Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saatnya Permainan
Flow tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung pergi ke mall yang tidak jauh dari tempatnya menjual emas.
Ya, Flow ingin membeli laptop canggih yang bisa ia bawa ke mana-mana, ia juga ingin mengganti handphone jadulnya dengan yang terbaru.
Setelah berjalan beberapa saat, ia memasuki Mall dan langsung pergi pada tujuannya. Flow yang kebingungan arah pun bertanya pada salah seorang karyawan di sana, ke arah mana ia harus pergi untuk membeli laptop. Setelah di arahkan oleh pegawai itu, flow lekas ke gerai handphone.
Namun saat sampai di depan toko, terdengar suara sinis yang sangat familiar bagi Flow.
"Cih, di sini bukan tempat untuk j*lang berkeliaran!" hina seorang wanita sambil menghentikan langkah Flow, ingin rasanya flow memutilasinya saat ini juga, tidak ada henti-hentinya ia mengusik Flow, Flow yang telah habis kesabaran nya, secara diam-diam mengambil jarum beracun yang akan menyebar secara perlahan, dari cincin ruangnya, ia melemparkan jarum tersebut tepat di leher wanita itu, namun tak ada yang menyadari itu karena jarumnya begitu tipis dan kecil. Bahkan Rere pun tidak menyadari nya, ya, dialah wanita lucknut yang selalu mengusik Flow setiap ada kesempatan.
"Kau akan menyesal karena selalu mengusik ku, lihat saja nanti apa yang akan terjadi padamu," ucap Flow dengan nada rendah namun penuh ancaman bahkan sorotan matanya membuat Rere ketakutan, Rere merasakan bulu kuduk nya berdiri dan telapak tangannya dingin karena takut melihat tatapan Flow, yang seakan membawanya terjun ke neraka. Setelah itu Flow berjalan di samping Rere, ia membisikkan sesuatu, yang membuatnya mematung di tempat.
'Nikmati waktumu dengan baik, tidak lama lagi kau akan mengunjungi pintu neraka. Kau telah ku racuni, selamat menikmati nya.' bisik Flow.
Deg
Seketika jantung Rere berpacu dengan cepat, ia takut jika ucapan Flow nyata adanya. Flow yang melihat reaksinya pun menyeringai tipis dan langsung meninggalkan Rere yang masih mematung, terbayang bayang dengan perkataan Flow.
Akhirnya Flow mendapatkan laptop dan handphone canggih yang di inginkan nya, setelah itu ia tak berlama-lama di sana, flow bergegas untuk kembali pulang ke kontrakannya.
............
Setibanya Flow di rumah, ia langsung membersihkan badannya, rasanya sudah lengket sekali. Setelah itu, Flow pun membuka laptopnya, ia yang sebelumnya tidak mengerti apa-apa tentang IT sekarang dengan lincahnya jari-jemarinya bermain di atas keyboard, ia mencari tahu, bagaimana caranya meretas dan lain sebagainya seperti apa yang biasa yang harus di ketahui seorang hacker.
Sejak Flow memasuki dunia cermin, dan di latih sama Nilam di danau, Flow seakan bisa melakukan hal-hal yang di luar nalar.
Seperti sekarang, Flow yang tidak mengerti tentang IT dan hal-hal yang berbau hacker, dalam sekali lihat ia langsung faham dan ngerti akan hal sulit tersebut.
"Yes! dapat," teriak Flow kegirangan.
"Sekarang, mari kita lihat apa yang akan terjadi sama kalian," ucapnya sambil menyeringai.
"Ok! Done!" terlihat di layar laptop nya, bahwa apa yang ia lakukan telah berhasil.
'Selamat bersenang-senang Tuan Ferdi dan kau Rere, semoga kau suka dengan kejutan yang aku buat,' gumam Flow dengan raut muka yang sangat puas karena telah memberikan boom waktu kepada mereka.
............
Ke esok kan harinya, di sebuah keluarga kecil, yang mana biasanya sarapan dengan sangat damai, namun kali ini terjadi perang dunia ke tiga.
Plak
Plak
Prang
"Apa-apaan kamu mah? nggak ada angin nggak ada hujan langsung menampar ku!" bentak Ferdi pada istrinya, ia langsung berdiri dan gelas yang semula ia pengang, di lemparnya ke lantai karena kaget dan marah di tampar tiba-tiba.
