NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:33.8k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Posesif

Farel uring-uringan tak jelas tatkala Sinta belum datang. Farel benar-benar kesal tapi dia tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan sekedar berpindah saja ke kursi roda susah.

Tak biasanya Sinta telat. Apa jangan-jangan Sinta bertemu dengan dokter Rafael di bawah. Pikiran-pikiran buruk terus berkeliaran membuat Farel tak tenang.

"Awas saja jika dia ketahuan bertemu dokter itu!"

Kesal Farel tak sadar jika sikapnya sangat berlebihan. Farel seperti seorang suami yang mencemburui istrinya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi tuan?"

"Kenapa baru datang? Habis dari mana kamu? Harusnya sejak tadi sudah di sini?"

Todong Farel dengan runtutan pertanyaan. Membuat perawat Fitri tercengang. Begitupun dengan Sinta langsung mengerutkan kening.

Farel semakin kesal di buatnya. Sinta malah diam saja. Tak tahukah jika sendari dari Farel menunggunya.

"Kenapa diam? Jangan bilang kamu bertemu dokter itu?"

"Tidak tuan. Tadi kami menolong korban kecelakaan dulu di bawah."

Bukan Sinta yang menjawab melainkan perawan Fitri. Karena takut Farel semakin ngamuk. Perawat Fitri refleks angkat bicara.

Sinta masih diam dengan raut terkejut, bingung menatap Farel. Sinta benar-benar seperti seorang istri yang sedang di interogasi.

"Maafkan kami, lalai."

Farel terdiam mengatur nafasnya yang memburu. Farel memalingkan wajah sadar jika apa yang ia lakukan berlebihan. Farel merutuki dirinya yang tak bisa menahan rasa cemburunya.

Baru juga Sinta dekat dengan dokter Rafael. Bagaimana jika Sinta dekat dengan dokter lainnya.

"Dokter.."

Lilih perawat Fitri merasa aura menakutkan. Perawat Fitri tidak sanggup jika mendapatkan amukan dari Farel. Farel jika marah sangat menakutkan.

Sinta menghela nafas berat. Tadinya Sinta meminta perawat Fitri memasang kan gips di kaki Farel. Melihat situasinya begini apalagi perawat Fitri ketakutan. Seperti nya Sinta akan menanganinya sendiri. Walau Sinta juga merasa aneh akan sikap Farel.

"Kamu kembali saja, biar saya yang tangani pasien."

"Gak apa, dok?"

"Iya."

Perawat Fitri menghela nafas lega. Keluar terbirit-birit. Entahlah, perawat Fitri sampai saat ini sangat takut pada Farel. Tatapan matanya sangat tajam dan horor. Untung saja ada dokter Sinta yang mengerti. Jika masih dokter Marsel mungkin perawat Fitri harus mati-matian menahan ketakutannya.

"Kenapa? Maaf jika saya membuat anda menunggu."

Sinta berusaha mengalah walau sedikit kesal juga. Namun, berbeda dengan hati Sinta yang tersenyum.

Sinta mendekat tapi Farel semakin membuang muka. Sinta tersenyum tipis sangat tipis merasa lucu dengan tingkah Farel.

Tadi ngomel-ngomel kaya emak-emak. Sekarang malah memalingkan muka.

Sejatinya Farel memang anak manja apalagi anak bungsu juga. Tapi, jika sesuatu yang dia klaim miliknya di usik Farel akan menjelma menjadi singa.

"Kenapa memalingkan muka? Saya di sini?"

Farel semakin salah tingkah terus memalingkan muka. Andai saja kakinya sudah sembuh. Farel ingin berlari menyembunyikan diri.

"Tuan. Luruskan kaki anda. Saya akan memasang gips."

Perintah Sinta. Farel langsung meluruskannya tanpa menoleh sedikitpun.

Sinta tak mempermasalahkan. Yang penting Farel masih menurut. Sinta dengan telaten memasangkan gips di kaki Farel.

Akhh!

Farel langsung menatap horor Sinta yang sengaja mengencangkan ikatannya. Habis Sinta merasa geli melihat Farel terus membuang muka. Apa tidak pegal itu leher.

"Begitu dong, lihat sini."

Blus!

Wajah Farel memerah bak kepiting rebus. Benar-benar sangat malu. Sinta tak memperhatikan itu. Sinta masih sibuk dengan kegiatannya memasang gips satu lagi di kaki Farel.

"Pasti gak nyaman. Alat ini juga mudah-mudahan membantu mempercepat penyembuhan."

Ujar Sinta masih belum menatap Farel. Sinta sibuk dengan kaki Farel sambil bicara. Menggerakkan kaki Farel perlahan.

Sinta benar-benar profesional menjelaskan dengan detail sambil bekerja bahkan Sinta sendari tadi belum kontak mata.

