetap tenang tetapi memancarkan kemarahan yang terpendam.

Seon Ho mengangguk pelan. “Ini salahku, Sajangnim. Saya yang memberikan instruksi terlalu terburu-buru dan tidak memastikan bahwa semuanya berjalan dengan benar. Jadi, mohon jangan menyalahkan Riin sepenuhnya,” katanya dengan nada penuh penyesalan.

Seonho tertunduk, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. “Saya akan menanggung konsekuensinya, Sajangnim."

Jae Hyun bangkit berdiri, langkahnya menghentak ke depan meja kerjanya. "Bagaimana caranya? Dengan memotong gajimu?! Lantas butuh berapa tahun bagimu untuk melunasinya?!" Ia menunjuk Seon Ho dengan tajam. “Kau pikir perusahaan ini bisa berjalan hanya dengan rasa tanggung jawab yang setengah setengah?! Gajimu tidak sebanding dengan kerugian yang kita alami jika produksi buku ini gagal tepat waktu!”

Jae Hyun mengalihkan pandangannya ke arah Riin. “Dan kau? Apa kau bahkan tidak berpikir untuk memeriksa ulang sebelum menyerahkan sesuatu yang sepenting ini?” tanyanya tajam.

Riin menggigit bibir bawahnya, merasa terpojok. “Saya benar-benar minta maaf, Sajangnim. Saya tahu saya seharusnya lebih teliti,” katanya dengan suara yang hampir pecah.

“Kau pikir dengan minta maaf, semuanya akan selesai?” Jae Hyun menatapnya tajam, suaranya naik satu oktaf. “Aku baru saja memuji kualitas kerjamu beberapa menit lalu, tapi sekarang kau membuktikan bahwa aku salah besar! Bagaimana bisa kau secereboh ini?!”

Seon Ho melangkah maju sedikit, mencoba melindungi Riin. “Sajangnim, sekali lagi, ini tanggung jawab saya. Sebagai editor, saya seharusnya tidak menyerahkan tugas ini begitu saja tanpa memastikan semuanya sesuai. Jika ada hukuman, saya siap menerimanya.”

Ah Ri, yang sejak tadi diam, mencoba menenangkan situasi. “Sajangnim, meskipun ini masalah besar, mungkin kita bisa mencari solusi tanpa melibatkan langkah ekstrem. Kita masih punya waktu untuk memproduksi ulang buku yang benar, meski mungkin butuh negosiasi tambahan dengan pihak percetakan.”

Jae Hyun menoleh ke arah Ah Ri, rahangnya mengeras. “Kau pikir pihak percetakan akan dengan senang hati mengubah jadwal mereka hanya demi kita? Dan biaya tambahan untuk itu, siapa yang akan menanggung?!”

Ah Ri terdiam, tak mampu menjawab.

Ponsel Jae Hyun tiba-tiba berbunyi. Dia melirik layar, dan melihat pesan dari ibunya: 'Jangan lupa perjanjian kita. Kau harus membawa calon istrimu pada pertemuan keluarga bulan depan.' Mata Jae Hyun menyipit, pikirannya berputar cepat. Dia memijat pelipisnya dengan frustasi, lalu mendadak sebuah ide muncul di benaknya.

Dia menurunkan tangannya, matanya kembali menatap ketiganya. “Seonho, Ah Ri, keluar. Riin tetap di sini.”

Seon Ho mengangkat tangannya, mencoba membela Riin lagi untuk kesekian kalinya. “Tapi Sajangnim, ini bukan hanya kesalahan Riin. Saya juga bertanggung jawab. Jika Anda ingin menghukum seseorang, hukum saya juga.”

Jae Hyun melayangkan tatapan tajam. “Keluar. Sekarang.”

Ah Ri menyentuh lengan Seon Ho, memberikan isyarat agar dia menurut. Dengan berat hati, Seon Ho dan Ah Ri keluar meninggalkan ruangan, sementara Riin tetap berdiri di tempatnya.

***

Jae Hyun berjalan kembali ke kursinya dan duduk dengan posisi santai, meski ekspresinya masih tajam. Riin berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk, kedua tangannya gemetar di sisi tubuhnya.

“Duduk,” perintah Jae Hyun singkat.

Riin menurut, meski tubuhnya terasa lemas. Ia duduk di kursi dengan punggung kaku, mencoba menahan tangisnya.

“Mari kita selesaikan masalah ini dengan cepat,” kata Jae Hyun, suaranya dingin dan terukur.

Riin mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya penuh kecemasan. “Apa… apa Anda akan memecat saya?”

Jae Hyun menatapnya tanpa ekspresi, lalu bersandar di kursinya. “Itu tergantung pada pilihanmu.”

Riin mengerutkan kening, bingung dengan ucapannya. “Pilihan apa, Sajangnim?”

Jae Hyun menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Aku membutuhkan bantuan. Jika kau setuju, maka masalah ini selesai, dan kau bisa tetap bekerja di sini tanpa perlu menanggung kerugian.”

Riin menelan ludah, suaranya keluar nyaris seperti bisikan. “Bantuan apa yang Anda maksud?”

Jae Hyun mencondongkan tubuhnya ke depan, menatapnya dalam-dalam. “Menikahlah denganku.”

***

1
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!