NovelToon NovelToon
SHOTGUN

SHOTGUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elisabeth Patrisia

Alya Mackenzie Armstrong.

Dia hanyalah gadis berumur 22 tahun yang sudah banyak melewati masa-masa sulit bersama keluarganya. Dia sangat menyayangi keluarganya, terutama adik perempuannya, Audrey.

Hingga suatu saat musuh keluarganya dari masa lalu kembali datang dan menghancurkan semua yang sudah ia lindungi. Ditambah dengan sesuatu mengejutkan yang tak pernah ia ketahui terungkap begitu saja dan menjadi awal kehancuran bagi dirinya.

Apakah Alya masih mampu melindungi keluarganya dari musuh mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elisabeth Patrisia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21st : Abduction

Alya menghentikan mobilnya tepat di depan rumahnya hingga menimbulkan bunyi decitan yang cukup nyaring, lalu bergegas menuju ke kamarnya. Tanpa membuang waktu Alya, mengganti pakaiannya dengan pakaian serba hitam yang biasa kenakan. Tak lupa Alya, menyelipkan dua buah handgun di kedua sisi tubuhnya yang tertutup jaket. Setelah itu, Alya keluar dari kamarnya secepat mungkin. Namun, langkahnya terhenti saat Aletta berdiri tepat di hadapannya dan menutup jalannya.

"Alya?!" seru Aletta dengan suara yang terdengar serak. Alya menatap lekat Aletta lalu menangkup pipi kiri Aletta dengan tangan kanannya.

"Mommy?! Tenang saja Alya akan segera menemukan Audrey!" ucap Alya berusaha meyakinkan Aletta sembari menunjukkan senyuman manisnya. Setelah mengatakan itu, Alya melepaskan tangannya dari wajah Aletta dan hendak beranjak dari tempatnya. Tetapi, lagi - lagi Aletta menahannya.

"Alya?!" seru Aletta lagi dengan mata yang mulai memerah. Alya pun kembali menatap sang mommy.

"Berjanjilah! Kau akan kembali dengan selamat!" ujar Aletta sembari menggenggam tangan Alya dengan kedua tangannya dan meremasnya pelan.

"Alya janji! Alya akan kembali dengan selamat bersama Audrey" tukasnya lalu memegang tangan Aletta yang menggenggam tangannya. "Alya pergi dulu!" pamitnya lalu beranjak dari tempatnya.

Saat di dalam mobil, Alya menekankan jarinya pada head unit di mobilnya dan menelepon sebuah nomor sembari menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang lalu meninggalkan pekarangan rumahnya.

"Hallo"

"Share loc for me!"

"Baik, nona"

Tut... Tut... Tut...

Selang beberapa detik, sebuah pesan masuk. Alya pun kembali menekankan jarinya pada head unit lalu sedetik kemudian muncullah gps navigasi yang menunjukkan lokasi keberadaan sang adik.

Tanpa menunggu lama, Alya menginjak pedal gas cukup dalam dan membelah jalanan kota yang kebetulan agak sepi. Saat hendak berbelok, tanpa menginjak rem Alya membanting stirnya ke kanan dan menginjak pedal gas semakin dalam. Alya menggigit bibir bawahnya saat pikiran - pikiran negatif mulai terngiang di otaknya.

"Please! Bertahanlah Audrey! Aku akan segera menemukan mu!" gumamnya dengan salah satu tangannya yang terkepal.

Tiba - tiba sebuah panggilan masuk, dan dengan cepat Alya menekan jarinya pada head unit untuk menerima panggilan tersebut.

"Alya?! Dimana kau?!" suara bariton terdengar dari sebrang sana.

"Aku sedang dalam perjalanan!" jawab Alya dengan tatapan fokus dengan jalanan di depannya.

"Putar kembali sekarang!"

"No!"

"Alya?! Listen to me! Putar kembali sekarang!"

"NO!"

"ALYA?!"

"DADDY?! PLEASE!! Aku tidak akan kembali sampai aku berhasil menemukan Audrey!"

