"Ini semua salah ku!, aku pantas mendapatkan semua ini" Suara hati Faela, tubuhnya terjatuh dari lantai tempat tinggal istri selingkuhannya.
"Bru.. uk" Suara tubuh Faela yang terjatuh dari lantai 15 apartemen termewah dikota itu.
Darah mengalir dari kepalanya dengan deras, dan dia menghembuskan nafas terakhir nya dengan mata terbuka memandang awan biru.
Tiba-tiba saja Faela melihat cat warna merah menyirami tubuhnya.
"Kamu tidak apa-apa? " Tanya Siska, teman kuliah Faela.
Faela lalu mengusap matanya dengan kain lap yang diberikan Siska.
"Siska!, dia bukannya tinggal di luar negeri bersama suaminya. Kenapa dia disini? " Pikir Faela yang kebingungan.
Lalu dia melihat sekelilingnya dan dia berada di kampus lamanya.
Apa yang terjadi pada Faela?, Bagaimana kisah cinta Faela yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ms. simple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lesung pipi.
Hugo yang membawa Fa ela dengan sepeda motor gede nya, mereka berdua berhenti di depan apartemen mewah.
Fa ela lalu turun dengan kopernya dan melepaskan helm, lalu diberikan kepada Hugo.
"Kita mau apa kesini? " Tanya Fa ela.
"Masuk lah ke apartemen orang tua ku, kamu boleh tinggal sesuka hati mu disana" Ucap Hugo.
"Untuk apa aku tinggal disana? " Tanya Fa ela yang gugup.
"Bukankah kamu butuh tempat tinggal sementara, pakailah dan jangan merepotkan temanmu" Ucap Hugo dengan tegas.
"Apa maksudmu? " Tanya Fa ela.
"Lantai 40 nomer 104,kode masuknya 167891,aku akan parkirkan sepeda ku ke tempat parkir dulu" Ucap Hugo yang langsung saja pergi dari depan Fa ela.
"Pria gila, bukan tanya aku mau atau tidak malah seenaknya menyuruh ku tinggal" Gumam Fa ela.
Saat akan pergi dengan koper kecil nya, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti.
"Jika aku tinggal di hotel namanya pemborosan dan acara fashion show juga tidak membayar lebih banyak dari model profesional" Pikir Fa ela.
"Benar, ada yang gratis kenapa aku harus menolaknya" Ucap Fa ela. "Dan juga aku juga tidak punya perasaan khusus pada nya" Ucap Fa ela pada dirinya sendiri.
Akhirnya Fa ela memutuskan untuk tinggal sementara dirumah Hugo, saat masuk kedalam apartemen mewah milik Hugo. Disana banyak barang kenangan Hugo dengan orang tua nya.
Fa ela memperhatikan bocah kecil berambut mangkok dengan senyum manisnya.
"Manisnya, saat kecil dia banyak tersenyum" Ucap Fa ela sambil tersenyum melihat foto masa kecil Hugo.
Tiba-tiba saja Hugo masuk kedalam rumahnya, dan dia membuka pintu rumahnya. Sambil membawa kantong plastik yang besar, Fa ela lalu mendekati Hugo dan membantu membawakan kantong plastik itu.
"Apa yang kamu bawa? " Tanya Fa ela sambil melihat isi kantong tersebut.
"Aku membawa makanan dan minuman untuk isi kulkas, karena rumah ini sudah lama tidak digunakan" Jawab Hugo yang berjalan kearah dapur.
"Tapi sepertinya tidak ada debu satu pun" Ucap Fa ela sambil memegang rak yang sangat bersih.
"Itu karena kakek pembantu kami tiap hari datang untuk membersihkan rumah ini" Ucap Hugo.
Fa ela lalu menyusul Hugo kedapur dan membantu dia memasukkan barang yang dia beli.
"Oh ya, aku mau ke kampus untuk minta cuti beberapa hari karena ada fashion show di gedung mode" Ucap Fa ela.
"Kalau begitu aku akan mengantarmu ke kampus, dan aku juga ada perlu di markas geng blue" Ucap Hugo.
"Dan juga terima kasih" Ucap Fa ela.
"Untuk apa? " Tanya Hugo.
"Aku tahu kamu yang membantuku agar keluarga kami tidak terkena dampak dari keluarga Simon dan bisa dengan mudah membatalkan pertunangan konyol itu" Ucap Fa ela.
"Apa kamu tidak suka ditunangkan? " Tanya Hugo dengan gugup.
"Tidak, aku ingin secara alami, seperti orang pada umumnya berkenalan, kencan, putus dan saat putus jika masih merasakan hal yang sama mama aku anggap dia takdirku" Penjelasan Fa ela sambil tersenyum.
