"Pokoknya Lia ngak mau di jodohin, Mah!Apalagi sama bapak-bapak." Ucap Lia kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil. Aliana Putri Mahendra di panggil Lia. Umur sudah 23 tahun tapi sikapnya yang masih kekanakan, keras kepala dan manja. Orangtuanya ingin menjodohkannya dari anak dari teman bisnis Papanya. Namun Lia menolak karena dia juga punya pacar dan belum siap menikah.
"Siapa juga sih yang mau jodohin kamu sama bapak-bapak." Ucap Mama Renata yang sudah pusing dengan sikap anaknya. Sering di panggil Mama Nata.
"Terus yang kemarin itu apa kalau bukan bapak-bapak. Lia ngak buta. Mama kok tega banget sih sama anak sendiri."
"Ya ampun Lia kamu salah paham sayang. Bukan dia yang mama maksud. Yang kemarin itu bapaknya." Ucap Mama Nata.
"Mau dia bapaknya, anaknya, sepupunya. Lia ngak peduli, Mah. Pokoknya liat ngak mau di jodohin. Lia punya pacar dan Lia juga masih belum siap menikah. Titik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kavhyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan
Azka mengingat saat dia bersama dengan Kiara. Perasaan nyaman dan dirinya merasa sakit ketika melihat Kiara terluka. Kenapa? Apa mungkin dia menyukai Kiara lebih dari teman? Dan mulai mencintainya? Azka pusing memikirkan semua ini. Dia bingung dengan perasaannya. Setiap saat dia hanya memikirkan Kiara dan Kiara. Tapi di sisi lain dia juga memikirkan sesuatu tentang Mommynya. Kenapa Mommynya tidak menyukai Kiara saat Azka menyebut namanya dulu. Dan apa hubungan dengan kepergian Mommy dulu selama 5 tahun. Pokoknya dia harus mencari tahunya sendiri.
Karena sudah tengah malam. Azka pun memutuskan untuk tidur, karena besok ada ujian.
Keesokan harinya Azka terbangun dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Hari ini dia bangun sedikit terlambat karena tadik malam dia begadang. Setelah semua selesai Azka turun ke bawah dan menuruni anak tangga dengan buru-buru. Kemudian mencium tangan kedua orangtuanya.
"Azka sayang, kamu tidak sarapan nak?" Tanya Lia. Azka menggelengkan kepalanya.
"Tidak Mom. Azka buru-buru. Hari ini ada ujian dan sebentar lagi Azka masuk." Ucap Azka. Lia dan Lian mengangguk mengerti.
"Hati-hati sayang. Jangan lupa makan di sekolah." Ucap Lia.
"Iya Mom." Ucap Azka dan berjalan pergi.
Setelah kepergian Azka, Lia dan Lian saling menatap satu sama lain.
"Kok tumben anak itu bangun kesiangan sayang?" Tanya Lian.
"Aku juga ngak tau sayang. Tapi mungkin dia begadang tadik malam. Itu biasa terjadi." Ucap Lia. Lian pun mengangguk.
"Kamu ke butik hari ini?" Tanya Lian.
"Iya sayang. Kenapa?" Tanya Lia.
"Kalau begitu kita berangkat sama-sama. Mobil aku lagi di bengkel sayang." Ucap Lian. Lia pun mengangguk tersenyum.
"Iya sayang." Ucap Lian
Sedangkan di tempat lain Kiara bersikeras untuk ke sekolah tapi Papanya melarangnya.
"Pliase Pah. Kiara ada ujian. Lagian Kiara juga ngak papa. Kiara masih bisa bawah mobil." Ucap Kiara.
"Kamu kan bisa ambil ujian susulan sayang. Kamu istirahat aja di rumah." Ucap Papanya. Namun Kiara bersikekeh untuk tetap pergi. Karena dia juga merasa tidak nyaman di rumah dengan ibu tirinya.
"Betul apa kata Papa sayang. Sebaiknya kamu istirahat di rumah." Ucap Renata.
"Kamu ngak usah ikut campur. Ini urusan saya dan Papa saya." Ucap Kiara.
"Kiara! Jaga sikap kamu sama Mama Renata." Bentak Papa. Kiara yang sudah biasa dengan hal seperti ini. Semenjak Papanya menikah Kiara selalu di bentak dan di marahi. Dulu saat Mama masih hidup, Papanya bahkan tidak pernah mengeluarkan suara dengan nada tinggi. Kiara tahu betul dengan ibu tirinya. Dia sangat licik dan hanya memanfaatkan Papanya saja.
"Dia bukan Mama Kiara Pah. Jadi stop buat nyuruh aku ngehargain dia." Ucap Kiara dan berlalu pergi dengan mengemudi mobilnya.
"Anak itu semakin keras kepala dan kurang ajar dengan orangtuanya." Ucap Papanya dengan marah.
"Sabar sayang. Anak-anak seusia Kiara memang sangat sulit untuk mengontrol emosinya." Ucap Mama Renata. Papa Kiara mengangguk tersenyum.