Setelah mengatakan itu, Alya memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

🔫🔫🔫

Di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim, ada seorang gadis yang tak sadarkan diri pada posisi terduduk di sebuah kursi dengan kedua tangan dan kaki yang terikat. Begitu pula dengan mulutnya yang dibekap oleh sebuah kain. Terlihat seorang pria muda duduk di sebuah kursi sembari mengawasi gadis itu.

Tiba - tiba saja pintu terbuka dan menampakan seorang wanita dengan tatapan tajamnya mengarah pada gadis yang masih belum sadarkan diri di tempatnya.

"Bangunkan dia!" titah wanita itu sembari menyentakkan dagunya.

"Tapi, dia belum---"

"Bangunkan dia!" sergah wanita itu cepat.

"Tapi--"

"BANGUNKAN DIA!!!" tegas wanita itu dengan tatapan tajam mengarah pada pria muda itu.

Pria muda itu sama sekali tak menunjukkan pergerakan sama sekali, hingga membuat wanita itu menggeram. Dan dengan pasti wanita itu maju hingga menyisakan jarak beberapa senti dengan kursi yang di tempati gadis yang sejak tadi tak menunjukkan tanda - tanda jika ia akan sadar. Wanita mengayunkan tangan kanan hingga setinggi telinganya lalu menampar pipi gadis di hadapannya dengan sangat kuat. Hingga terdengar suara rintihan pelan yang lolos dari mulut gadis itu. Tak sampai disitu, wanita itu kembali mencengkeram kedua pipi gadis itu dengan satu tangannya dan membuat wajah gadis itu menghadap ke arahnya.

Gadis itu menyipitkan matanya guna memperjelas penglihatannya. Tetapi, hanya siluet seorang wanita yang bisa di tangkap oleh matanya. Gadis itu sama sekali tidak dapat melihat jelas wajah wanita di hadapannya saat ini. Gadis itu merintih pelan saat rasa perih menjalar di pipi kirinya. Gadis itu memberanikan diri untuk menatap wanita itu yang mendekatkan wajah padanya.

"Kau adalah umpan terbaik bagiku.. Ckck.." seru wanita itu sembari berdecak.

"Ckck... Tidak ku sangka, putri dari keluarga Armstrong ternyata selemah ini..." ujar wanita itu lalu dengan sekali sentakan melepaskan tangannya dari wajah gadis itu.

"Sepertinya sekarang aku tahu kelemahan dari seorang Alya yang sombong itu.." ucapnya lagi dengan tangan bersedikap dan menatap pada gadis itu. "Kelemahannya adalah dirimu!" lanjutnya dan segera disambut tatapan penuh kebencian dari gadis itu.

"Astaga! Entah kenapa aku merasa sangat bahagia?!" kata wanita itu dengan senyuman lebar merekah di bibirnya. Kemudian, mendekatkan mulutnya di samping telinga gadis itu.

"Kau tahu?! Aku akan menggunakan dirimu sebagai senjataku untuk... membunuh... kakakmu,... Alya. Dia harus mati di tanganku!" bisik wanita itu dengan penuh penekanan. Tanpa sadar, kedua tangan gadis itu terkepal.

"K..au... ti..dak.. ak..an.. bi..sa.. membu..nuh.. kakak..ku.." protes gadis itu sembari berusaha menggerakkan tubuh guna melepaskan ikatan pada tubuhnya pada kursi.

"Yah, memang aku akui itu. Tapi, kau tahu?! Itu semua bisa aku lakukan dengan kau sebagai senjataku" tukas wanita itu dengan smirk yang tercetak jelas di bibirnya.

"Ka..tid..ak..akan..bisa!!" jawab gadis itu terbatah. Mendengar itu, wanita itu menjambak rambut gadis di hadapannya dengan cukup kuat hingga kepala gadis itu ikut terangkat ke atas.

"Aku akan membunuh kakak mu tepat di hadapan mu! Bitch!"

