NovelToon NovelToon
CINTA IMPIAN ALEYA

CINTA IMPIAN ALEYA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali / Enemy to Lovers
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: BLUEW

Diperebutkan oleh beberapa pria merupakan suatu hal sangat menjengkelkan bagi seorang perempuan . Aleya merupakan wanita cantik yang populer dikalangan banyak pria. Namun ia hanya mencintai satu pria yang belum tentu juga pria itu menyukainya. Apakah Aleya akan mendapatkan feedback dari pria yang dicintainya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BLUEW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Dimana kesuksesan sebuah perusahaan bergantung pada pemimpinnya. Jika saat ini pemimpinnya saja bermalas-malasan dan tidak memberikan contoh pada seluruh pekerjanya. Apa yang bisa dia banggakan dan usahakan untuk memajukan perusahaannya hingga mencapai tingkat yang setinggi ini?

Diyan mengatakan serangkaian pertanyaan tersebut memang bukan untuk meledek atau menjatuhkan citra Aleya.

Sebaliknya, Diyan justru merasa bangga dan amat mengakui keberhasilan Aleya selama ini dalam membangun sebuah bidang yang bisa ia banggakan. Kemampuannya jelas berada di atas rata-rata. Diyan saja sampai begitu mengakui kemampuannya dan menggaguminya.

Jadi darimana Aleya bisa berpikir bahwa dirinya sedang membandingkan wanita tersebut denagn orang lain?

Diyan jelas tidak mungkin melakukan hal tersebut dan tidak ingin melakukannya. Diyan kemudian bertanya.

"Kau sudah akan pulang?" tanya Diyan sembari memantau tampilan Aleya yang sedang bersiap-siap akan memuka pintu mobilnya dan mungkin meninggalkannya lebih dulu tanpa bicara.

Diyan sudah menahan pintu mobil tersebut untuk bisa dibuka olehnya. Aleya kemudian memprotesnya.

"Apa yang sedang kau lakukan? Dan kenapa kau tidak minggir?" ucap Aleya yang merasa terganggu dengan kehadiran pria itu hingga tingkah lakunya yang kini malah jadi merepotkannya.

Diyan sibuk menatap Aleya terus dengan pandangan matanya yang dalam.

"Jika aku boleh tahu, apakah kencanmu hari ini menyenangkan?" tanya Diyan dengan sebuah pertanyaan yang baru dan sedikit menyimpang dari pembahasan mereka di awal.

Aleya sudah berkeinginan untuk menyerangnya.

"Kenapa kau mendadak bisa bertanya semacam itu padaku? Bagaimana kencanku dengan Arivin? Kenapa? Apa kau begitu penasaran?"

Aleya sadar diri bahwa Diyan tidak mungkin benar-benar peduli dengan urusan kencannya. Sehingga hal ini menjadikan salah satu alasan baginya bisa menolak jadwal kencannya bersama Aleya dengan alibi sibuk.

Namun Aleya tidak bisa bila menyindirnya dengan sebuah kalimat atau mungkin beberapa kalimat. Diyan sudah menampilkan pemandangan yang kelam tanpa alasan yang jelas ketika Aleya ingin menambahkan sindiran.

Diyan ternyata sudah lebih dulu mendahuluinya.

"Aku bukan penasaran. Aku hanya ingin tahu. Jadi, bagaimana kencan kalian hari ini? kudengar kalian pergi ke taman bermain? Apa tidak terjadi masalah di sana?"

Aleya sudah merasakan semacam perasaan tertarik.

"Kau mendoakan kamu memiliki masalah di sana? Dan darimana kau bisa tahu bahwa kami pergi ke taman bermain?"

Aleya kini menyadari bahwa bukan hanya ibunya yang suka memantau hingga menyelidiki banyak hal tentang dirinya. Namun bahkan salah satu calon tunangannya pun juga melakukan hal sama. Aleya reflek memutar bola matanya karena lelah sebelum Diyan menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak mendoakan apapun. Dan hanya bisa memprediksi. Calonmu yang bernama Arivin itu adalah seorang artis. Itulah sebabnya akan sangat rawan bila pria itu pergi ke tempat-tempat umum tanpa menimbulkan perhatian. Hal semacam itu tidak mungkin terjadi bukan?"

Diyan nampak menarik sedikit sudut bibirnya untuk melugaskan sesuatu. Aleya hanya bisa menjawab pertanyaan itu dengan asal-asalan.

"Tidak ada kejadian yang serius hingga memprihatinkakan. Kau tidak perlu ikut merasa cemas,"

Aleya secara sadar tahu bahwa Diyan tidak benar-benar sedang peduli padanya hingga mengkhawatirkannya. Namun demi sopan santun dan segala sikap baik, Aleya memilih untuk tetap beramah-tamah padanya dengan caranya.

Aleya juga merasa dirinya tidak perlu menyampaikan cerita apapun yang sebenarnya pada Diyan. Dia tidak punya tanggung jawab untuk menjelaskan apapun. Hingga menjawab dengan ambigu adalah sebuah jawaban yang menurutnya lebih dibutuhkan.

Diyan nampak sibuk menatap dengan penuh simak.

Aleya menggunakan kesempatan ini untuk berpikir ulang bagaimana Diyan yang bahkan juga merupakan orang awalm bisa cukup mengenal Arivin dengan baik. Sampai-sampai dia juga mengetahui bahwa Arivin cukup terkenal.

Sehingga bila pria itu tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Pria itu mungkin saja melakukan semacam kehebohan yang terjadi seperti tadi siang. Aleya mengakui kepintaran Diyan dalam memprediksikan situasi yang mungkin saja terjadi.

Tapi apa-apaan pertanyaan yang seolah dia begitu ingin tahu itu? Diyan benar-benar sangat merasa pernasaran sehingga dia menampilkan ekspresi penuh minat seperti itu?

