Kisah ini di mulai ketika Hana harus menelan pil pahit dalam hidupnya, Suami yang sangat ia sayangi dan cintai, kini telah pergi untuk selama-lamanya, dan meninggalkan seorang putra yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar, Aldebaran begitu sangat terpukul kehilangan sosok ayah yang menjadi panutannya. Al pun sudah berjanji kepada mendiang ayahnya akan selalu melindungi dan menjaga ibunya.
Karena keserakahan Ibu mertua dan adik iparnya, Hana di usir dari rumah mendiang suaminya, kini Hana harus berjuang sendiri untuk membesarkan putranya.
Melangkahkan kaki di ibu kota untuk mencari rezeki, justru malah merubah semua kehidupannya, terutama ketika dirinya bertemu dengan gadis tunanetra yang memiliki nama Lily, Lily sangat menyukai sosok Hana, ia pun berencana untuk menjodohkan papahnya yang merupakan seorang CEO muda yang sukses, dengan sosok wanita cantik yakni Hana Aziza.
akankan misinya berhasil? Lily pun tidak bekerja seorang diri, ternyata Al juga ikut andil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di usir
Pecah sudah air mata Hana dan juga putranya saat jasad suaminya di masukkan ke dalam liang lahat, kaki Hana begitu lemas untuk bisa menginjak tanah, sedangkan Al tiada hentinya terus menangis dan menyebut nama ayahnya.
"Selamat jalan mas Adit,aku berjanji akan selalu menjaga putra kita, kamu yang tenang di sana mas, Aku ikhlas melepas kepergianmu!" ucap Hana yang sudah bisa menenangkan dirinya.
"Bunda!! Al sudah berjanji kepada ayah, kalau Al akan menjadi penggantinya ayah, Al akan selalu menjaga dan melindungi Bunda!"
Hana pun langsung memeluk putranya tersebut.
"Bunda yang akan selalu menjaga dan melindungi Al, yang sabar ya nak, Kita pasti kuat menghadapi ini semua!"
"Iya bunda!" jawab Al yang masih memeluk erat bunda Hana.
Tujuh hari berlalu begitu cepat, dan suatu peristiwa menyakitkan telah terjadi, dengan kasarnya ibu Retno alias ibu mertua Hana sengaja melemparkan koper dan tas yang ternyata di dalamnya sudah terdapat baju milik Hana dan juga Al.
"Bu, apa yang ibu lakukan dengan barang-barangku?" tanya Hana merasa bingung.
"Kau angkat kaki dari sini, dasar wanita pembawa sial, semenjak Adit membawamu ke dalam keluargaku, Seluruh usaha putraku menjadi bangkrut!" bentak bu retno dengan emosi yang meluap-luap.
"Iya, kamu tuh wanita pembawa sial, Kamu yang sudah menyebabkan hidup kak adit dan kita semua sengsara, lebih baik kau dan Al pergi dari sini!" sambung norah yang merupakan adik ipar dari Hana.
Hana pun tidak bisa membendung air matanya.
"Kenapa kalian tega berbuat seperti ini kepadaku? Kalian boleh mengusirku dari sini, tapi kenapa kalian juga tega mengusir Al, Al adalah cucumu, ibu Retno, Kenapa ibu tega?"ujar Hana lirih
"Ha..ha..ha! Apakah iya kalau Al itu darah daging dari anakku hah? Kamu itu di nikahi oleh Adit karena kamu telah hamil dengan pria lain dan Adit yang kena getahnya, dasar perempuan murahan!" sungutnya begitu tajam bagaikan pisau.
"Astagfirullah bu, dari mana ibu bisa punya fikiran sampai kesitu? sumpah bu, kalau Hana bukanlah wanita seperti itu, Ini adalah fitnah!" ucap Hana berusaha membela dirinya.
Lalu Norah ikut-ikutan angkat bicara dan kembali menyudutkan Hana.
"Alah, masih ngelak aja kamu Han, banyak tuh saksinya kalau kamu itu perempuan nakal, sudah berapa pria yang pernah tidur denganmu hah?" hardik Norah begitu puas
"Sudah cukup! Kalian jangan menuduhku tanpa bukti, Ini sama saja dengan fitnah." jawab Hana menatap ke arah Norah
"Alah, mana ada sih maling yang ngaku hah," bentak Norah
Dan akhirnya Hana pun mengalah untuk keluar dari rumah suaminya, sedangkan ibu mertua dan adik iparnya tersenyum puas dengan apa yang sudah mereka lakukan hari ini kepada Hana.
Tidak lama Al pulang dari sekolah.
"Assalamualaikum bunda!"sapa Al
Betapa kagetnya Al ketika mendapati ibunya sedang menangis sembari membawa koper.
