Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Sayang...aku sudah menjadi istri sah mu, apakah kita bisa, ehm...maksudku, apa kakimu masih sakit?" Susan ragu - ragu untuk mengatakan bahwa dia meminta hak nya sebagai seorang istri.
"Ehm...sayang, apakah kamu bisa menungguku sebentar lagi sampai kakiku bisa di gerakkan lagi?" Tanya Arthur yang mengerti kemana arah pembicaraan Susan.
"Apa nggak ada cara lain sayang? mungkin aku bisa di atas dan kamu di bawah, hehe..."Ujar Susan yang sedikit malu.
Arthur merasa tak enak hati kepada Susan, karena Susan hanya meminta hak nya sebagai istri.
"Baiklah sayang, akan aku coba ya, untuk saat ini sepertinya kamu yang lebih aktif, kamu yang harus lebih gesit di banding aku." Ujar Arthur tersenyum dan Susan pun terlihat berbinar - binar karena Arthur mengabulkan keinginannya.
Sebelum melaksanakan akad nikah, Arthur sudah keluar dari rumah sakit, dokter juga sudah mengizinkan Arthur untuk berobat jalan saja dan tetap rutin meminum obatnya.
Dan nanti dokter juga akan membuatkan jadwal untuk Arthur mengikuti therapy satu bulan lagi.
Saat ini Arthur dan Susan berada di apartment Susan sedangkan keluarganya yang lain menginap di hotel.
Malam ini adalah malam pertama buat Arthur dan Susan.
Susan sudah mengganti pakaiannya dengan lingerie hitam yang semakin membuat tubuhnya terlihat seksi.
Arthur sudah berada di atas kasur, kejantanannya pun sudah mulai menegang melihat tubuh seksi sang istri.
Boxer yang dipakainya terasa sesak karena kejantanannya yang mulai menegang itu.
Susan mulai mendekatinya dan mereka pun berciuman mesra, lidah mereka mulai bertaut di dalam mulut dan berhenti saat mencari oksigen.
"Aku mencintaimu sayang, terimakasih karena kamu mau menikahiku." Ucap Susan.
"Iya sayang, aku juga mencintaimu." Sahut Arthur dengan mencium kening Susan dan kemudian mencium bibirnya lagi.
Mereka pun melanjutkan lagi adegan intim mereka. Susan mengelus sesuatu yang sudah sangat menonjol di bagian bawah pusar Arthur.
Arthur mendesah saat Susan mengelus kejantanannya dengan lembut.
Tanpa sungkan, Susan langsung membuka boxer yang di pakai oleh Arthur.
Dan terlihatlah kejantanan Arthur yang sudah mengeras dan menegang itu.
Arthur pun berbaring dan membiarkan Susan berbuat sesukanya dengan kejantanannya itu.
Susan terpana saat melihat kejantanan suaminya yang sudah di pacarinya selama empat tahun itu. Ukurannya panjang, besar dan berurat.
Susan langsung memainkan rudal Arthur dengan menggoyangkan tangannya ke atas dan ke bawah.
"Aaahh...aaahhh...waoooww...enak sayang, enak banget, aaahh...aaahhh..." Desahan panjang Arthur itu membuat Susan semakin semangat, kemudian dia langsung mengulum benda tumpul yang sudah menegang sempurna itu.
Susan sudah terangsang sedari tadi, dia langsung membuka lingerienya dan nampaklah bulatan kenyal, putih dan mulus yang ada di tubuh Susan.
Susan kini telah berada di atas tubuh Arthur dan bergerak menuju bibir Arthur, agar dia bisa merasakan kenikmatan saat Arthur melahap buah dadanya itu.
Arthur pun dengan rakusnya melahap buah dada sang istri, bergantian kanan dan kiri.
Setelah puas, Susan langsung memasukkan rudal Arthur ke organ kewanitaannya.
Dia yang berada di atas, dan dia juga yang lebih aktif mengambil alih permainan.
Deru napas yang bersahut - sahutan dari mereka seakan menari - nari di kamar apartment Susan.
Arthur maupun Susan merem melek merasakan kenikmatan dalam adegan intim yang mereka lakukan.
"Aaah...aaah...aaahhh...sayang...aku sepertinya mau pipis." Ujar Susan yang masih menggoyangkan pinggulnya naik turun.
Susan menggigit bibir bawahnya saat merasakan cairan hangat keluar dari organ kewanitaannya. Arthur pun merasakannya juga.