"Makasih sayang. Dan maaf karena sikap Kiara yang selalu kasar sama kamu." Ucapnya. Renata mengangguk tersenyum.
"Sama-sama sayang. Ngak papa kok. Aku yakin suatu hari nanti Kiara bisa nerimah aku." Ucap Renata
"Iya sayang. Kalau begitu aku ke kantor dulu." Ucap Papa Kiara. Renata pun mengangguk dan mencium tangan suaminya.
Setelah kepergian suaminya. Renata mengepalkan tangannya.
"Tunggu saja, aku akan membalas semua perbuatanmu Kiara. Tapi tidak sekarang. Nanti kalau sudah waktunya. Setelah aku mengambil semuanya dan Papa kamu yang tidak berguna ini." Ucap Renata tersenyum penuh arti.
Azka yang sudah sampai di sekolah dan langsung berjalan menuju ke kelasnya. Dan kemudian membuka bukunya. Tadik malam dia tidak sempat belajar.
"Tumben baru datang Ka." Ucap Dion.
"Tadik malam gue begadang." Ucap Azka. Dion pun mengangguk. Sedangkan Zidan sibuk belajar. Kalau nanyain Raka dimana? Ya seperti biasa. Dia selalu terlambat ke sekolah.
Azka melihat di sekelilingnya dan tidak melihat Kiara dan kemudian teringat kalau Kiara sedang sakit karena kecelakaan. Mungkin dia tidak masuk hari ini. Tidak lama kemudian. Kiara datang bersama dengan teman-temannya. Azka pun berdiri dan menghampiri Kiara.
"Kenapa kamu ke sekolah? Kamu habis kecelakaan kemarin. Seharusnya kamu istirahat di rumah Ra." Ucap Azka.
"Aku ngak Papa Ka. Santai aja." Ucap Kiara tersenyum.
"Kamu yakin?" Tanya Azka memastikan. Kiara pun mengangguk tersenyum. Azka pun kembali ke tempat duduknya. Dian dan Zidan saling menatap. Sepertinya sahabatnya lagi jatuh cinta. Karena ngak biasanya Azka sepeduli itu sama cewek. Dan akhir-akhir ini Azka banyak berubah setelah ada Kiara. Pikirnya.
Sedangkan Amel dan Selina merasa shock mendengar apa yang di katakan Azka barusan.
"Kamu habis kecelakaan Ra? Kapan? Dan dimana? Kok ngak bilang?" Tanya Selina dan Amel yang menghujani dengan banyak pertanyaan karena Kiara tidak cerita apa-apa.
"Maaf. Aku ngak sempat bilang sama kalian. Lagian aku juga ngak papa kok." Ucap Kiara dan menceritakan semua kejadian kemarin. Amel dan Selina.
"Lain kali kalau ada apa-apa bilang ya Ra." Ucap Selina yang di angguki Amel.
"Betul kata Selin Ra. Kita ngak mau terjadi apa-apa sama kamu." Ucap Amel. Kiara pun memeluk kedua sahabatnya.
"Makasih kalian selalu ada untuk aku. Dan aku janji, lain kali kalau ada apa-apa. Aku akan bilang sama kalian." Ucap Kiara. Amel dan Selina mengangguk tersenyum.
"Sama-sama Ra. Kita bukan hanya sekedar teman tapi saudara." Ucap Selina.
"Iya betul yang di katakan Selina. Jadi apapun itu, loh harus cerita sama kita." Ucap Amel. Kiara pun mengangguk.
Mereka semua duduk dan belajar.
Kring...Kring...Kring... (Bunyi bel masuk).
"Selamat pagi anak-anak." Ucap Pak Surya guru Fisika.
"Pagi Pak." Ucap Semua murid.
Tiba-tiba Raka datang membuat Pak Surya menggelengkan kepalanya. Anak ini selalu saja terlambat. Hampir setiap guru yang mengajar itu mengeluh dengan kelakuan Raka.
"Maaf Pak. Tadik say," sebelum melanjutkan ucapannya Pak Surya langsung menyelahnya.
"Tidak usah banyak alasan! Cepat masuk dan duduk." Ucap Pak Surya. Raka pun tersenyum dan langsung duduk.
"Silahkan masukkan semua buku di dalam tas. Di atas meja hanya ada pulpen." Ucap Pak Surya.
"Iya Pak." Ucap Pak Surya.
"Kok buku di simpan sih? Kita kan mau belajar." Ucap Raka. Zidan pun menjitak kepala Raka.
"Hari ini kita ujian bangke." Ucap Zidan. Raka menepuk jidatnya. Astaga dia lupa kalau hari ini ada ujian Fisika. Mana di belum belajar apa-apa.
"Gue lupa kalau hari ini kita ujian Dan." Ucap Raka.
"Itu sih derita loh." Ucap Zidan. Raka pun tersenyum melas.
"Loh kan ada. Seperti biasa. Gue liat jawaban loh ya." Ucap Raka.
