"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu Aurora
Pancaran sinar senja yang masuk melalui lubang-lubang dinding istana tampak begitu indah. Sejak, Aurora terpaku menatap ke arah lubang-lubang tersebut, ia memejamkan matanya, membayangkan seindah apa di luar sana?
Andai saja peperangan antara kaum vampir dan manusia tidak terjadi. Mungkin hari ini Aurora masih bisa berkumpul dengan keluarganya, menikmati keindahan senja dengan Nicholas, sang Kakak. Tak lupa dengan ditemani secangkir teh hangat buatan ibu sembari menunggu Ayah pulang setelah bergelut dengan segala kesibukannya.
"Aku merindukan kalian."
Tak terasa, beberapa tetes air mata membasahi pipi Aurora. Gadis itu masih mendongak menatap langit-langit istana. Kehidupannya yang damai dan nyaris sempurna kini sudah hilang direnggut oleh peperangan.
"Bagaimana keadaan Kairi, apakah dia selamat? Aku tidak pernah mendengar kabar apapun tentangnya?" lirih Aurora.
Sebenarnya, satu bulan sebelum peperangan, Aurora sempat menggelar acara pertunangan dengan seorang pria yang lebih tua 4 tahun darinya.
Kairi, ia adalah anak dari seorang Perdana Menteri yang sekaligus sahabat dan rekan bisnis Ayah Aurora. Kairi dan Aurora sendiri sudah saling mengenal sejak kecil, keduanya sama-sama menyimpan perasaan suka tanpa pernah berani menunjukkan ataupun mengungkapkan hal tersebut.
Sampai suatu hari, Ayah mereka berencana menjodohkan mereka, hal itu tentu disambut dengan senyum bahagia oleh keduanya. Namun, saat itu Aurora belum siap untuk langsung ke tahap pernikahan, sehingga kedua belah pihak keluarga pun setuju untuk melakukan pertunangan terlebih dahulu.
Dan siapa sangka, kalau peperangan malah memisahkan mereka sekarang! Tanpa Aurora pernah tau bagaimana keadaan Kairi di luar sana! Apakah ia selamat? Atau gugur seperti ketiga orang tersayang Aurora?
"Semoga kamu baik-baik saja." Aurora mengecup cincin pertunangan yang masih ia simpan rapi. Gadis itu sengaja melepasnya setelah Pangeran Felix menjadikannya sebagai Pelayan Pribadi.
Cukup lama Aurora termenung, bayangan akan kehidupan sebelumnya membuat suasana hati Aurora pilu, Aurora sudah berusaha untuk menahan diri, akan tetapi hatinya ternyata tak sekuat itu, sekuat apapun Aurora mencoba untuk menerima dan melupakan semuanya, rasa sakit tetap menggerogoti jiwanya.
"Kita pasti akan bertemu lagi suatu saat nanti, entah di kehidupan sekarang ini atau di kehidupan berikutnya."
Gadis itu menyeka air matanya, ia tidak ingin siapapun melihatnya menangis seperti ini, bagaimanapun waktu yang sudah berlalu tak bisa diputar kembali, Aurora akan jalani sisa waktu yang ia miliki sekarang untuk memperjuangkan masa depan yang lebih baik lagi bagi kaum manusia, agar tidak ada lagi peperangan, tidak ada lagi perpisahan dan kehilangan orang-orang tersayang!
"Ayo, Aurora! Kamu pasti bisa melewati semua ini!" seru Aurora pada dirinya sendiri.
Dari kejauhan, Pangeran Felix sudah sejak tadi memperhatikan Aurora, awalnya Vampir itu tak menunjukkan ekspresi apa-apa, namun saat melihat Aurora sempat menyeka air mata, ia tertegun, ternyata di balik sifat tangguh dan berani yang Aurora tunjukkan, gadis itu cukup rapuh juga.
Sebelum Aurora menyadari keberadaannya, Pangeran Felix memutuskan untuk melangkah menjauh, pura-pura tidak melihat dan mengetahui apa yang terjadi tadi. Meski terkenal dengan julukan kejam, vampir itu cukup mengerti apa yang Aurora rasakan, kehilangan keluarga adalah luka yang sangat menyakitkan.
Pangeran Felix sendiri sudah kehilangan Ibundanya sejak ia kanak-kanak, setelah kejadian itulah dunianya berubah, ia tumbuh sebagai anak yang sangat emosional, mudah marah pada hal-hal kecil yang tidak sesuai keinginannya, oleh karena itu, seiring berjalannya waktu, ia tumbuh sebagai Pangeran Mahkota yang mendapatkan julukan 'kejam'.