"Lanjutkan lagi sayang, aku belum keluar." Ujar Arthur.
Susan pun melanjutkannya lagi, beberapa menit kemudian, Arthur juga menyemburkan cairan kental dan hangatnya itu ke dalam liang Susan, setelah selesai menyemburkan cairan miliknya, Susan langsung berbaring di samping Arthur.
"Terimakasih ya sayang, setelah empat tahun kita pacaran, baru kali ini aku merasakan nikmatnya kejantananmu, aku semakin tergila - gila padamu sayang." Tutur Susan.
Arthur pun langsung membawa Susan ke dalam dekapannya.
*******
Kehamilan Lidya sudah memasuki 6 bulan, tapi Arthur belum pernah menghubunginya sama sekali, jadi dia pun sudah pasrah dengan keadaannya, beruntung dia masih memiliki adik - adik yang baik.
Warungnya pun mulai ramai dengan pembeli, dia juga sudah menambah satu orang pekerja yang membantunya, karena adik - adiknya hanya bisa membantunya berjualan di sore hari dan hari libur sekolah saja.
Susan juga kini tengah hamil 3 bulan, Arthur dan Susan masih berada di Sidney, Arthur juga rutin menjalani therapy dan sudah banyak kemajuan yang di rasakannya.
Karena dia sudah bisa menggunakan tongkat sebagai bantuan untuk dia berjalan.
Sebenarnya Arthur juga merindukan Lidya, tapi dia akan menemuinya ketika nanti dia sudah sembuh dan mereka kembali ke Jakarta.
"Sayang...aku ke kantor dulu ya." Ucap Susan berpamitan.
"Ya sayang, kamu hati - hati ya." Sahut Arthur.
"Oh ya, hari ini biar aku sendiri saja yang pergi therapy, nggak usah di temenin, kamu semangat aja kerjanya." Ujar Arthur.
"Oke." Sahut Susan.
*******
POV Alex
Saat aku stop di lampu merah, aku melihat seorang wanita cantik dengan perut yang besar sedang mengendarai sepeda motornya.
"Sepertinya aku mengenal wanita itu? Wajahnya nggak asing buatku...ooh ya, dia itu kan Lidya, chef yang pernah masak di rumahku, tapi dia sekarang hamil. Apa mungkin dia sudah menikah ya?" Batinku bertanya - tanya.
"Ah sudahlah nggak perlu terlalu di pusingkan, toh aku hanya menidurinya saja dan nggak ada hubungan apapun antara aku dan dia."
"Pak, kita kemana lagi ini?" Tanya supir pribadiku.
"Kita ke Kantor Pak Hanif ya sekarang." Ujarku kepada sang supir.
"Siap pak." Sahutnya.
Setelah 10 menit berlalu, kami pun sampai di kantor Pak Hanif, rekan kerjaku yang baru saja menyepakati kerja sama proyek terbaru kami.
Baru saja aku masuk ke gedung kantor Pak Hanif, tiba - tiba saja seorang wanita tak sengaja menyenggol ku dan menjatuhkan ponsel yang sudah ku pegang saat aku membuka pesan chat dari papaku.
"Eh...ma-maaf Pak, saya lagi buru - buru." Ujar wanita itu.
Dan saat kami bertatapan, aku dan dia pun sama - sama saling terkejut.
"P-pak Alex." Ujarnya singkat dan dia langsung bergegas berlari kecil menuju ke arah pantry.
Aku pun mengikutinya, ternyata dia mengantarkan pesanan catering untuk beberapa karyawan yang bekerja di perusahaan Pak Hanif.
Setelah dia memberikan catering tersebut, dia pun berbalik, mata kami saling beradu, tapi dia segera pergi tanpa menyapaku lagi.
"Hai Lidya...Lidya...tunggu." Ucapku memanggil namanya.
Tapi, dia hanya menoleh sekali dan kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke luar kantor.
Aku penasaran, kenapa sikapnya seperti itu kepadaku, jadi aku hanya menitip pesan kepada asistenku untuk menyampaikan kepada Pak Hanif untuk menungguku sebentar, nanti aku akan menyusul, karena ada keperluan mendadak.
Aku pun segera mengejar Lidya hingga sampai di halaman parkir.
Aku menarik lengan Lidya saat aku sudah berada di belakangnya, dan ku tarik dia kemudian ku bawa masuk ke dalam mobilku.