🔫🔫🔫

Alya menginjakkan kakinya pada pedal rem cukup dalam, saat kedua maniknya menangkap sebuah bangunan tua yang asing baginya. Dengan beberapa orang yang ia yakini adalah anak buahnya tengah mengintai bangunan itu dibalik rerumputan liar di sekitar bangunan itu. Alya menekankan jarinya pada head unit dan menelepon salah satu anak buahnya.

"Aku sudah tiba"

"Baik, nona. Saya akan segera ke sana"

Selang beberapa menit, mereka sudah berkumpul di tempat Alya memarkirkan mobilnya. Tempat itu berjarak cukup jauh kira - kira 500 meter dari bangunan itu. Alya pun keluar dari mobilnya, lalu menghampiri mereka semua.

"Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu nona?!" tanya salah satu anak buahnya.

"Kalian berenam, aku akan memerintah kalian melalui ini" ucap Alya sambil menunjuk earphone yang terpasang di telinga kanannya. "Jadi, dengarkan baik - baik!"

"Baik, nona"

"Setelah ini, aku yang akan masuk lebih dulu---"

"Tapi, nona itu akan sangat berbahaya. Biarkan kami ikut bersama nona" sergah anak buahnya.

"Aku hanya akan melihat keadaan saja, setelah itu aku akan memanggil kalian--"

"Yah, tetap saja itu berbahaya nona. Izinkan sebagian dari kami ikut dengan nona" tukasnya cepat. Sementara Alya yang tak ingin berdebat pun hanya mengangguk pasrah.

"Baiklah. Kalo begitu ikut aku!" titah Alya. "Dan kalian tetaplah waspada! Beritahu tahu aku jika ada sesuatu yang mencurigakan.." pesannya.

"Baik, nona" jawab mereka serentak.

Sesudah itu Alya pun mengeluarkan sebuah slayer dari kantung jaketnya dan mengikatkannya pada leher lalu menariknya ke atas hingga menutupi setengah wajahnya. Kemudian, melangkahkan kakinya memasuki pekarangan bangunan tua itu sambil tubuh yang membungkuk. Dari kejauhan, Alya dapat melihat ada kurang lebih empat orang yang menjaga di pintu masuk.

Alya hendak melangkahkan tungkainya tetapi sebuah tangan tiba - tiba menahannya hingga tubuhnya terhuyung ke belakang dan menabrak punggung salah satu anak buahnya.

"Ssss" desis Alya tanpa sadar.

"Maaf, nona. Tapi, tuan Jack memerintahkan untuk mundur" seru salah satu anak buahnya dan membuat Alya menegakkan tubuhnya cepat.

"Tidak bisa!" tolak Alya lalu hendak melangkahkan kakinya namun lagi - lagi seseorang menahan tangannya.

"Nona, jangan! Tuan Jack bilang bisa saja ini hanya jebakan" ucap anak buahnya berusaha meyakinkan Alya.

"Hanya katamu?! Lalu bagaimana dengan Audrey? Dia bisa saja dalam bahaya sekarang!" protes Alya dengan mata yang membelalak.

"Tapi, nona ini perintah dari tuan Jack--"

"Perintah?! Ckck..." Alya terkekeh mendengar itu lalu menunjukkan tatapan tajam pada ketiga anak buahnya. "Terserah pada kalian! Kalian ingin menjalankan perintah itu atau tetap disisiku! Aku tidak akan memaksa kalian. Aku akan tetap menyelamatkan Audrey!" tegas Alya lalu menepis tangan anak buahnya dari tangannya dan melangkahkan kakinya menjauh dari mereka.

Aku akan melakukannya! Bagaimana pun caranya! Aku akan tetap mengeluarkannya dari tempat ini!

"Kumohon! Bertahanlah Audrey!" gumamnya tanpa sadar.

💢💢💢

1
anggita
Alya... 👌💪
anggita
like👍+☝iklan... semoga sukses novelnya.
Elisapat17: Thank ypu say❤
total 1 replies
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
Nanaia
keren
Protocetus
Min kunjungin ya novelku, bola kok dalam saku
ATAKOTA_
Kren bgt ceritanya terus berkembang Thor 😊
Elisapat17: Thank you say🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!