"Kamu yang apa-apaan! tega kamu, pah!" teriak Salma menangis dengan tangannya tetap memukul-mukul dada suaminya.
"Aku nggak mau tahu, hari ini juga ceraikan aku, pah! aku jijik bila punyaku sudah di sentuh orang lain."
Deg
Mendengar perkataan istrinya, Ferdi sepertinya mulai tahu arah yang di maksud, namun ia berusaha mengelak tuduhan istrinya.
"Maksud Mama, apa? ha! Mama nuduh Papa melakukan yang tidak-tidak, begitu?"
"Mama nggak nuduh, Mama ada buktinya!" teriaknya lagi sambil memperlihatkan handphone nya kepada Ferdi.
Ferdi langsung mengklik layarnya, langsung terpampang jelas dan terputar dengan apik video panasnya bersama Rere di cafe dengan jeda waktu yang lama.
Ferdi langsung melempar HP itu sampai berserakan di lantai, "Brengs*k, siapa yang mengirim video itu!?!"
"Ma! papa bisa jelaskan ma. Itu pasti video editan Ma,, Papa nggak melakukan itu," bubuknya melunak agar sang istri luluh.
"Tidak, jangan kau pikir, aku bisa selalu kau bodohi! sekarang juga angkat kaki dari rumah ku, ini rumah peninggalan orang tua ku, kau tak berhak disini, hari ini juga detik ini juga aku minta CERAI, kau ke sini tidak membawa apa-apa jadi keluar dari rumah ini tak boleh membawa apa-apa, cepat, pergi sana! menempel sama J*langmu itu!"
Ferdi pergi, ia tidak tahu hendak kemana.
Ia mencoba menghubungi Rere, namun telfonnya tak kunjung di angkat-angkat.
.
.
.
Lain hal dengan Ferdi berbeda pula dengan Rere, saat ini Rere tengah di adili ke dua orang tuanya.
"Rere! sini kau, anak sialan!" teriak Ayahnya dengan lantang, ia langsung masuk ke kamar sang anak, dan langsung menyeretnya keluar dengan kasar.
"Brengs*k, anak tidak tahu diri! tidak tahu di untung! bisa-bisanya kau mempermalukan keluarga seperti ini! Apa gaji yang kau terima dan uang saku yang selalu kami berikan selama ini tidak pernah cukup untuk mu, ha!"
Plak
Plak
"Lihatlah! sekarang, mau di taruh di mana muka kami? semua keluarga membicarakan tentang video panas yang kau lakukan, bahkan tetangga juga menatap kami dengan sinis, keluarga kita jadi bahan omongan orang-orang, dasar anak sialan!" bentak sang Ayah yang sangat murka dengan kelakuan anaknya, ia tak bisa membendung emosinya dan sekali lagi ia mendarat kan tamparan pada putrinya itu.
Plak
Plak
Sudah berapa kali tamparan mencium pipinya hingga merah. Bahkan Rere tidak bisa menahannya, sampai-sampai badannya terhuyung kebelakang dan ia terduduk di lantai.
"Sudah Mas, cukup! kasihan Rere, Mas. Ia sedang sakit, bahkan untuk menjawab perkataan mu saja, ia tidak sanggup," meskipun marah dan kecewa, jauh di lubuk hati terdalam, sang ibu masih menyayangi anaknya.
"Urus anak mu, itu! aku muak melihat mukanya."
Rere pun di papah sang ibu menuju kamarnya, matanya sudah sembab karena menangis bahkan wajahnya pun membengkak karena kerasnya tamparan Ayahnya.
Setelah masuk ke kamarnya, Rere hendak di baring kan oleh ibu di kasur, namun belum sempat sampai di samping kasurnya, -------
Brakkk
.
.
.
Bersambung,
...----------------...
Seperti biasa ya!! jangan lupa follow 💗💗
Like dan komentar sebanyak-banyaknya, kalau berkenan gift sama vote nya juga ya!! 👉🏻👈🏻👉🏻👈🏻🤗🤗
Ingat, disini boleh berkomentar sesukanya,, tapi, sangat-sangat DILARANG MEMBERI RATING RENDAH.🤗🥰
Terimakasih guys, Salam Sayang dari Author, 😘😘❤️❤️🫶🫶
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya