Rahasia Hati 2

Nayra langsung berbalik badan ketika seorang laki-laki dan wanita baru saja memasuki salon, yang tak lain adalah Vero dan Vanessa.

Mengelus dada sembari mengatur nafas yang tiba-tiba saja memburu. Bukan keinginannya untuk bersembunyi seperti ini, melainkan Fiona lah yang memintanya. Tapi, spontan saja ia selalu merasa terkejut setiap kali bertemu keluarga Darian.

Ia kemudian membenarkan kacamata dan wig, lalu kembali berbalik menyambut kedatangan keduanya seperti biasa setiap kali ia menyambut kedatangan pelanggan. Serta menawarkan serentetan perawatan yang tersedia.

Ketika Vero dan Vanessa berlalu dari hadapannya, dan menuju sofa yang tersedia untuk menunggu sang terapis kecantikan. Nayra meraih ponselnya yang terletak di samping laptop. Mengetik pesan yang kemudian ia kirimkan pada Fiona, lalu kembali fokus pada layar laptop.

Dari tempat duduknya yang tak begitu jauh dari meja resepsionis, diam-diam Vanessa memperhatikan wanita yang tampak sibuk dengan laptop di depannya. Salon kecantikan milik Fiona yang merupakan adik sepupunya itu adalah saloh langganannya dengan sang mama, namun, ia baru pertama kalinya melihat sosok wanita berkacamata itu.

Tak berselang lama, Fiona pun datang menghampiri Vero dan Vanessa.

"Wah wah, calon pengantin lagi mau perawatan nih?" Sapanya, sambil melirik kearah Nayra yang nampak tegang.

Vero dan Vanessa serentak berdiri, keduanya tersenyum pada Fiona.

"Iya nih, udah lama juga gak mampir ke sini." Ujar Vanessa, sekilas ia melirik kearah wanita berkacamata yang masih tampak fokus dengan layar laptopnya. "Em, dia pegawai baru ya? Aku baru melihatnya," tanyanya.

Fiona pun turut melirik Nayra, namun ia terdiam sejenak. "Ah iya, dia baru dua bulan bekerja di sini." Jawabnya kemudian.

Vanessa mengangguk paham, setelah beberapa saat menunggu ia pun dihampiri oleh sang terapis kecantikan kemudian dituntun menuju sebuah ruangan dimana ia akan melakukan perawatan. Sedang Vero kembali duduk, menunggu sambil memainkan ponselnya.

.

.

.

Waktu mendekati pukul tujuh malam ketika Nayra dan Fiona sampai di apartemen. Keduanya dibuat heran sekaligus terkejut ketika mendengar suara riuh orang-orang mengobrol yang berasal dari ruang makan, sebab hanya Dion seorang diri yang berada di Apartemen jika Nayra pergi bekerja.

Dengan langkah cepat Fiona menuju ruang makan, Nayra pun segera menyusul. Langkah keduanya terhenti, membeku dengan tatapan membulat penuh begitu melihat Dion berkumpul bersama sebagian keluarganya. Bahkan Vanessa yang beberapa jam lalu melakukan perawatan di salon nya pun turut berada di antara mereka.

"Akhirnya kalian berdua pulang juga, kita udah nungguin dari tadi." Ujar tante Kiara seraya beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Fiona dan Nayra.

"Kebetulan kita lagi mau makan malam, kalian berdua pasti belum makan, kan? Yuk, sekarang kita makan bareng." Tante Kiara menarik tangan putrinya menuju meja makan dan menoleh sebentar pada Nayra, memberi kode ajakan lewat gerakan mata. Namun, Nayra hanya diam dengan ekspresi bingung sekaligus merasa cemas.

Hal yang sama pun dirasakan oleh Fiona, meski perlakuan sang mama tetap lembut seperti biasa. Namun, ia dapat merasakan aura kemarahan lewat sorot matanya.

'Mampus aku, gimana bisa ketahuan sih?' Gumamnya, ia melirik Dion untuk meminta penjelasan. Tapi, sayangnya remaja lelaki itu tak melihat kearahnya. Dion sedang asyik mengobrol dengan papa Azka dan papa Raka.

"Nessa, sana ajak kakak ipar kamu makan bareng." Ucap mama Alesha.

Baru saja Vanessa akan berdiri, sudah lebih dulu dicegah oleh mama Kinan. "Biar Tante saja." Ujarnya lalu beranjak, menghampiri Nayra sambil tersenyum.

"Ayo, kita makan bersama." Wanita paruh baya itu menggandeng lengan sang menantu menuju meja makan.

Setelah Nayra dan Fiona duduk, semuanya pun memulai makan. Suasana dalam ruangan terasa hangat bagi Dion, yang sudah beberapa bulan kehilangan orang tuanya.

Namun, berbeda yang dirasakan oleh Nayra dan Fiona. Keduanya nampak tegang, sebab mereka tahu apa yang akan terjadi setelah makan malam berkahir.

Tak berselang lama, kedatangan Stevanno dan Stevanie menyita perhatian. Kedua mata Fiona seketika menghela nafas berat melihat siapa yang datang bersama si kembar. Seorang wanita paruh baya yang merupakan penyewa apartemennya dan ia pindahkan ke apartemen lain.

Terjawab sudah bagaimana persembunyian Nayra bisa terbongkar, dan sekarang ia hanya perlu menyiapkan diri atas kemarahan seluruh keluarganya karena sudah menyembunyikan Nayra dan Dion.

"Gak usah tegang gitu, Kak. Santai aja," bisik Aidan sambil menahan tawa.

Fiona hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia seketika kesulitan meneguk salivanya ketika tak sengaja bertatapan dengan papanya.

"Setelah ini kamu harus jelaskan semuanya!" Ucap om Denis tanpa suara.

Meski hanya dengan gerakan bibir, namun Fiona dapat membaca apa yang diucapkan sang papa. Sekali lagi, ia menghela nafas berat. Sebentar lagi, ia akan diinterogasi habis-habisan.