Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 21 Memulai Dari Awal
Suami Yang Ku Benci (21)
Menjelang malam, suasana mulai sepi. Semua sudah kembali ke kamar masing-masing.
Sementara Saphira masih betah duduk di atas gazebo di halaman belakang. Duduk sendiri menatap kolam yang memantulkan cahaya rembulan.
" Kenapa belum masuk?," Kaivan menyelimutinya dengan selimut yang sengaja ia bawa saat melihat istrinya ada di luar. "udara malam tidak baik untuk kesehatan," tambahnya.
Saphira hanya diam dan menghela nafas saja.
Melihat tidak ada penolakan saat ia duduk di samping Saphira, Kaivan langsung merangkul pinggang Saphira dan tangannya mengusap perut Saphira. Terasa ada magnet yang menarik tangan itu untuk terus berada di sana.
Saphira kembali mendesah. Jujur ia merasa sangat nyaman. Elusan di perutnya membuat ia lebih tenang.
" Katakan apa yang menggangu pikiranmu. Aku perhatikan sejak makan malam tadi kamu banyak melamun,"
Saphira melihat sekilas pada Kaivan lalu kembali lagi memandangi kolam.
" Ini," Saphira memberikan ponselnya dimana ia memperlihatkan pesan yang ia terima tadi sore.
Kaivan mengambilnya ponsel itu dan terkejut bukan main saat melihat foto yang dikirim seseorang pada Saphira. Foto yang sangat apik bahkan terlihat jika ia seperti sedang bermesraan dengan Jeni.
Kejadian siang tadi di manfaatkan seseorang untuk merusak hubungannya.
" Kamu percaya jika aku katakan aku tidak melakukan apapun dengannya?," tanya Kaivan
" Entahlah. Foto kalian tidak terlihat editan,".
Kaivan mengangguk.
" Kami tidak sengaja bertemu di tempat parkir saat aku akan pulang selesai meeting. Aku tidak tahu bagaimana dia ada disana. Dia langsung mencium pipiku begitu saja," diam sejenak. Kaivan melihat raut wajah istrinya yang masih datar.
" Aku sampai jijik dengannya karena dengan tidak malunya ia meminta kesempatan bahkan tidak masalah jika hanya di jadikan istri siri," Kaivan tersenyum sinis mengingat hal itu.
Saphira sampai terkejut saat suaminya mengatakan hal itu. Seorang Jeni meminta hal itu?.
" Lalu bagaimana menurutmu?,"
" Bagaimana apanya?,"
" Tidakkah itu penawaran yang menarik?,"
Kaivan mendelik. Apa ini? Apa Saphira sedang mengujinya. Memiliki istri satu saja masalahnya ada saja. Apalagi dua.
" Bukankah dia lebih menarik? Dulu saja kamu mempermalukanku karena dia."
Bertemu orang di masa lalu hanya kembali mengungkit luka yang pernah ada. Tapi, inilah resikonya. Dia pun menikah dengan Kaivan, laki-laki di masa lalunya yang pastinya akan membuatnya senantiasa bersinggungan dengan orang-orang di masa lalu mereka.
" Maaf.." Kaivan mengeratkan pelukannya. Ia ciumi puncak kepala istrinya itu.
Orang bilang wanita itu pengingat sejarah yang ulung. Kaivan membuktikannya.
" Aku tidak mungkin melakukan kesalahan lagi. Mendapatkanmu saja sangat sulit. Mana mungkin aku akan bermain api," tegas Kaivan.
" Tapi, dia masih mengharapkan kamu kembali,"
" Aku dan dia mungkin pernah memiliki kenangan di masa lalu. Tapi, hanya sebatas itu. Sementara masa kini dan masa depanku hanya Kamu,"
Kata-kata manis itu terdengar seperti gombalan belaka. Tapi, Kaivan bisa memastikan bahwa memang seperti itu kebenarannya.
" Kamu yakin? Kamu tidak akan berpaling?," tanya Saphira ada sedikit kekhawatiran yang ia rasakan.
Ia merasa tidak pantas bersanding dengan Kaivan. Banyak yang lebih pantas. Jeni cantik begitu pula Laura. Tapi, bolehkah ia meminta agar Kaivan hanya untuknya?
Jika sebelumnya ia tak peduli. Tapi, sekarang entah kenapa banyak kekhawatiran apalagi saat ia menyaksikan banyak yang menginginkan suaminya.
Kaivan malah tersenyum. Sebelumnya Saphira acuh saja. Tapi, kini tanggapannya berbeda.
" Apa kamu sudah kembali mencintaiku? Apa kamu takut kehilanganku?,"
Saphira bungkam. Lidahnya kelu untuk sekedar mengatakan cinta. Ia hanya takut.
