Diajeng, Gadis remaja yang mulai memasuki dunia Sekolah menengah Kejuruan.
Merasakan pengalaman yang baru dan jauh dari saat ia masih SD, dan SMP.
Pengalaman sehari - hari yang menceritakan tentang kehidupan sekolah menengah kejuruan yang di penuhi dengan intrik persahabatan, persaingan, permusuhan dan CINTA
WARNING: berisi sedikit cerita bubun dulu yang dibumbui dengan khayalan.
bijaklah dalam membaca, kesamaan nama dan kota sedikit - sedikit nyerempet, mohon di maklumi.
tidak untuk menyinggung oknum - oknum terkait, HAPPYREADING🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengumuman
Hari senin berikutnya datang begitu cepat. Ajeng sudah ngetem di tempat duduknya bersama dengan Pratiwi dan Desi, mereka bertiga tengah membahas hari kemarin, hari minggu kemarin.
Seperti yang diusulkan oleh Novi dan Desi, mereka semua akan kembali datang kerumah Radin untuk membantu mengayak Padi, tetapi ternyata tidak semua bisa pergi kesana karena memiliki jadwal kegiatan di rumah masing – masing.
Contohnya si Tiwi yang memang sudah memiliki Jadwal Job nyanyi bersama dengan sang ayah, sementara Ajeng harus menjadi pengawas untuk bocil – bocil sekitar rumah dalam kegiatan kerja bakti membersihkan masjid.
Desi juga tampaknya tidak bisa hadir jika didengar dari ceritanya, ia mengatakan jika ia menemani emaknya untuk pergi menjenguk saudaranya yang melahirkan.
“ Aku nggak tahu siapa saja yang ke rumah Radin lagi,” ucap Ajeng sedikit merasa bersalah. Pasalnya, awalnya ia yang mendiskusikan untuk datang lagi kepada teman – temannya. Tetapi ia lupa jika ia memiliki janji kepada para bocil disekitar rumah.
“ Jangan terlalu merasa bersalah, kami juga tidak ikut bukan? Lalu bukannya Radin juga sudah menghubungi kita. Tampaknya Banyak juga yang tidak bisa datang,” Ucap Desi yang diangguki Pratiwi.
“ Uhm, mari kita tunggu mereka semua datang,” timpal Pratiwi sambil asyik memainkan pulpen digenggamannya.
Tidak sampai menunggu lama, 5 menit kemudian hampir semuanya sudah datang. Radin juga datang dan langsung menghampiri meja milik Ajeng. Mengeluarkan sebuah kantong plastik wadah gula 1 kg yang terbalut plastik hitam dan menyodorkannya di depan Ajeng sambil tersenyum riang.
“ Apa ini?” pertanyaan langsung terucap di bibir Ajeng menggantikan ucapan permintaan maafnya yang tertelan di tenggorokan.
“ Oh, ini contoh Gabah Padi kemarin,” jawab radin dengan enteng. Alis Ajeng dan Pratiwi juga yang lainnya yang mendengar terangkat sebelah. Mereka masih tidak paham.
“ Sabtu kemarin, pas kalian udah balik semua Kak Wahid dan Ajeng menjadi yang terakhir balik kan? Nah, dia ada ngomong sama ibu dan bapak. Nggak tau juga sih apa yang dibilang mereka, yang jelas, ibu nyuruh aku bawain sampel Gabah yang kami panen kemarin,”
“ Kak Wahid bilang minta dititip ke kamu,” tambah Radin menjelaskan asal muasal plastik hitam bawaannya tersebut.
“ OOOhhhhhh....”
Ajeng mengangguk ditengah seruan mengerti teman – temannya ini. Ia mengambil plastik itu dan meletakkan di paper bag wadah bekal dari sang mamak dengan hati – hati.
Sepertinya ia bisa menebak apa yang dibicarakan Wahid kepada orang tua Radin sabtu kemarin. Pasti ini berkaitan dengan profesi bapak wahid yang merupakan juragan Padi.
Ajeng tentu saja melihat jika gabah – gabah milik Radin kemarin sangat montok dan Gemoy. Wahid tentu saja tertarik karena ia juga memiliki penglihatan yang jeli mengenai kualitas padi.
“ Maaf kami tidak datang kemarin,” Ajeng kembali mengungkapkan penyesalannya kepada Radin, ia menghampiri tempat duduk Radin dibelakang sana bersama dengan Pratiwi dan Desi.
“ Ey, santai aja weh. Kemarin aku juga nggak bisa datang,” jawab Novi yang diangguki oleh Ranata.
“ Kami juga ada kegiatan dirumah,” timpal Ranata.
“ Nggak apa, sebenarnya kemarin ibu juga nggak enak jika kalian datang membantu lagi. Kami sudah memiliki mesin untuk mempermudah proses ayak, kami sungguh sangat terbantu dengan kalian yang sudah mau memanen Padi kami,” ucap radin sambil memandang teman – temannya dengan sorot penuh dengan terima kasih.
“ kemarin para lakik datang semua, aku dan Kurniasih yang bantuin Radin sama ibu masak,” ucap Rinjani. Ajeng mengangguk paham.
