SHOTGUN
Lima tahun sejak kepergian mereka dari Miami ke Salzburg, ketenangan mulai mereka rasakan. Hidup tanpa tekanan ataupun bahaya yang kapan saja dapat mengancam keselamatan mereka. Selain itu, kepindahan mereka dapat dimanfaatkan untuk hal yang positif. Setidaknya mereka dapat membantu orang - orang yang tertindas di sekitar mereka dengan kemampuan yang mereka miliki.
Terhitung baru lima tahun mereka tinggal di Salzburg, namun keluarga Armstrong sangat disegani di kota itu. Mereka dikenal sebagai keluarga dari pengusaha sukses Jack Armstrong. Jack memiliki seorang istri bernama Aletta serta dua orang putri yaitu Alya dan Audrey. Meski keluarga itu memiliki masa lalu yang kelam, mereka menutupi fakta - fakta tentang kejahatan mereka dulu. Bukan hanya sang ayah yang terlibat melainkan sang putri sulung, Alya juga ikut menjalani usaha gelapnya. Jadi tak heran, jika wanita itu terlihat sangat dingin. Sedangkan Audrey sangat bertolak belakang dengan Alya, bahkan hanya Audrey satu - satunya keluarga yang tidak mengetahui usaha gelap sang ayah.
Namun, ketenangan mereka tidak bertahan lama saat mata - mata Carlos mulai menemukan keberadaan mereka. Itu dimulai sejak Aletta menghadiri acara Fashion Week di Wina. Mereka mengikuti semua pergerakan Aletta jika saja seorang bodyguard tidak menyadari keberadaan orang - orang itu.
"Nyonya? Sepertinya orang - orang itu mengikuti kita sejak tadi" seru salah seorang bodyguard.
"Apa kau yakin?" Selidik Aletta sambil menatap tajam bodyguard itu.
"Iya, saya sangat yakin. Karena sejak tadi saya memperhatikan gerak - gerik orang - orang yang ada di sekitar kita dengan alat ini. Dan mereka selalu mengikuti kemana arah kita pergi" jelasnya sembari menunjukkan sebuah tablet yang menampilkan beberapa rekaman CCTV yang ada di sana.
"Baiklah, aku paham. Berikan ponselmu padaku, aku akan tunjukkan pada mereka seberapa bahayanya kita" ujar Aletta sembari menunjukkan smirk andalannya.
🔫🔫🔫
"Ada apa?"
"Ini aku Aletta"
"Aletta? Mengapa kau menggunakan ponsel Beny? Dimana ponselmu?"
"Aku sengaja tidak menggunakannya. Karena aku tidak ingin ada yang melacaknya"
"Apa maksudmu?"
"Entahlah mereka anak buah siapa? Yang pasti mereka sedang memata - matai kami"
"Kalian dimana saat ini?"
""Mirabell"
Setelah panggilan terputus, Jack pun bergegas meraih jaket kulit yang tersampir di kursinya. Alya yang sejak tadi ada di ruang kerja Jack hanya menatap aneh pergerakan daddynya itu.
Daddy terlihat terburu - buru.
"Daddy, apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Alya.
"Tidak ada. Daddy hanya lupa jika beberapa menit lagi ada pertemuan dengan kolega Daddy"
"Meeting? Dengan pakaian seperti itu?"
"Hm, bukan. ini hanya acara non formal. Seperti hangout mungkin"
"Owwhh" jawab Alya dengan bibir yang membulat. "Hati - hati kalau begitu."
"Tetaplah di rumah dan jagalah adikmu!" pinta Jack sarkastik sebelum hilang dibalik pintu.
"Apa maksud daddy?" Alya bertanya pada dirinya sendiri. "Entahlah." lanjutnya sambil mengedikkan bahunya tak peduli lalu pergi dari ruang kerja Jack.
Alya pergi menuju dapur lalu membuka kulkas untuk mengambil sekaleng soda dan menenggaknya. Matanya tearah pada Audrey yang sibuk memasak.
"Sedang apa?" tanya Alya lalu menyandarkan punggungnya di kulkas.
"Astaga, pertanyaanmu itu benar - benar aneh. Sudah tahu aku sedang memasak, kenapa bertanya?" cerocos Audrey sembari berkacak pinggang.
"Iya, iya aku tahu kau sedang memasak. Maksudku apa yang sedang kau masak itu?" jelas Alya gemas sampai - sampai ia menggigit bibirnya sendiri.
"Owh. Kalau begitu kan aku mengerti. Aku sedang masak Lasagna. Apa kau juga mau?"
"Memang dasarnya kau saja yang bodoh. Tentu mengapa tidak?" ledek Alya lalu beranjak dari tempatnya.
