NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis Itu Dirundung

🌻🌻🌻

Kuhampiri mereka yang masih berdiri berhadapan di luar gerbang dengan senyuman. Setelah berdiri di samping gadis itu, aku diam dan akan membiarkannya yang berbicara terlebih dahulu, aku penasaran dengan kalimat yang akan keluar dari mulutnya. Namun, rasa gengsi sepertinya masih melekat sampai membisu dengan mata melirikku dan satpam bergantian.

"Bicara," kata Shani dengan suara kecil.

"Membicarakan apa? Aku berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya.

Shani tampak kesal. Gadis itu menoleh ke arahku dengan tajam dan mengarahkan pandangan ke depan sambil menghela napas.

"Bu Fina orang tua saya, Pak! Jadi, berikan kepada saya ponsel itu dan Bapak bisa berbicara dengannya." Shani merampas ponsel di genggaman satpam itu dengan tidak sopan, lalu berlari kecil memasuki gerbang sekolah dengan wajah kesal.

Pria penjaga gerbang sekolah itu tampak bingung. Untuk menjawab kebingungannya, aku jelaskan maksud dan perkataan Shani tadi yang tidak menjelaskan apa pun bagi pria itu. Untuk pertama kalinya aku memperkenalkan diri sebagai ibu sambung gadis itu yang membuat satpam sekolah tersebut sedikit kaget karena tahunya diriku masih lajang.

Setelah memberikan penjelasan kepada pria mu, aku kembali memasuki gerbang sekolah dan mencari Shani untuk mengambil ponselnya, akan menyimpannya selagi proses belajar mengajar berlangsung karena tidak ingin  berdampak buruk baginya. Namun, tidak ada Shani di kelasnya, bangku gadis itu kosong ketika semua bangku di sana terisi. Guru Fisika, Bu Aliya yang mengajar keluar dari kelas dan menghampiriku yang berdiri di teras. 

“Shani di mana, Bu Aliya? Tanyaku kepada Bu Aliya. 

“Teman-temannya tidak melihat Shani masuk sejak bel berbunyi, Bu Fina,” terang Bu Aliya, juga kelihatan bingung. 

“Baiklah, terima kasih.”

Rasanya tidak tenang jika aku kembali ke ruanganku tanpa bertemu gadis itu, apalagi setelah tidak menemukannya di kelasnya. Karena kebetulan tidak ada jam masuk, aku mencari gadis itu di area sekolah dan menemukannya berada di toilet belakang, di dekat gudang, toilet yang sudah tidak digunakan dan juga dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang sekolah yang tidak berguna. 

Gadis itu berdiri menangis di sana dan wajahnya dinodai oleh lipstik. 

“Kamu kenapa?” tanyaku sambil menyeka air matanya.

“Semua gara-gara kamu!” Shani melepaskan tanganku dari wajahnya dengan keras dan berlari meninggalkan keberadaanku. 

Pandangan aku jalarkan ke sekitaran, tetapi tidak ada orang yang aku temukan. Beranjak aku dari posisi itu dan aku melihat dua gadis yang sempat aku nasihati saat itu duduk tertawa di bawah sebuah pohon dan terdapat lipstik di tangan salah satu dari mereka. Ternyata benar dugaanku, Shani dirundung dan mereka pelakunya.

Bergegas aku menghampiri mereka, menampakkan wajah marah. Lipstik yang ada di tangan salah  satu dari mereka aku gapai dan membuangnya sembarangan. 

“Kalian benar-benar tidak bisa bersikap baik sesama teman. Sekarang ikut Ibu ke ruang kepala sekolah,” ajakku. 

“Ibu mau apa? Kepala sekolah tidak akan bertindak terhadap kami,” balas salah satu dari mereka sambil berdiri dan malah menantangku dalam berbicara. 

“Benarkah?” Bergegas aku mengeluarkan ponsel dari saku rok dan memperlihatkan video yang sempat dikirim Brian kepadaku. “Kalian mau apa sekarang? Langsung dibawa ke kantor polisi atau ikut bersama Ibu?” tanyaku, tidak takut sedikitpun dengan tantangan mereka. 

Kedua gadis itu saling memandang dengan mimik wajah cemas. Mereka langsung mengikuti ajakanku. Pembullyan yang mereka lakukan terhadap Shani langsung aku laporkan dengan bukti kejahatan mereka menyuruh preman itu juga aku ceritakan.