“ Jika suatu saat kita ada masalah, jangan sungkan untuk bercerita. Kita adalah keluarga,” ucap Adi tiba – tiba muncul dari belakang.
Satu kelas saling memandang sambil tersenyum dan mengangguk. Dalam hati mereka diam – diam terukir sebuah janji pada diri masing – masing jika mereka akan saling membantu sampai kapanpun.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 06.45, alarm berbunyi yang menandakan upacara akan segera dimulai. Adi kembali memimpin teman – temannya untuk segera bergegas menuju ke lapangan an bergabung dengan kelas X dan para senior lainnya.
Upacara hari ini berlangsung dengan khidmat dan tertib. Ada satu pengumuman penting bahwasannya semua murid akan menghadapi ujian tengah semester di minggu selanjutnya. Yang artinya, seminggu ini akan menjadi minggu – minggu tenang dan untuk pemenuhan / pemantapan materi yang akan diujikan.
Ajeng duduk di bangkunya dengan setengah linglung. Jelas ia memikirkan hasil pengumuman saat pidato upacara bendera tadi. Tidak terasa begitu cepat ia sudah akan menghadapi ujian tengah semester yang artinya ia sudah 3 bulan berada di jenjang sekolah ini. Sungguh terasa cepat.
Ajeng tentu masih ingat bagaimana euforianya ketika mendapat surat penerimaan dirinya, bagaimana ia bersemangat ketika menyiapkan barang – barang untuk MOSnya ( yaaa, meskipun semua hampir dibantu oleh wahid..).
Lalu bagaimana ia dan teman – temannya saling berkenalan satu sama lain, mengenal kepribadian masing – masing, latar belakang, hingga hampir tahu bagaimana sifat teman sekelasnya sendiri.
“ Kenapa mbak?” tanya Pratiwi yang mendapati Ajeng sedang melamun dimejanya. Ia bahkan dengan sengaja mengguncang lengan Ajeng keras – keras hingga sang empunya gelagapan terkejut.
“ Weh, si bambang,” sengit Ajeng sambil manyun yang dikekehi oleh Pratiwi.
“ Ya lagian malah kesambet, bukannya siap – siap orang kita mau ke LAB,” ucap pratiwi.
“ Nggak, nggak apa – apa. Cuma sedikit melankolis aja, ternyata kita udah lama banget ya jadi siswa SMK,” kekeh Ajeng sambil mengemasi tas dan paper bagnya. Ia mengikuti Pratiwi dan yang lainnya menuju ke Lab Komputer.
“ Hmm, padahal rasanya baru kemarin ya kita ngerasain pake seragam Baru ini,” timpal Pratiwi sambil menatap ke arah baju seragam abu – abu milinya.
Memang benar, serentak baju seragam milik kelas X rata – rata baru jadi setelah sebulan mereka menjadi murid SMK. Hal ini dikarenakan para tukang jahit sedikit kewalahan dengan banyaknya pesanan untuk menjahit baju seragam SMK.
Jadi, kecuali jas kerja Lab dan seragam Olahraga, mereka semua harus mengenakan seragam SMP mereka yang lama sementara menunggu seragam SMK jadi semua.
( gimana perasaan effort kalian pas pertama kali pakai seragam SMK/K? Apakah kalian juga harus menjahit sendiri atau seragam kalian sudah langsung jadi?)
Ajeng melewati kelas Wahid, dia kemudian meminta tolong yudis untuk memanggil Wahid dan menyerahkan bungkusan dari Radin tadi.
Rombongan kelas RPL 1 ini segera memasuki Lab komputer, mereka langsung berhadapan dengan ibu Widya yang memberikan mereka sejumlah materi tambahan dan juga kisi – kisi seputar apa yang akan muncul pada ujian pertengahan semester tadi.
“ Ibu harap kalian bisa belajar dengan rajin, kalian akan dapat mengerjakan dengan mudah jika mempelajari kisi – kisi dengan teliti,”
“ Jangan berani mencontek, kerjakan semampu kalian. Adalah hal yang memuaskan meski nilai rendah tetapi hasil dari kerja keras kalian,” tambah bu Widya dengan senyum yang mengandung ancaman.
Membuat Adi dan teman – temannya bergidik ngeri dan langsung mengangguk dengan patuh..
.
.
.
.
.
.
Siapa juga yang seperti ini? Dulu kalau mau ujian semester dan semacamnya, pasti guru –guru akan memberikan kisi –kisi agar belajar untuk ujian lebih terarah ....
bukan estafet olahraga yaa say...
thanks mbak 💪💪
cowok, tapi Ng tau flashback nya.
thanks mbak 💪💪
Monika, masalah cowok,gadun
apa maknya novi pelakor.
dah lah pusing gua,mana pensnya
Fuji sama pensnya keluarga gledek
sedang panas.padahal barusan
selesai mikirin Toriq haji dua bulan.
thanks mbak 💪💪
thanks mbak 💪💪
thanks mbak 💪💪
padi di sawah apalagi hembusan angin sepoi-sepoi.
thanks mbak 💪💪
thanks mbak 💪💪