"Berbaring."

Farel menurut membuat Sinta tak perlu memaksa. Sinta perlahan mengangkat kaki Farel lalu menekuk nya perlahan dengan hati-hati. Merangsang setiap persendian otot saraf kaki Farel.

Tak cuma dengan pengobatan nya saja. Sinta pun meminta pada Allah akan kesembuhan Farel.

Melihat respon Farel baik, seperti nya hari ini ada kemajuan. Semangat Farel untuk sembuh membuat Sinta terbantu. Awalnya Sinta kesulitan dan penuh ketakutan. Akhir-akhir ini melihat semangat Farel sembuh membuat Sinta lega. Walau, Sinta sedikit aneh akan sikap Farel yang mulai menunjukan kepemilikannya lagi.

Kadang juga Sinta bingung sendiri akan Farel. Tapi, Sinta tak mau berharap lebih. Hubungan mereka masih abu-abu. Sinta diam fokus akan tugasnya. Farel diam karena belum berani bicara lebih. Walau sikap yang kerap Farel tunjukan sebuah isyarat jika Farel masih sama. Menginginkan Sinta menjadi bagian dari hidupnya.

"Mau buah?"

Tawar Sinta melihat buah-buahan di atas nakas. Itu pasti umi Maryam yang membawanya.

Tadi malam memang umi Maryam dan Abi Zaenal datang menjenguk. Walau tak menginap seperti sebelumnya. Farel awalnya kecewa tapi, melihat ummi Maryam nampak lelah Farel jadi tak tega.

Farel pun tak bertanya banyak kenapa kedua orang tuanya jarang menjenguknya. Farel pikir, kedua orang tuanya sengaja agar memberi ruang bagi Farel merajut asa dari awal lagi. Semoga saja Farel bisa dengan berani menegaskan kembali. Tapi, sampai saat ini Farel selalu ragu mengingat kondisinya yang masih belum biasa berjalan.

"Mau buah?"

Tanya Sinta untuk kedua kalinya. Farel mengangguk kaku.

Sinta duduk lalu mengupas buah apel memisahkannya dari kulitnya. Sudah selesai, lalu memberikannya pada Farel.

"Tadi kenapa marah-marah?"

Farel tak menjawabnya. Bagaimana bisa menjawab itu hal yang memalukan.

"Saya membatu korban kecelakaan dulu. Kebetulan ada saya di sana. Maaf saya sudah lalai akan tugas saya?"

Jelas dokter Sinta menjelaskan kronologi kenapa ia telat. Bahkan bisa bareng telatnya dengan perawat Fitri. Karena mereka tak sengaja datang berpapasan pas korban kecelakaan masuk. Bahkan Sinta minta maaf karena ia juga merasa bersalah. Sinta dokter pribadi Farel sekarang. Tentu bukan tanggung jawab Sinta jika ada pasien lain. Namun, karena Sinta seorang dokter dan lagi darurat. Tentu Sinta tak akan membiarkan itu terjadi.

Sinta seperti seorang istri yang menjelaskan kesalahannya pada suami. Padahal Sinta tak perlu menjelaskan apapun. Namun, Sinta merasa perlu karena tak mau di tuding jika ia telat karena bertemu dokter Rafael.

Semenjak kejadian tempo itu memang Farel kerap kali menunjukan ke-posesif pan nya. Padahal, sebenarnya Sinta semenjak bertemu dengan dokter Rafael tempo itu sampai sekarang belum ketemu lagi. Karena kesibukan keduanya yang tak bisa bertemu. Tapi, apa-apa Farel selalu menuduhnya ke arah sana.

Walau lucu, tapi lama-lama Sinta kesal juga. Karena Farel seolah mengatur hidupnya. Padahal mereka tak ada hubungan apapun. Andai Farel sekali lagi menegaskan seperti enam tahun lalu. Mungkin, Sinta akan merasa tersanjung. Tapi, sampai sekarang Farel belum mengatakan apapun. Hanya sikapnya saja yang positif kerap terlihat.

"Mau lagi?"

"Jeruk."

"Baik."

Sinta kini mengupas jeruk. Tadi Farel sudah makan apel. Sinta dengan telaten menaruh jeruk yang sudah di kupas ke atas piring yang sedang Farel pegang.

Mereka seperti pasangan pasturi saja. Bawaannya tenang dengan obrolan ringan yang mengalir begitu saja.

Farel merasa senang memandang lekat Sinta walau itu tak boleh. Tapi, Farel tak bisa mengendalikan diri. Sambil terus mengunyah jeruk.

Sungguh, Farel tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Tangan Farel terangkat mengelus puncak kepala Sinta yang berbalut kerudung. Hingga refleks Sinta mendongak.

"Sedang apa kalian?"

Deg!

Bersambung ...

1
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!