NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Delima

Bocah perempuan kecil berlarian bersama teman-temannya notabene lelaki. Semuanya mengalungkan ketapel yang mereka buat sendiri di lehernya.

"Berhenti!" Ujar pemilik buah yang buahnya mereka ketapel berseru dengan marah.

Wajah mereka kemerahan menghindari kejaran pemilik buah yang mengamuk karena buah-buahnya berjatuhan di ketapel dan diambil oleh mereka semua.

Sekilas bocah perempuan tersebut tidak tampak berbeda dengan teman-teman lelakinya. Berambut pendek dan cepak. Menggunakan kaus layaknya anak lelaki serta celana pendek. Sendal jepit.

Sangking semangatnya mereka berlari. Anak perempuan tersebut tidak memperhatikan ada kulit pisang di depannya dan tanpa ayal terpeleset.

"Rasakan! Anak nakal!" Umpat pemilik buah yang merasa senang melihat salah seorang dari mereka terjatuh,"rasakan hukuman dariku! Kau akan menyesalinya!"

Peluh bercucuran. Wajahnya memerah. Dirinya mulai pasrah. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.

Pemilik bersiap mendekati Delima dan bermaksud menjewer telinganya. Tetapi sebuah benda kecil mengenai punggungnya membuatnya menoleh.

Seorang anak lelaki memancing kemarahannya dengan menjulur kan lidahnya sambil memamerkan buah yang di ketapel nya.

Tanpa berpikir panjang langsung mengejar anak lelaki tersebut. Melupakan anak yang di hadapannya.

Seorang anak lelaki lain menarik tangan Delima,"ayo! Kita pergi dari sini!"

Delima menganggukkan kepalanya dan serta merta berdiri. Berlari mengikuti temannya tersebut.

Pemilik buah yang merasa marah diejek. Berlari mengejar anak lelaki yang membuatnya marah.

Anak lelaki tersebut memasuki sebuah pekarangan. Berlari menuju sebuah pohon yang terletak di belakang rumah berbatasan dengan tembok rumah.

Dengan cekatan memanjat. Menaiki tangga kayu yang berada di balik tembok. Tangga mana dipegangi teman-temannya. Menuruni nya. Kemudian tangga tersebut kembali direbahkan.

Pekarangan rumah tersebut bersebelahan dengan kebun pemilik rumah. Tangga tersebut diletakkan di sana. Digunakan untuk membungkus buah-buah yang bergelantungan di pohon yang tinggi.

Dengan gesit mereka segera berlari memutar. Terdengar dari kejauhan pemilik rumah yang marah mencari keberadaan anak lelaki yang dikejarnya.

Terdengar juga omelan pemilik rumah yang merasa terganggu dengan teriakan amarah pemilik buah.

Mereka semua segera berlalu menuju tempat mereka biasa berkumpul. Membawa buah-buah yang mereka ketapel dan mereka masukkan ke kantong plastik.

Sebuah pohon rindang di pinggir sungai merupakan tempat favorite mereka. Satu per satu memanjat tempat persembunyian mereka.

Ahsan mengambil sebuah jambu air dari dalam kantong kresek dan mengangsurkan pada Bani yang duduk di dahan yang bersebrangan dengannya.

Bani mengambil satu buah jambu air mengangsurkan kresek ke Chandra yang duduk di dahan di atasnya.

Chandra mengambil satu buah jambu air mengangsurkan pada Delima yang ada di dahan seberangnya.

Delima mengambil sebuah kemudian mengangsurkan kresek pada Fahmi yang ada di dahan seberangnya.

Fahmi mengambil sebuah dan mengangsurkan kresek pada Hasan yang ada di dahan atasnya dan Hasan mengambil sebuah. Menyerahkan kresek pada Karim yang berada di dahan atasnya menyerong sedikit.

"Kau tidak apa-apa kan?" Chandra bertanya pada Delima yang sedang menikmati jambu airnya.

"Tidak apa-apa! Kau tidak usah khawatir!"

"Kau terpeleset kulit pisang. Apakah ada yang memar atau luka?"

"Tenang lah! Aku baik-baik saja. Aku hanya kurang berhati-hati!"

"Syukurlah, Fahmi bertindak pada saat yang tepat. Aku tidak tahu apa yang terjadi jika dia berhasil menangkap mu!"

"Sudahlah semua baik-baik saja! Jangan sampai kau ceritakan pada kedua orang tuaku . Aku tidak ingin mereka khawatir."

"Jika ada bekas luka atau memar. Mereka akan bertanya." Sahut Chandra.

"Tidak ada bekas apa pun! Kau lihat saja sendiri."

Chandra meneliti sekujur tubuh Delima dan tidak menemukan apa pun.

"Sepertinya kau memang baik-baik saja." Ujarnya menyetujui.