"Aku tidak bodoh tahu. Aku marah padamu. Kau tidak boleh makan lasag----" ucapannya terputus saat Alya membekap mulutnya dengan tangan. Alya mengisyaratkan untuk tetap diam saat menyadari ada segerombolan orang yang berhasil masuk ke pekarangan rumah mereka.
"Diam. Ada banyak orang diluar. Kau harus bersembunyi! Ikut aku!" ujar Alya pelan sambil menarik Audrey dan membawa gadis itu ke kamarnya sambil mengendap-endap.
Sesampainya, di kamar Alya dengan cepat gadis itu menggeser lemari buku miliknya dan memperlihatkan sebuah pintu rahasia.
"Alya? Apa yang ingin kau lakukan? Dan siapa mereka semua?" tanya Audrey dengan kebingungan dan menatap Alya yang hanya bisa menghela napasnya kasar.
"Aku tidak tahu siapa mereka. Cepatlah masuk! Kau akan aman disana. Percayalah padaku! Jangan takut!" seru Alya meyakinkan Audrey untuk tetap tenang.
Dorr... Dorr... Dorr...
"Arggh." Dengan cepat Alya menutup mulut Audrey.
"Ssttt. Jangan berisik! Nanti kita akan ketahuan. Tenanglah!. Sekarang masuklah! Kau akan aman disana!"
"Tapi, bagaimana denganmu?"
Alya tersenyum tipis lalu menjawab, "Tidak usah pikirkan aku. Aku akan baik - baik saja. Percayalah! Jaga dirimu baik - baik! Masuklah! Aku akan menggeser lemarinya lagi"
"Baiklah. Berjanjilah padaku! Kau akan baik - baik saja" Ucap Audrey tak kuasa menahan air matanya.
Dan suara tembakan pun kembali terdengar. Membuat Alya mendorong paksa Audrey ke dalam ruangan itu sambil mengatakan, "Aku janji. Aku akan kembali."
"ALYA? Please be careful!" teriak Audrey dengan mata yang berkaca - kaca.
Setelah itu, Alya mengambil empat buah pistol. Dua pistol diselipkan di pinggangnya dan duanya lagi di genggamannya. Alya keluar dengan pistol di kedua tangannya. Dan menembak orang - orang tak bertanggung jawab yang sudah mengganggu ketenangan keluarganya. Alya menembaki mereka tanpa henti sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang tidak dapat dikenali wajahnya karena tertutup masker hitam. Orang itu mengarahkan pistolnya tepat ke dada Alya. Spontan Alya pun mengarahkan pistolnya ke arah orang itu juga. Keduanya sama - sama terdiam. Alya menatap tajam tepat ke mata orang bermasker itu tanpa rasa takut sedikit pun.
"Turunkan pistolmu! Atau aku akan menembus jantungmu dengan peluruku" pintahnya yang justru membuat Alya semakin geram. Namun, mau tak mau Alya menjatuhkan pistolnya lalu berlutut di lantai dengan kepala tertunduk dan kedua tangan terangkat. Orang itu mengambil pistol Alya yang terjatuh di lantai sambil menatap rendah Alya yang menyerah di hadapannya. Orang itu tertawa bangga dengan kedua tangan direntangkan sembari membelakangi Alya yang masih terduduk di lantai.
"Pengecut seperti dia kalian anggap jagoan. Bahkan dengan pistolku saja dia sudah takut. Apanya yang jagoan? Apa jagoan takut dengan pistol? Hah?" ceplos orang itu. Alya menggeram keras membuat orang itu membalikkan tubuhnya menghadap Alya yang saat ini menatapnya tajam dengan wajah memerah. Tanpa ia sadari, Alya sudah menyiapkan pistol di tangan kirinya. Tak menunggu lama, Alya mengarahkan pistolnya ke dada kiri orang itu dan menarik pelatuknya.
Dorr...
Peluru itu berhasil menembus dada orang itu, namun meleset. Orang itu sempat berpindah sehingga peluru itu mengenai bahu sebelah kanan.
"Sial!!!" umpatnya. Orang itu pun limbung dan tak dihiraukan Alya. Saat ini Alya terfokus pada orang - orang yang masih bisa berdiri tegap. Alya menembaki semua orang itu, tetapi tidak di dadanya melainkan di kedua kaki mereka. Alya tidak ingin membunuh mereka, tetapi bukan berarti Alya bisa memaafkan mereka.
Dorr...
"Akkhh" rintihnya saat sebuah peluru menembus lengan kanannya.
"ALYA!!!"
💢💢💢
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Feby Gudu
❤❤❤
2024-07-23
0
anggita
visualisasi tempatnya... bagus👌
2024-06-17
0
ℕaᷡiᷧa᷿᷍℘
keren
2024-06-17
1