"Enak aja." Ucap Zidan.
"Gue traktir apapun loh mau." Ucap Raka. Zidan pun menatap Raka.
"Oke deal." Ucap Zidan.
"Raka Zidan. Kalian lagi bicarain apa? Sekali lagi bapak dengar kalian bicara. Bapak tidak segan-segan kasi keluar kalian dari sini." Ucap Pak Surya. Zidan dan Raka langsung terdiam. Pak Surya pun membagikan kertas ujiannya.
"Silahkan kerjakan dengan baik. Waktu hanya 60 menit dari sekarang." Ucap Pak Surya.
"Iya Pak." Ucap semuanya.
Mereka pun mulai mengerjakan setiap soal dengan tenang.
Kring...Kring...Kring.. (Bunyi bel istirahat).
"Silahkan kumpul di atas meja bapak, dan setelah itu kalian boleh istirahat." Ucap Pak Surya.
Kantin
Kiara dan teman-temannya sibuk makan begitupun dengan Azka dan teman-temannya.
Brak...
Tia dan Mira datang menggebrak meja yang di tempati Kiara makan dan menyiram juz ke Amel.
"Loh," sebelum menampar Tia. Kiara menahan tangan Amel. Dan memberikan isyarat. Amel pun mengangguk dan membersihkan bajunya. Semua orang yang ada di kantin dan menyaksikan semuanya. Tidak heran sih, ini bukan pertama kalinya Tia dan Mira melakukan hal ini. Tapi mereka tidak bisa apa-apa karena tidak ada yang berani melaporkannya.
"Kenapa berhenti? Takut kan loh. Makanya jangan macam-macam sama gue" Ucap Tia.
Kiara pun berdiri.
"Sudah?" Tanya Kiara.
"Apa?" Tanya Tia.
Kiara pun memelintir tangan Tia dan membuatnya meringis kesakitan dan kemudian menumpahkan juz ke Tia. Banyak yang kagum atas keberanian Kiara
Gila tuh cewek. Berani banget sama Kiara.
Rasain Loh.
Baru kali ini ada yang bisa ngelawan Tia
Itulah yang di katakan oleh mereka.
Sedangkan Azka ingin menghentikan Kiara agar dia tidak berurusan dengan Tia dan Mira. Namun di cegah oleh Dion. Raka dan Zidan terdiam menyaksikan semuanya.
"Gila. Ternyata Kiara tidak selembut yang terlihat. Gue suka cewek seperti itu." Ucap Raka. Sedangkan Azka ,Dion dan Zidan hanya memutar bola matanya malas.
"Gue sudah bilang jangan macam-macam! Ini belum seberapa. Gue bisa ngelakuin sesuatu di luar batasan. Ingat itu baik-baik." Ucap Kiara yang berjalan pergi di ikuti Amel dan Selina.
Azka pun juga pergi dari sini dan meninggalkan teman-temannya. Sedangkan Tia dan Mira pergi dari sana dengan perasaan malu.
Azka mencari Kiara di kelas tapi tidak ada. Amel mengatakan kalau Kiara ke rooftod. Azka pun langsung ke sana dan melihat Kiara menangis.
Rooftod
"Are you okay?" Tanya Azka yang menghampiri Kiara. Dengan buru-buru Kiara menghapus air matanya. Kiara pun mengangguk tersenyum.
"I'm okay Ka." Ucap Kiara.
"Jangan bohong. Apakah kamu menganggap ku temanmu?" Tanya Azka.
"Tentu saja. Kenapa bicara seperti itu." Ucap Kiara.
"Jangan sembunyiin apa-apa Ra. Aku tahu kamu punya banyak masalah. Jangan pendam sendiri yang akan membuat kamu lebih sakit lagi. Ada aku di sini. Kapanpun kamu butuh, aku akan selalu ada untuk kamu." Ucap Azka. Kiara merasa tersentuh dan memeluk Azka sambil menangis. Azka merasa sakit melihat Kiara seperti ini.
"Menangislah jika itu yang akan membuat kamu tenang." Ucap Azka. Kiara pun mengangguk. Setelah itu Kiara berhenti menangis dan melepaskan pelukannya.
"Sebenarnya kamu ada masalah apa?" Tanya Azka. Kiara pun mulai menceritakan semua masalahnya. Dari Mamanya meninggal dan Papanya menikah lagi. Kehilangan seorang ibu membuatnya merasa kehilangan semuanya. Azka mendengar semua kisah Kiara juga ikut merasa sakit. Dia masih beruntung karena masih punya orangtua yang sangat sayang kepada dia.
"Sabar ya. Aku yakin setelah apapun cobaan yang kamu lalui. Suatu hari nanti kamu akan mendapatkan ke bahagiakan. Tapi percayalah aku akan selalu ada untukmu." Ucap Azka.
"Makasih Ka. Sekarang aku merasa lebih baik." Ucap Kiara. Azka pun mengangguk tersenyum.
yang sabar ya kia
masak mau menghancur kan rumah tanga sahabat nya sendiri