"Aku tidak bisa bergabung dengan kalian besok." Sahut Delima.

"Tapi kenapa?" Tanya Karim.

"Aku ingin membantu kedua orang tuaku di ladang. Besok kami akan panen."

"Tapi tidak akan seru jika kau tidak ikut. Upah memandikan kerbau lumayan. Kau tidak suka uang?" Sahut Bani.

"Lain kali bagaimana? Setelah selesai membantu kedua orang tuaku panen. Aku akan bergabung bersama kalian." Ujar Delima.

"Bagaimana jika kami membantumu dan setelah itu kau bergabung bersama kami?"

"Aku tidak tahu apakah orang tuaku akan membayar kalian? Kalian kan tahu bagaimana kehidupan keluarga kami?"

"Kau tenang saja! Kami tidak meminta bayaran."

"Bukan seperti itu. Aku tidak ingin memberatkan kedua orang tuaku dan menyusahkan kalian. Lebih baik aku bergabung setelah selesai membantu kedua orang tuaku di ladang."

"Kau tenang saja kenapa sih?" Hasan.

"Terserah kalian saja!" Ujar Delima menyerah.

Keesokan paginya mereka semua berkumpul di ladang milik orang tua Delima.

"Kalian akan membantu kami?" Tanya ayah Delima pada mereka semua.

"Iya, pak!" Sahut Hasan mewakili teman-temannya.

"Aku akan membuat bola ubi buat kalian semua. Apakah kalian menyukainya?" Tanya ibu Delima, Gayathi.

"Suka sekali!" Sahut mereka teriak kegirangan.

Mereka membantu Delima dan kedua orang tuanya memanen. Mencabut kentang di ladang.

Peluh bercucuran dibalik caping topi yang mereka kenakan.

Mereka membantu dari pukul tujuh pagi sampai dengan tiga sore. Pukul sepuluh mereka berhenti untuk menikmati bola-bola ubi yang disiapkan ibu Delima.

Teh manis hangat dan bola-bola ubi yang disiram gula merah di atasnya. Pukul dua belas siang mereka beristirahat dan makan siang.

Delima membantu ibunya menyiapkan makan siang. Sementara teman-temannya dan ayahnya meneruskan memanen kentang di ladang mereka.

Nasi dituang ke dalam bakul. Diletakkan di meja. Tiga ekor ikan mas hasil tangkapan ayah Delima digoreng ibunya dan diletakkan di atas meja.

Sepiring penuh tahu dan tempe. Secobek sambal. Sayur mayur mentah yang sudah dicuci bersih.

"Istirahatlah dulu!" Teriak ibu Delima,"makanan sudah siap."

Mendengar panggilan ibu Delima mereka berhenti dari pekerjaan mereka. Memasuki rumah mencuci tangan, mengambil piring mengisinya dengan nasi, lauk pauk dan sayur.

Delima dan teman-temannya memilih makan di bale-bale di teras dan di pinggiran tembok yang mengitari bale-bale. Sedangkan kedua orang tua Delima memilih makan di meja makan.

Selesai makan siang. Mereka sholat Zuhur. Mengobrol sambil melepas penat.Tepat pukul satu siang mereka memulai pekerjaan mereka kembali dan berhenti pukul tiga sore.

"Delima mengatakan kalian akan memandikan kerbau sehabis membantu di ladang?" Tanya ayah Delima. Mereka semua menganggukkan kepalanya.

"Ini untuk kalian." Ayah Delima membagikan uang tiga ribu rupiah satu orang.

"Tidak usah pak!" Tolak Hasan yang diikuti teman-temannya.

"Jangan menolak! Aku senang kalian mau membantu kami dan sangat berterima kasih. Apa yang kuberikan tidak seberapa tapi jangan melihat nominalnya tetapi niatnya."

Teman-temannya melihat ke arah Delima. Delima menganggukkan kepalanya dan mereka menerima pemberian dari ayah Delima.

"Terima kasih pak!" Sahut Hasan diikuti yang lainnya.

"Dan ini untukmu, anak manis!" Ujar ayahnya tersenyum lebar pada Delima. Delima memeluk ayahnya erat,"Terima kasih, yah!"

Ayahnya mengecup kening putrinya dengan penuh kasih sayang,"akan kau apakan uang mu?"

Delima masuk ke dalam kamarnya mengeluarkan celengan ayamnya yang besar terbuat dari tanah liat,"ku tabung tentu!"

"Kau tidak menyisakan untuk jajan?" Tanya ayahnya.

"Kami tidak perlu jajan. Kami memiliki jambu air untuk dimakan. Membakar ubi dan singkong jika kami lapar. Menangkap ikan dan membakarnya!" Seru Delima yang disetujui teman-temannya yang lain.

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!