Kisah cinta anak SMA terhadap seorang dokter tampan yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta ulang tahun temannya. Sonia demikian mabuk kepayang dan jatuh cinta pada dokter Monark, tanpa dia menyadari bahwa dia menjadi target sang dokter. Segala nasehat kakaknya tentang pribadi sang dokter, sama sekali tidak didengarkan. Tapi situasi bisa saja berubah. Bagaimana kelanjutan cinta Sonia dengan dokter Monark?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 : PENGKHIANAT
Esok oaginya Monark bangun pukul tujuh, bukan pukul enam seperti biasanya. Dia sudah mulai cuti, beberapa hari lagi mau berangkat ke Brunei Darussalam, jadi tidak perlu bangun pagi.
Baru saja dia menguap sambil meluruskan kedua lengan ke atas kepala, dia sudah teringat bahwa hari itu gilirannya bermain sulap bersama Idham di dapur. Dia juga ingat, nanti malam akan mengadakan perjamuan istimewa sebagai perpisahan dengan gadis gadis manis yang selama beberapa hari ini telah menjadi teman temannya. Terutama Sonia.
Idham sudah diajaknya memegang rahasia. Nanti mereka akan ke supermarket dan belanja segala keperluan. Bibi Ati juga akan membantu. Kalau nanti hasilnya dirasa kurang memuaskan, dia akan mengajak mereka semua ke restoran. Jadi tidak usah grogi.
Monark bangkita dari kasur hangatnya, berdiri di atas lantai yang dingin dan mulai menggerakkan otot ototnya. Dia selalu ingin berolah raga tiap pagi. Sayangnya sering kali tidak ada kesempatan. Sebab pasien memanggil tak kenal waktu.
Tengah dia melakukan push up mendadak matanya melihat sesuatu di bawah pintu. Dengan sigap dia loncat berdiri, lalu melangkah panjang ke sana. Dia membungkuk dan meraih sebuah sampul putih. Dibolak baliknya. Tanpa pengirim. Tanpa alamat. Hm. Rahasia apa ini, pikirnya geli. Siapa lagi yang jahil pagi pagi begini?
Sementara berpikir macam macam, tangannya terus bergerak membuka dan menarik keluar isi sampul. Pasti salah satu dari gadis gadis manis itu sedang membuat lelucon. Mungkin mau menggodanya sebab hari ini gilirannya masak?! Apakah ini sepotong resep berharga? Atau hanya olok olok bahwa makan hari ini pasti tidak enak? Ho ho, tunggu saja! Jangan dikira cuma perempuan saja yang..... yang.... mendadak pikirannya buntu. Wajahnya seketika pucat pasi. Napasnya tertahan.
Dia nyaris berseru kaget. Keringat dingin serentak membasahi kaosnya, hingga lekat di badan.
Berulang kali dibacanya kertas kecil yang ditulis dengan huruf cetak. "Inilah gara garanya sampai Kirana menjauhkan diri."
Tak ada nama maupun tanda tangan. Pasti bukan dari Kirana. Juga bukan tulisannya. Huruf cetak memang susah dikaji siapa penulisnya.
Sebuah foto lama dirinya menyertai tulisan itu. Foto dirinya dengan.......... Ah! Kelam yang selalu ingin dilupakannya. Foto yang membuatnya erasa diikat ke dua kakinya
Tidak! Pasti bukan dari Kirana. Kalau dia mau memperlihatkannya padaku, pasti sudah lama dilemparnya foto itu ke depan hidungku. Padahal waktu aku minta malam kapan itu, dia juga menolak. Lantas siapa? Siapa yang tahu rahasia ini selain Kirana? Keringat dingin kembali mengucur ke luar. Aduh, alangkah malunya bila orang lain tahu!
Dengan kaki gemetar dia cepat cepat meraih ranjang dan menjatuhkan diri di atasnya. Foto terkutuk itu masih dipegangnya, sementara sebelah tangan yang lain mengacak acak kepala.