" Dengarlah baik-baik. Aku mencintaimu. Istri sekaligus ibu dari anak-anakku. Jangan pernah ragukan itu." Kaivan tidak akan pernah bosan mengatakan cinta sampai Ia mendengar Saphira membalas kata cintanya.
" Aku ingin memulai semuanya."
Deg
" Maksudnya?,"
Saphira menghela nafas. "Melihat usahamu, aku bisa melihat kesungguhan mu. Aku mulai yakin dengan semua ucapan mu. Bahwa pernikahan ini tidak hanya sebatas tanggung jawab. Aku akan mencoba berdamai dengan keadaan. Menjadikan pernikahan ini bukan hanya sekedar untuk memberikan kebahagiaan untuk anak-anak tapi juga untuk kita," jawabnya tenang.
Ia yakin untuk memulai semuanya. Tidak ada sandiwara lagi. Ia akan mengikuti alurnya.
Kaivan tersenyum. " Terimakasih. Cup...Cup..Cup ..,"
" Ish, " Saphira menjauhkan wajahnya saat Kaivan menciumnya bertubi-tubi.
Kaivan hanya terkekeh. Ia malah semakin gemas.
" Jadi tidak ada sandiwara lagi?,'
" Tidak ada sandiwara,"
" Soal foto itu?,"
" Aku lebih percaya padamu," jawaban Saphira membuat Kaivan lega.
" Ayo kita mulai dengan merubah nama panggilan?," usul Kaivan.
Sebenarnya ia merasa tidak nyaman saat Saphira hanya memanggil nama tanpa embel-embel yang lain.
" Merubah nama panggilan?,'
" Iya. Kamu terus manggil aku dan kamu. Atau malah manggil nama saja. Bagaimana kalau panggil sayang. Lebih romantis,'
Blusshh
Wajah Saphira memerah. Untung kondisi remang-remang hingga perubahan warna wajah Saphira tidak terlihat.
Membayangkan saja sudah membuatnya malu.
" Mas saja," putus Saphira.
" Tapi, aku ingin saat kita berdua kamu memanggilku dengan panggilan lain. Bukan hanya mas," Kaivan tidak sepenuhnya setuju.
" Coba panggil aku dengan sebutan sayang,"
"Mm..."
" Ayolah sayang."
Blusshh
Saphira benar-benar malu
" Nanti saja, mas. Aku malu,"
Ada perasaan hangat padahal Saphira hanya memanggilnya mas. Apalagi kalau di panggil sayang.
" Kita hanya berdua,"
Saphira menggelengkan kepalanya.
" Panggil aku sayang atau aku gendong sampai ke kamar," ancam Kaivan.
" Jangan macam-macam. Nanti bunda lihat," mata Saphira melotot. Baru juga di beri lampu hijau, Kaivan sudah sangat berani.
" Bunda pasti mengerti."
Saphira masih diam.
" Aku serius. Mau aku gendong sekarang?,"
" Tidak. Jangan," tolak Saphira saat Kaivan sedikit bergerak.
" Jadi?,"
" Baiklah. Sayang, jangan macam-macam,"
Kaivan tersenyum. Namun, ia malah benar-benar langsung menggendong Saphira dengan gaya bridal style.
" Mas!!," Saphira menutup mulutnya karena terkejut.
" Kamu sudah janji tadi kan?,"
"kamu??," Kaivan tak suka panggilannya berubah lagi.
" Mas sudah janji tadi," ralat Saphira.
"Aku sudah tidak sabar membawamu ke kamar," jawabnya seolah tanpa beban ia membawa Saphira ke kamar mereka.
" Turun, nanti jatuh,' Kaivan kini menaiki tangga.
" Jangan banyak gerak kalau begitu,"
Tak...Tak...Tak...
Mendengar ada suara langkah kaki, Saphira menyusupkan kepalanya ke dada Kaivan. Ia malu jika bertemu seseorang.
"Kak Phira kenapa?," tanya Azzura yang berniat ke dapur mengambil minum. Air di kamarnya habis.
" Ketiduran di gazebo," bohong Kaivan langsung pergi karena tidak ingin saudara kembarnya itu banyak bertanya.
" Mau di simpan dimana mukaku kalau Zura besok banyak bertanya?," Saphira menutup wajahnya saat Kaivan meletakkannya di atas ranjang.
Ia malu. Benar-benar malu.
Kaivan hanya tertawa melihat tingkah lucu istrinya.
" Ini semua gara-gara Mas Ivan."
" Zura tidak akan banyak bertanya. Lagipula kita suami istri. Kenapa harus malu?,'
Kaivan ikut merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Menutupi tubuh keduanya dengan selimut.
TBC
lanjut thor