"Baiklah" Ucap Hugo yang juga tersenyum.
"Hah? " Ucap Fa ela yang bingung dengan yang diucapkan Hugo tadi.
Dan Fa ela melihat senyum manis Hugo, dan dia mengodanya.
"Dia jika senyum punya lesung pipi" Pikir Fa ela yang suka melihat senyum Hugo.
Lalu jari telunjuk Fa ela menyentuh lesung pipi Hugo, dan sontak saja membuat Hugo terkejut.
Dan menoleh kearah Fa ela, yang masih memegang pipinya.
"Apa yang kamu lakukan? " Tanya Hugo.
"Tidak, ternyata lesung pipi mu masih ada. Aku kira sudah hilang" Jawab Fa ela yang melepaskan sentuhannya pada pipi Hugo.
Fa ela langsung menjauh dari Hugo dan menanyakan kamar mana yang boleh dia tempati, Hugo lalu menunjuk ke kamar orang tuanya dulu. Dan Fa ela meletakkan kopernya dan mengambil tas dan ponselnya.
"Aku mau berangkat dulu! " Seru Fa ela.
"Tunggu sebentar, aku letakan ini dulu" Ucap Hugo. Lalu dia meletakkan barang terakhir yang ada di kantong plastik itu dan menutup pintu kulkasnya.
Mereka berdua lalu keluar dari apartemen itu, dan langsung ke kampus mereka sambil naik sepeda motor Hugo.
Fa ela yang masih mengira Hugo seorang gay dia tidak punya batasan pada Hugo, dan itu membuat Hugo jadi salah tingkah.
Tak beberapa lama mereka sampai di kampus mereka, dan mereka berdua pisah arah. Fa ela yang mau ke TU dan Hugo mau ke markas geng blue.
Di markas geng blue Hugo, mau keluar dari geng tersebut dan Ciko yang menghalangi Hugo keluar.
"Kenapa kamu mau keluar?, bukankah kamu masih enjoy berada dengan kami" Ucap Ciko.
"Aku akan sibuk, karena jika aku terus menerus ikut geng kalian. Urusan pentingku akan terbengkalai" Ucap Hugo dengan tegas.
"Tapi teman jika kamu pergi aku juga ikut kita ini belahan jiwa" Canda Ciko.
"Terserah kamu" Jawab Hugo.
Tiba-tiba Ciko membisikkan kata pada Hugo.
"Apa karena gadis yang bernama Fa ela? " Tanya Ciko.
"Aku akan menjalani proses yang diinginkan dirinya" Ucap Hugo dengan wajah datarnya.
"Maksudmu? " Tanya Ciko yang tidak paham maksud Hugo.
"Dia ingin berkenalan, kencan, putus dan ke jenjang yang serius" Ucap Hugo.
Haha..
"Dia ingin main drama, kamu lugu sekali teman" Ucap Ciko sambil tertawa terbahak-bahak.
"Sudahlah, aku mau menemuinya di TU" Ucap Hugo yang kesal.
"Untuk apa dia kesana? " Tanya Ciko.
Tapi Hugo berjalan saja tanpa memperdulikan pertanyaan dan ucapan Ciko, Ciko yang penasaran mengikuti Hugo dibelakangnya.
Di TU Fa ela mau mengajukan cuti untuk urusan pekerjaannya, dan disana hanya ada Erik.
Karena Fa ela sudah mengikhlaskan hubungan mereka dan tidak mau memulai takdir yang pahit dengan dirinya, maka Fa ela menganggap Erik seperti teman saja dan tidak lebih dari itu.
"Halo kak Erik! " Panggil Fa ela dengan mengejutkan dirinya.
"Fa ela, untuk apa kamu kemari? " Tanya Erik.
"Aku mau ajukan cuti" Jawab Fa ela.
"Ada urusan apa?, sampai ambil cuti segala" Tanya Erik, sambil mengambil surat untuk Fa ela.
"Aku ada perkerjaan kak, dan aku mau fokus pada perkerjaan itu. Jadi anggap saja untuk membangun mimpiku" Ucap Fa ela.
"Kamu terlihat bahagia sekarang, enak sudah tahu mimpimu dan bisa dengan bebas memperjuangkannya" Ucap Erik yang merasa iri.
"Bukannya mimpi kakak adalah bermusik dan suara kakak juga enak didengar" Ucap Fa ela sambil menulis surat permohonan cutinya.
"Tapi dari mana kamu tahu kalau aku suka dengan musik? " Tanya Erik yang curiga.
Sontak saja membuat Fa ela kaget, karena dulu Erik hanya menceritakan mimpinya hanya kepada Fa ela, bahkan orang tuanya pun tidak mengetahui apa yang diinginkan Erik.