Foto itu pernah diperlihatkan kepadanya ketika orang memaksanya keluar dari Calypso untuk menjadi penyanyi tetap di kelab pinggiran yang sekarang. Walaupun saat ini kelab malam tersebut cukup ramai karena keberadaannya. Semua orang yang terlibat sudah bersumpah bahwa kalau dia mau keluar dari Calypso dan menyanyi di kelab malam yang sekarang, masalah berhenti sampai disini. Tapi siapa tahu? Bukankah kelab malam, tempatnya menyanyi sekarang, justru mulai ramai? Banyak remaja dan tante tante yang menyukainya, karena kualitas suaranya. Serta wajahnya yang ganteng
Dari mana Kirana memperolehnya? Siapa yang mengirimnya? Ah! Dipukulnya dahinya. Dia tak perlu berpikir lama. Satu satunya orang yang mungkin mengirimkan foto itu kepada Kirana cuma manajernya. Albert! Hanya dia yang tahu siapa dan di mana rumah Kirana. Tentu saja Kirana, atau gadis manapun akan kaget setengah mati melihat foto ini!
Pasti Al sudah main gila! Setelah dia keluar - dipaksa! - dari Calypso, penyanyi saingannya langsung dikontrak kembali di sana. Al pasti sudah disuap oleh saingannya!
Ya! Albert sudah mengkhianatinya. Sungguh dia tidak menyangka. Bukankah Al juga memperoleh fee dari honornya sebagai penyanyi? Sekarang dia baru mengerti kenapa Al begitu antusias menodorkan perempuan cantik yang tergila gila padanya itu. Dan bodohnya, kenapa juga dia sampai mabuk dan terlena? Perempuan itu memang cantik, langsing, berambut panjang dan ikal, tapi sudah mulai berumur. Disamping itu dia sudah memiliki kekasih. Benar benar tindakan bodoh yang disesalinya sampai sekarang. Nama perempuan itupun sudah tidak diingatnya lagi. Ini pasti konspirasi Al dengan penyanyi saingannya!
Monark menggeram seperti macan luka. Sepulang dari Brunei nanti, akan disepaknya Albert. Dia akan mencari manager yang baru. Kalau perlu, tanpa manager. Daripada kejadian serupa terulang lagi!
Matanya tertumbuk kembali pada kertas kecil itu. Dia mengeluh. Dia sama sekali tidak menyalahkan Kirana bila gadis itu mendadak lari pontang panting dari sisinya setelah menerima foto ini. Gila! Gila! Gila! Kenapa tidak pernah terpikir olehnya barang sejenakpun? Dia cuma tahu menyalahkan Kirana!
Monark terigat ketika tanpa sengaja di kantin, dia mendengar Bara sesumbar telah menaklukkan Kirana secara mutlak! Dia langsung naik pitam dan mencari gadis itu. "Huh!" katanya tanpa aba aba. "Ketemu teman kuliah anak miliarder, langsung kepelet habis habisan!"
Betapa ganasnya tuduhan itu. Dan Kirana tampak seakan mau menangis. Tapi herannya dia tak mau membela diri. Tentu saja itu makin memperkuat tuduhan. Kirana cuma menggigit bibir kuat kuat. Kenapa tak mau diperlihatkannya foto itu? Kenapa tak mau balas menuduh? Kelewat malu? Atau terlampau jijik? Monark menghela napas sambil menggeleng.
Bila dia sudah tahu foto itu jatuh ke tangan Kirana, pasti sudah lama dia membebaskan diri dari Albert, kembali ke Calypso. Tak usah dia menurut terus sampai sekarang seperti kerbau dicocok hidungnya!
Tapi Kirana diam saja. Baru setelah Sonia terancam, dia menyebut nyebut soal foto. Kenapa? Malu? Atau tak mau membuatnya malu? Padahal dia sendiri sudah menuduhnya yang bukan bukan. Sempat diejeknya, "Huh, sudah menyerahkan diri kok akhirnya dicampakkan, ditinggal ke luar negeri pula! Syukur!"
Anak miliarder itu rupanya tidak serius. Ketika tidak naik tingkat, Bara lari ke Amerika. Dan Kirana dituduhnya sudah berkhianat!
Monark memandang ke sekeliling kamar. Seakan baru tersadar dari mimpi, dia mendadak melompat. Kaos dan boxernya ditanggalkan dan dilemparnya ke lantai begitu saja. Disambarnya sebuah kemeja dari lemari sambil mengenakan celana dengan tergesa gesa. Dibasuhnya muka di wastafel sambil membasahi rambut yang lalu disisirnya.
Foto itu dimasukkannya kembali ke dalam sampul lalu dikunci di dalam tas nya. Tergopoh gopoh dipakainya sepatu. Lalu dia menerjang pintu, keluar kamar dan berlari seperti orang kesetanan