Sebagai satu-satunya penerus keluarga Parker, Justin Midas Parker dikenal dengan sikap dingin dan kejamnya namun memiliki trauma terhadap sentuhan fisik. Haphephobia yang dialaminya sangat parah sehingga dia tidak bisa bersentuhan bahkan dengan keluarga nya sendiri.
Suatu hari, saat Justin sedang melakukan terapi pengobatan, ia tanpa sengaja bertemu dengan dokter wanita yang berhasil menyentuhnya tanpa membuat penyakitnya kambuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisfiDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8-Ada apa?
" Ju, ini kau? " tanya Hazel dengan wajah berbinar senang.
Justin mengangguk, " ya, ini aku. "
Hazel langsung berdiri dan berjalan mendekat ke arah Justin. Wanita itu ingin memeluk namun dia tersadar akan sesuatu.
" Ah, aku lupa kau tidak bisa bersentuhan. Maafkan aku. " ucap Hazel dengan wajah terlihat sedih.
Justin juga merasa bersalah. Dia teringat kenangan mereka di masa lalu dimana mereka selalu bergandengan tangan.
" Maafkan aku, kita tidak bisa seperti dulu lagi. " ucap Justin.
Hazel pun kembali duduk di kursi nya. Dia tersenyum kepada Justin.
" Aku senang karena akhirnya kita bisa bertemu lagi. Bertahun-tahun aku mencarimu, tapi tidak menemukan apapun. " kata Hazel.
Justin mengangguk, " aku pun sama. Aku juga mencari tentangmu tapi tidak pernah berhasil. Tapi kini takdir yang mempertemukan kita. "
Hazel menganggukan kepala sambil tersenyum. Lalu mereka pun bertukar cerita seraya menyantap hidangan yang tersaji di atas meja.
Setelah menghabiskan waktu 1 jam, akhirnya Justin dan Hazel keluar dari ruang VVIP tersebut. Jonas yang dengan setia menunggu di depan pintu, membungkuk hormat saat kedua orang itu keluar.
" Jo, siapkan mobil. Nona Easton akan ikut kita kembali ke perusahaan. " perintah Justin yang langsung di turuti oleh Jonas.
Jonas lebih dulu pamit keluar, sedangkan Justin dan Hazel akan keluar bersama. Namun tiba-tiba Hazel meminta ijin untuk ke toilet. Justin pun mengangguk dan menunggu wanita itu.
Saat sedang memperhatikan ke sekeliling restaurant, mata nya menangkap seseorang yang ia kenal.
Elora Wilder.
Justin melihat wanita itu baru masuk kes restaurant bersama seorang pria. Dengan mesra pria itu merangkul pinggang Elora.
Elora dan pria itu berjalan ke arah nya, namun sambil terus mengobrol. Saat sudah berada di dekat Justin, Elora yang tidak sengaja menoleh menghentikan langkah nya.
Tatapan Justin dan Elora bertemu. Pria itu pun mengikuti kemana arah pandangan Elora yang tiba-tiba berhenti berjalan itu.
" Tuan Parker. " sapa Elora.
Justin mengangguk, " apa kabar dokter? Tidak menyangka kita bertemu disini. "
Elora tersenyum. Justin terpana melihat senyuman yang sangat mirip dengan senyuman Elle kecil.
" Saya berencana makan siang bersama kekasih saya. Oh, kenalkan Jake, ini adalah tuan Parker. Tuan Parker ini kekasih saya, Jacob Watson. " ucap Elora yang memperkenalkan pria yang ternyata kekasihnya itu.
Jacob langsung mengulurkan tangan ke arah Justin.
" Salam kenal, tuan Parker. Senang bisa bertemu anda disini. Saya sangat menganggumi kesuksesan anda. " kata Jacob.
Justin hanya melirik sekilas uluran tangan Jacob, lalu beralih melihat Elora.
" Dokter permasalahan kita waktu itu belum selesai, aku akan membuat jadwal untuk kita bertemu. Asisten ku akan mengabarimu nanti. "
Jacob menarik kembali tangan nya yang tak di sambut oleh Justin. Sedangkan Elora merasa tidak enak hati pada sang kekasih.
Elora mengangguk, " baik, kabari saja saya kapan anda ingin bertemu. kalau begitu saya permisi dulu, tuan Parker. Ayo Jake. "
Elora berlalu meninggalkan Justin yang masih menatap kearahnya itu.
" Justin, maaf membuatmu menunggu lama. "
Justin menoleh dan mendapati Hazel sudah berdiri di hadapan nya sambil tersenyum. Dan Justin merasa senyuman Elora lebih mirip Elle kecil daripada senyuman Hazel.
Keraguan sedikit timbul di hati nya. Tapi semua cerita yang Hazel sampaikan sama persis dengan apa yang dulu dan Elle sering lakukan di panti asuhan.
***
Beberapa hari kemudian, Justin sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Bukan karena ada jadwal pemeriksaan, tapi hari ini dia akan bertemu dengan Elora Wilder. Setelah membuat janji temu, akhirnya siang ini mereka akan bersua.
