Buku itu, buku yang tidak sengaja ku temukan di sebuah rumah kosong peninggalan nenek ku berhasil membawaku ke dunia asing yang tidak pernah masuk kedalam wish list hidup ku selama ini. Entah apa yang sebelumnya terjadi padaku sehingga aku bisa berada di tempat yang ku sebut gila ini. dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk aneh yang belum pernah ku temui, juga hewan-hewan serupa seperti didunia asliku berasal namun mereka bisa bicara.
siapa dia sebenarnya? kucing putih yang ku beri nama Noir itu? dia sedikit misterius. Namun meski begitu berkatnya aku bisa memahami sedikit demi sedikit mengenai dunia ini.
next story? ikuti cerita ini selanjutnya.
see you next story
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gytftrr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 20 : BRICE
Wahh," Glean bertepuk tangan, "kau sudah memecahkan kutukan mu kucing putih menggemaskan?" tanya Glean tersenyum remeh.
"kau tidak merindukan ku? Juga raja-raja berbagai dari kaum?" tanya Glean sedikit menekan kata"raja".
Raja-raja itu terlihat salah tingkah dan menunduk, tidak berani melihat kearah Gerald.
"Hai, Raja Adrian. Tidak mau menyapa ku?" tanya Gerald dengan nada mengejek.
Raja Adrian yang disebut hanya menunduk gemetaran.
"tidak mau menyapa keponakan mu, Glean?" tanya Gerald sembari mengedarkan pandangannya ke halaman kerajaannya yang sekarang terlihat' seperti rumah hantu.
"kau tidak merawat kerajaan ku dengan baik ,Glean. Sayang sekali, padahal saat aku kembali aku berencana menjadikanmu tukang kebun". Ucap Gerald pura-pura memasang ekspresi kecewa.
"tidak usah banyak bicara, majulah dan lawan Brice!" Ucap Glean yang berhasil tersulut emosi.
Gerald menggeleng sembari berdecak, "kami berlum berkenalan dan kau sudah menyuruh kami bertanding? Yang benar saja?"
"lawan si bedebah itu Brice!" intruksi Glean kepada Brice.
Brice berjalan ingin mendekati Gerald namun Gerald mengentikan nya. "kita harus membersihkan kekacauan ini terlebih dahulu, agar pertempuran kita tidak terkendala dengan prajurit-prajurit lemah ini". ucap Gerald menunjuk gerbang dan para prajurit yang tergeletak tidak bernyawa akibat dirinya.
Gerald membelakangi pasukan Glean, kemudian mengibaskan sebelah tangannya pelan, tiba-tiba ada angin kencang yang datang menyapu prajurit yang tergeletak dan juga gerbang yang patah menjauh dari halaman istana.
"Queen, tunggulah aku di sana." Gerald menunjuk sebuah batu besar yang terletak di bawah pohon.
Fiona mengangguk, namun saat hendak melangkah Elena yang dari tadi hanya diam, terdengar bersuara. "bagaimana kalau kau juga bertanding melawanku?" tanya Elena menyombongkan dirinya.
Fiona melihat kearah Elena, "untuk apa? Kita tidak punya masalah apapun". Sahut Fiona.
Elena berdecak malas, "kehadiran mu ke dunia Dracania adalah salah satu ke kesalahan mu, Fiona". ucap Elena
"jangan ganggu ratu ku! Jika kau berani menyentuhnya, maka aku tak akan segan-segan mematahkan lehermu". Jelas Gerald dengan mata berkilat merah.
Ia berjalan kearah tengah halaman kerajaan, memilih tempat yang lebih leluasa untuk melawannya. "ayo ikuti aku, bahan percobaan Gerald" ajak Noir kepada Brice.
..
Gerald n melipat kedua tangannya, "lakukan!" intruksi Gerald kepada Brice.
Brice menggeram marah, ia mulai mengepalkan kedua tangannya kemudiannya membuka kembali kepalan tangan itu seketika muncul bola-bola api berukuran bola ping-pong. Gerald yang melihat itu memasang tampang kasihan.
"baru mulai, kau sudah bermain api". Decak Gerald marah.
Mendengar itu, Brice semakin marah dan melemparkan kedua bola api itu tepat kearah Gerald. Gerald yang melihat itu hanya mengibaskan sebelah tangannya kedepan sehingga membuat bola-bola api itu tersapu angin dan menghilang begitu saja.
"Tidak punya kekuatan yang lebih menantang lagi?" tanya Gerald sedikit mengejek.
Brice semakin dibuat murka, ia mulai mengangkat sebelah kakinya tertinggi pinggang kemudian tanpa menunggu lama ia menepak kan kakinya ketanah membuat halaman kerajaan bergoyang, kemudian dari bekas pijakan Brice muncul yang melesat melalui tanah menuju kearah Gerald.
Gerald menjentikkan jarinya, tiba-tiba terjadi ledakkan di tengah-tengah mereka berdua, menciptakan kabut tebal diantara mereka berdua.
Brice memanfaat situasi ini, ia melesatkan puluhan anak panah ber api.
Gerald yang tak siap tergores oleh anak panah yang pertama sekali melesat tepat di bahunya. kemudian ia kembali menyapukan tangannya kedepan, membuat anak panah beserta kabut tebal itu hilang seketika.
"ah, kau berhasil melukai ku bung. sekarang saat nya aku yang menyerang lebih dulu!"
.
.
.
.
.
.
kayak Mak lampir sih Elena. giliran ditinggal malah sad
bener gak nih Thor?
untung gak di kuliti hidup-hidup