Aleya masih tetap pada keinginannya untuk segera meninggalkan pria itu dan pulang secepatnya.

"Karena itu, apa kau tidak ingin minggir?" tanya Aleya meminta Diyan untuk menjauhkan dirinya dari sisi pintu mobil.

Diyan masih tetap berdiri dengan tenang di posisinya tanpa bergerak.

Aleya kemudian bertanya padanya sekali lagi.

"Apa kau tidak akan menyingkir?!" ucap Aleya sekali lagi sembari meninggikan suaranya.

Diyan tidak menunjukkan dampak apapun dari hadikan Aleya barusan.

Aleya mengulang kembali dengan kesabaran penuh.

"Kau masih tidak ingin bergerak dan membuatku mengulangnya terus?"

Pada peringatan ketiga ini, Diyan baru bergerak untuk sedikit menyingkir dari hadapan Aleya tanpa bicara. Aleya sudah buru-buru membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam. Meninggalkan Diyan dengan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Diyan kemudian hanya sibuk menatap kepergiaan Aleya dengan pandangan datar. ekspresinya dalam hitungan detik langsung berubah ketika sang sekretaris menghampirinya.

Diyan lalu bertanya padanya.

"Bagaimana?" tanya Diyan hanya dengan satu kata.

Daniel sudah menunduk untuk memberikan jawabannya.

"Dia sudah menghilang, Tuan. Dan saja tidak menemukan jejaknya,"

Diyan sudah mengangguk mengerti. Kemudian meminta Daniel mengikutinya masuk dalam mobil. Mereka pun kembali ke kediaman mereka masing-masing setelah tidak mendapatkan siapapun yang bisa ia tuduh sebagai pengintai Aleya yang sesungguhnya.

Setelah tiba di tempat ini, Diyan tidak sengaja melihat satu sosok yang mencurigakan. Seorang wanita yang mengenakan kerudung hitam hingga seluruh pakaian yang tertutupi oleh kerudung yang panjang tersebut.

Diyan dan Daniel tidak berhasil menemukan siapa wanita tersebut, hingga mengenali wajahnya.

Bayangan keberadaannya pun langsung menghilang ketika wanita tersebut menyadari keberadaannya. Diyan bisa melihat dengan jelas bagaimana wanita tersebut nampak memperhatikan Aleya tanpa bergerak sedikitpun pada awalnya.

Diyan langsung turun untuk menghampiri Aleya ketika ia menyadari ada sedikit aura gelap yang dimunculkan olehnya. Seperti yang sudah ia duga, pengintai itu langsung saja kabur ketika ia melihat ada pria lain di sisi Aleya.

Sebelum Diyan turun, Diyan sebenarnya sudah meminta Daniel untuk mengintainya dan menangkap pengintai tersebut. Namun kecepatan pria itu berhasil dikalahkan oleh kemisteriusan pengintai tersebut.

Mereka pada akhirnya tidak menemukan informasi apapun. Hingga hanya terus berkutat pada rasa penasaran dan pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab. Hari ini Aleya mungkin bisa bebas dari sangat penguntit tersebut. Namun apa yang akan terjad untuk hari-hari selanjutnya?

Diyan menyesali sedikit tindakannya yang berpura-pura tidak mengetahui kegundahan hati Aleya yang pada awalnya ia tahu sangat sadar bahwa sedang diawasi.

Sehingga dengan begitu, Diyan mungkin saja bisa memberikan kewaspadaan yang lebih tinggi pada Aleya. Namun Diyan masih bingung dengan beberapa hal. Sehingga ia bertanya pada Daniel ketika mereka masih dalam perjalanan pulang.

"Daniel," panggil Diyan.

Daniel langsung meliriknya melalui kaca spionnya.

"Ya, Tuan."

"Apa kau melihat pengawal atau mungkin penjaga rahasia di sekitar Aleya?" tanya Diyan dengan segala ingatan dan asumsinya. Dimana wanita itu seharusnya sedang dijaga ketat oleh seluruh anak buah kakeknya.

Namun sebuah kebenaran tersebut muncul hari ini?

Diyan nampaknya cukup menyayangkan hal tersebut. Hingga bingung sendiri dengan informasi tersebut. Hendra selalu punya kuasa yang kuat untuk mengatur, menjaga serta melindungi keluarganya, terutama cucunya.

Namun hari ini, Hendra melakukan pengecualian tersebut?

Aleya yang tidak mengetahui serangkaian beban pikiran Diyan ketika itu hanya bisa berkesal hati karena bukan hanya Arivin yang terus sanggup membuatnya kesal hati. Namun pria sibuk itu juga sampai membuat serangkaian tindakan yang tidak menyenangkan hatinya.

Jika bukan mendinginkan kepala dengan guyuran air dingin dan air hangat setelahnya apa yang bisa Aleya lakukan setelahnya?

Pikiran mampet tersebut membuat Aleya tidak menyadari bahwa sudah selama beberapa hari ini, Aleya tidak mendapatkan penjagaan yang ketat dari kakeknya. Hendra nampaknya telah menyuruh seluruh anak buahnya untuk beristirahat dan tidak melakukan pengintaian dan pengawasan yang seperti selama ini telah ia lakukan.

Otaknya yang sedang kusut tidak sampai memikirkan kebebasanannya yang terjadi secara mendadak kesehariannya. Aleya mungkin akan menyadari hal tersebut selama beberapa hari ke depan. Karena rasa sensitifnya mulai berpindah pada hal yang lain.

1
Webcomics fan #2
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
Sania: terimkasih kak
total 1 replies
Ánh sáng
Baper banget sama ceritanya.
Sania: hehe makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!