Ṁẏ Ṗȯṡėṡi̇ḟ Ḃi̇ġ.Ḃȯṡṡ

aku pun berjalan menuruni anak tangga menuju dapur,dan aku terus melangka menuju dapur,dan aku mengerutkan kening saat mendengar keributan di dalam dapur....

"Siapa yang sudah bangun sepagi ini?"

Aku bergumam dan terus melangka masuk masuk ke dalam dapur,ternyata itu adalah ibu Mertuaku yang sedang sibuk membuat teh hangat....

"Mama."Tegurku sambil melangkah menghampiri ibu mertuaku.

"Oh,Nak kamu sudah bangun? Tolong bantu Mama siapkan semua ini di meja ya."Pinta ibu mertuaku sambil tersenyum.

"Iya Ma."

Aku pun meraih nampang yang berisi sarapan,lalu membawa nya menuju meja makan,tak lama semua orang mulai berkumpul di meja makan termasuk Edgar,dan kami pun bersiap untuk sarapan,namun tiba-tiba....

"Dimana putriku?"

Kami pun sontak menoleh ke arah pintu mansion,terlihat pria paru baya yang amat familiar berjalan masuk dengan wajah marah....

"Dia kan...Ayah nya Hana,tuan Fabio."batinku.

Prangggg

"Apakah kamu tidak memiliki rasa hormat tuan Fabio? Anda masuk ke rumah orang lain,dan tampa permisi berteriak sesuka hati."Tegas Ayah mertuaku setelah membanting sendok yang ada di tangan nya dengan kasar.

"Kalian yang tidak sopan?! Karna kalian sudah menahan putriku seperti itu!"Teriak tuan Fabio menatap tajam Ayah mertuaku.

"Turunkan suaramu!"Bentak Ibu mertuaku berdiri dan melangkah mendekati Ayah Hana.

Kami yang melihat itu,sontak ikut berdiri dan melangkah mengikuti Ibu mertuaku dari belakan....

"Kami tidak sopan katamu? Eh! Kami menahan putrimu karna dia mengaku sedang mengandung anak dari keluarga Maximus,maka dari itu kami hanya ingin memastikan kebenaran dan kami perlu bukti."Sambung Ibu mertuaku dengan nafas memburu marah.

"Kalian semua benar-benar keterlaluan! Putriku sedang hamil,tapi kalian malah memperlakukan nya seperti itu."Cecar Ayah Hana.

"Fabio,kami hanya perlu bukti,karna putraku sekarang sudah menikah,dan kami tidak mau Menantu kami merasa kecewa."Ungkap Ayah mertuaku mencoba tenang.

"Oh...jadi begitu,kalian perlu bukti karna putra kalian lebih memilih wanita miskin ini daripada putriku."Cibir Ayah Hana menatapku dengan sinis.

"Aku memang miskin tuan Fabio,tapi ibuku ku selalu mengajarkan ku tetang sopan santung kepada orang lebih tua,tapi sepertinya anda tidak pantas."Ujar ku dengan santai.

"Tuan Fabio,anda sudah menghina istriku,maka jangan salahkan aku,kalau nanti nya aku tidak akan sungkan lagi."Ucap Edgar yang mulai marah karna tidak terima aku dihina.

Prok...prok...prok

"Lihatlah bagaimana mereka membela wanita miskin itu,wah,wah sunggu hebat bukan."Selah tante Carla berjalan masuk sambil menepuk tangan dengan keras.

"Tante,sepertinya semaking aku diam,anda semaking tidak tau diri."Cibirku mulai marah.

"Kau yang seharusnya sadar diri dan cepat ceraikan Edgar."Tekan tante Carla menatap ku dengan tajam.

"Cih! Edgar adalah suamiku saat ini,dan aku tidak akan menceraikan nya sebelum aku membuktikan kalau itu benar-benar anak Edgar,Titik!"Hardik ku dengan marah.

"Sekarang aku minta lepaskan putriku,dan kita akan menyelesaikan masalah ini,melalui jalur hukum,kalau tidak,aku akan melaporkan kalian semua kepada polisi."Ancam Ayah Hana.

"Baiklah,maka aku yang akan menjadi pengacara pembela untuk suamiku,sampai jumpa lagi di pengadilan tuan Fabio."Ucapku membuat semua orang seketika menatapku dengan bingun.

"Kau jangan membual wanita miskin."Hina tante Carla merendahkan ku.

"Aku tidak membual,karna itu adalah fakta,dan kalau tante selalu menghinaku,maka aku pun tak akan segan menuntut tante."Tegasku.

"Aku percaya kepada Menantuku,dan kita akan bertemu di pengadilan nanti."

"Dan kalian lepaskan wanita ular itu."Sambung Ibu mertuaku memerintah para pelayan.

Para pelayan pun mengangguk patuh,lalu berjalan serempak menuju kamar tamu dan membuka pintu kamar,tak lama Hana berlari keluar sembari menangis dan berhambur memeluk Ayah nya....

"Papa mereka jahat,mereka mengurungku di sini semalaman,aku tidak terima Papa...."Lirih tangis Hana di dalam pelukan sang Ayah.

"Sudah sayang,Papa akan menuntut mereka semua atas apa yang mereka lakukan kepadamu,ayo kita pulang."Ajak tuan Fabio membawa Hana yang tenga menangis berjalan keluar menuju pintu mansion.

"Kalian semua pasti akan menyesal karna sudah mendukung wanita ini,cih!"Desis tante Carla ikut berjalan keluar menuju pintu mansion.

"Sayang,aku membutuhkan semua bukti tentang kejadian malam itu,sekarang."Perintahku menatap Edgar dengan tatapan tegas.

"I-iya sayang,aku akan menyuruh Roy mempersiapkan semuanya."Jawab Edgar dengan gugup karna tatapanku.

"Bagus nak,kamu harus kuat,karna ini menyangkut rumah tangga mu."Ucap Ibu mertuaku sambil mengusap rambutku dengan lembut.

"Iya Ma,aku adalah seorang istri sekarang,dan ini sudah menjadi tugasku."Jawabku sambil tersenyum hangat.