“Meskipun kedua orang tua mereka sudah memberikan donasi besar terhadap sekolah ini, tapi keadilan harus ditegakkan, Pak,” ucapku dengan jelas. 

“Saya mengerti Bu Fina. Baiklah, kita hadapi masalah ini dengan komunikasi yang baik,” balas Pak Mahesa, kepala sekolah. “Sekarang Bapak akan menghubungi kedua orang tua kalian.” Pak Mahesa juga tampak marah kepada kedua gadis itu setelah mengetahui masalah itu.

***

Makan malam aku sajikan dengan mata memperhatikan pintu dapur, dari semua orang yang duduk di meja makan, Shani yang tidak terlihat wujudnya. Teringat olehku kejadian tadi siang yang membuatku merasa kasihan kepada gadis itu. 

Mas Lintang menarik baju bagian bawahku, menarik perhatianku padanya yang sudah mulai memakan makanan yang ada di piringnya. Pria itu menaikkan salah satu alisnya, tampak bertanya melalui ekspresi. Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala dengan pelan dan kembali fokus menaruh makanan yang ada di tanganku. 

“Shani mana, Bu?” tanyaku kepada Bu Sulis. 

“Dia di kamar, sedang mengerjakan tugas, dan katanya akan makan nanti.” 

Tumben gadis itu mengerjakan tugas. Dapur aku tinggalkan dan ingin menghampiri Shani, aku ke kamar gadis itu yang juga ditempati oleh Bu Sulis. Pintu kamarnya aku ketuk dan membuka pintu tersebut dengan pelan, kepala aku masukkan, dan memperhatikan situasi kamar. Tidak ada siapapun yang terlihat di kamar itu, tetapi lampu meja belajar menyala. Kakiku perlahan memasuki kamar tersebut sambil memanggil namanya. 

“Shani …!” panggilku dengan pelan. 

Meja belajar itu aku hampir dan aku melihat buku dicoret-coret menggunakan tinta pulpen. Mungkin gadis itu bosan dan melampiaskan rasa bosan dengan mencoret-coret salah satu bagian buku yang masih kosong. Pandanganku tertarik kepada ponselnya. Teringat kembali olehku kejadian tadi siang yang membuatku sedikit tersenyum saat gadis itu menyuruhku mengambilkan ponsel tersebut untuknya.

Gawai milik gadis itu aku ambil, menyalakannya, yang langsung menunjukkan sebuah video yang membuatku kaget. Terdapat video saat di mana gadis itu berada di klub saat itu. Berbagai komentar negatif muncul di komentar video yang di upload di salah satu media sosial itu. Hatiku langsung diburu oleh perasaan tidak enak. Aku bergegas meninggalkan kamar itu bersama ponsel Shani dalam genggaman tanganku dan  hendak ke dapur membawa berita mengenai tidak adanya gadis itu di kamarnya. Namun, semua orang sedang menikmati makan malam dan aku tidak ingin mengganggu mereka dulu. Sendirian aku meninggalkan rumah sambil mencari-carinya. Mengapa kau mencarinya di luar rumah? Pintu pagar rumah tampak terbuka dan aku yakin gadis itu keluar rumah. 

“Shani …!” panggilku dengan mata mencari-cari. 

Kakiku menelusuri tepian jalan yang sedikit sunyi, hanya dilewati oleh beberapa transportasi saja. 

“Shani …!” panggil, lagi. 

Gadis itu cukup labil dalam berpikir. Entah mengapa aku kepikiran hal-hal yang buruk, takutnya Shani bertindak gegabah yang menyakiti dirinya. 

Mobil Jeep milik Brian berhenti di sampingku dengan arah yang berlawanan dengan arah langkah kakiku. Pria itu keluar dari mobil dan menghampiriku dengan senyuman bahagia. 

“Kasus itu sudah diselesaikan. Baru sekarang aku bisa mengunjungimu untuk memberitahumu. Besok Kesu gadis itu akan minta maaf kepada Shani dan keluarga kalian. Kedua orang tua mereka juga akan melakukannya,” jelas Brian. 

“Syukurlah. Oh iya, aku sedang mencari Shani. Sekarang aku cemas, dia tidak ada di rumah dan sepertinya dia baru saja menontoni video ini.” Ponsel gadis itu aku perlihatkan, memutar video di mana Shani diganggu oleh pria di klub malam itu, yang sempat memukulku. 

“Kita cari dia,” ajak Brian.

1
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!