40 menit perjalanan dari perusahaan nya, kini mobil Justin sudah berhenti di area parkiran rumah sakit. Jonas, sang asisten yang selalu ikut menemani kemana pun tuan nya itu pergi, turun lebih dulu lalu membuka kan pintu untuk Justin.
Justin langsung turun dari mobil nya dan melangkah menuju pintu masuk rumah sakit. Jonas mengikuti dari belakang sambil mengarahkan kemana mereka harus berjalan. Setelah melewati beberapa koridor, akhirnya mereka berhenti di depan sebuah pintu yang bertuliskan sebuah nama. Elora Wilder.
Jonas mengetuk pintu berwarna putih itu, dan setelah mendengar suara sahutan dari dalam, Jonas membuka pintu tersebut.
Justin melangkah masuk di ikuti oleh Jonas.
" Ah, rupa nya kalian. Silakan duduk tuan Parker, tuan Jonas. " ucap Elora yang langsung berdiri setelah melihat kedatangan Justin.
Justin duduk di kursi yang ada di hadapan Elora. Sedangkan Jonas, pria itu tetap berdiri di belakang sang tuan.
" Apa anda mengalami cidera karena kejadian waktu itu? " tanya Elora.
Justin hanya diam. Pria itu memperhatikan wajah Elora dengan teliti.
" Bisakah kau tersenyum? " pinta Justin yang membuat Elora mengernyitkan kening nya karena merasa bingung.
" Apa maksud anda tuan Parker? "
" Tersenyumlah, maka aku tidak akan mempermasalahkan kejadian waktu itu. " ucap Justin.
Elora menatap Justin. Dia merasa pria di hadapan nya ini sedang mengerjai nya.
" Apa yang anda inginkan sebenarnya? " tanya Elora.
Justi memasang wajah datar. Dia melipat kedua tangan nya dan bersandar di kursi.
" Apa begitu susah untukmu tersenyum dokter? " tanya Justin.
" Tuan Jonas, sekarang jelaskan tujuan kalian datang kemari. " ucap Elora pada Jonas yang hanya berdiri dan diam di belakang Justin.
Sebenarnya Jonas juga penasaran dengan permintaan tuan nya tadi pada Elora.
" Kau tidak perlu bertanya pada asisten ku, karena dia tidak tau apa-apa. Tersenyumlah, dan aku akan menjelaskan setelahnya. " kata Justin.
Elora menghela napas, lalu menatap bergantian pada kedua pria di hadapan nya itu.
Dengan sedikit kaku, Elora tersenyum. Justin mengamatinya dengan seksama. Senyuman itu sangat familiar dimata nya.
" Elle..... " ucap Justin tanpa sadar.
" Bagaimana anda tau nama panggilan saya itu? " tanya Elora.
Justin langsung menatap lurus kearah Elora.
" Nama mu Elle? "
Elora mengangguk, " ya, jika dirumah keluargaku memanggilku Elle. "
" Kau ingat panti asuhan di California? " tanya Justin memastikan.
Elora berpikir sejenak, namun tak lama wanita itu menggeleng.
" Tidak, aku tidak pernah pergi ke California. Ada apa? "
" Kau yakin. Bukan kah dulu kau di adopsi dari panti asuhan oleh keluargamu saat ini? " ucap Justin yang mengejutkan Elora dan Jonas.
" Apa maksud anda tuan Parker? Sebenarnya apa tujuan anda datang kemari? " tanya Elora dengan nada tidak seramah tadi.
" Bukan kah kau sendiri yang mengatakan nama mu Elle? itu artinya kau adalah Elle ku saat di panti asuhan dulu. " jelas Justin.
" Hentikan omong kosong anda tuan Parker. Anda sudah melewati batas. " ucap Elora dengan wajah marah.
Justin tidak terpengaruh dengan kemarahan wanita itu. Tapi dia cukup terusik saat melihat Elora seperti tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan. Apa dia bukan Elle nya? tapi kenapa nama panggilan mereka sama dan senyuman mereka pun mirip.
" Kalau tidak ada kepentingan lagi, kalian bisa pergi. Saya masih memiliki jadwal operasi setengah jam lagi. " kata Elora dengan wajah datar. Tak ada lagi senyuman di wajah cantik wanita itu.
Jonas merasa bingung. Dia tidak mengerti ada apa antara tuan nya dan dokter magang itu. Dan panti asuhan? Apa tuan nya pernah tinggal di panti asuhan? Sungguh banyak pertanyaan di dalam benak pria itu. Dia merasa ternyata belum mengetahui lebih banyak mengenai tuan nya.
Justin berdiri, lalu berlalu pergi tanpa mengatakan apapun. Jonas selaku asisten pun berpamitan pada Elora yang hanya di jawab anggukan kepala oleh wanita itu.
" Panti asuhan? Aku rasa tuan Parker tidak sehebat seperti yang aku dengar. Dia sangat aneh. " gumam Elora setelah kepergian kedua pria yang sudah menyita waktu nya tadi.