"Waalaikumsalam nak!!" jawab Hana sembari mengusap air matanya.
"Bun, apa yang sudah terjadi?" tanya Al merasa heran.
"Eh anak haram, kamu sebaiknya angkat kaki dari sini ya, selama ini kita bungkam dan berpura-pura baik karena masih ada kak Adit, tapi sekarang jangan harap kita baik lagi sama kalian!" sungut Norah begitu puasnya.
"Sudah cukup Norah, aku dan Al akan pergi dari sini, apakah kau puas hah?"
"Oh baguslah, lebih cepat itu lebih baik." jawab ibu Retno ikut menimpali
"Kalian sungguh kejam, Allah pasti akan membalas semua perbuatan kalian!" Ucap Al
Bu Retno dan Norah pun tidak menghiraukan ancaman dari AL.
Di bawah sinar matahari yang cukup terik, Hana berjalan kaki menuju jalan raya, para tetangga pun mulai bertanya-tanya kepada Hana.
"Han, Kamu mau kemana sama Al, kok bawa koper segala sih?" tanya bu Farida penasaran.
Saat Al akan menjelaskan apa yang sudah terjadi, tiba-tiba Hana yang menjawab pertanyaan dari bu Farida dan Hana pun terpaksa harus berbohong.
"Kita mau ke kota bu, mungkin saya dan Al akan lama di sana!" jawab Hana singkat
"Yaudah, kamu hati-hati ya Han, cepat pulang kesini lagi ya, oh iya, ini ada titipan dari ibu-ibu pengajian buat kamu dan Adit!" ucap bu Farida sembari mengeluarkan amplop di dalam kantong baju gamisnya.
Hana dan Adit mengucap syukur dan terima kasih atas perhatian ibu-ibu di kampung sindang sari ini.
Akhirnya Hana bergegas pergi bersama Al putra semata wayangnya menuju terminal dengan angkutan umum.
......................
"Ha..ha..ha, akhirnya si wanita pembawa sial itu dengan mudahnya kita singkirkan Bu!"
"Iya Nor, Ibu benar-benar sudah muak dengan wanita itu, kenapa Adit sampai tergila-gila dengan si Hana? Punya pelet apa tuh dia!!"tuduh bu Retno
Ternyata ibu mertua Hana sudah tidak menyukai Hana sedari dulu, dan sebenarnya bu Retno tidak pernah merestui hubungan putranya dengan Hana,apalagi semenjak Hana masuk ke dalam keluarga mereka, almarhum Adit tidak lagi loyal kepada ibu dan juga Adik perempuannya, itu semua Adit lakukan setelah Adit menikah dengan Hana, tiba-tiba saja pendapatan usaha Adit menurun secara signifikan di karenakan susahnya mendapatkan kayu jati yang keberadaannya sudah tidak bisa di tebang dengan sembarangan, karena pohon jati saat ini sudah mulai langka dan harganya terus melambung tinggi, jika ingin menebang pohon jati mesti ada surat ijin untuk bisa menebang pohon jati tersebut yang nantinya akan di jadikan furniture seperti meja, lemari pakaian, kitchen set dan lain sebagainya, dan selama sepuluh tahun terakhir usaha yang dimiliki oleh Adit malah semakin terpuruk hingga akhirnya Adit terkena musibah, ia di vonis terkena kanker paru stadium tiga dan harus mendapatkan pengobatan yang lebih serius, berbagai cara Hana lakukan untuk kesembuhan suami tercintanya, sampai-sampai ia harus rela menjual rumah hasil jerih payah suaminya yang merupakan aset terakhir yang ia miliki untuk biaya pengobatan, dan Hana pun mau tidak mau kini tinggal dan menempati rumah peninggalan dari mendiang almarhum Ayah mertuanya bersama ibu Retno dan juga Norah, namun takdir berkata lain, Allah lebih menyayangi Aditia, ia pun menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit pada saat menjalankan kemoterapi yang ke sepuluh kalinya, kondisi tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk menahan penyakit yang di deritanya selama setahun terakhir.
......................
"Bun,kita mau pergi kemana, apakah bunda akan pergi ke rumah saudaranya bunda?" tanya Aldebaran
"Kita akan ke Jakarta Al, di sana ada sahabat dekatnya bunda sewaktu sekolah dulu, mudah-mudahan sahabat bunda ini masih tinggal di sana."jawab Hana
'Maaf kan bunda ya Al, bunda janji akan membahagiakan Al, bunda akan menjadi ibu sekaligus ayah untuk Al.' batinnya menangis
Al akhirnya tertidur di dalam bus, perjalanan yang mereka tempuh cukup lama yakni sekitar tiga jam lebih, itu pun jika kondisi jalanan tidak macet.
Bersambung.....