Aura Harus menerima takdirnya menjadi salah satu bagian dari Wanita penghibur seorang Devandra Mahendra.
Pria tampan dengan sejuta pesonanya. Namun siapa sangka jika di balik ketampanannya itu menyimpan Rahasia yang cukup besar hingga menarik Aura untuk.asuk dalam hidupnya.
Akahkan Devandra melepaskan Aura, ataukah Devandra menahannya seumur hidup bersamanya?
Ikuti kisah mereka hanya di Judul Novel Selir Sang Mafia
Brak
"Ah maaf Tuan, saya tidak sengaja!!" Ucap Aura seraya membersikan Jas mahal milik Pria yang baru saja di tabraknya.
"It's Oke tidak masalah" Ujar Pria itu yang ternyata sejak tadi terpaku menatapnya.
Hingga tanpa sengaja tatapan mereka beradu saat Aura ingin mengangkat kepalanya menatap Devan. Dalam beberapa menit tatapan mereka terkunci sebelum pada akhirnya Aura memutuskannya lebih dulu."
"Maaf" Sekali lagi Aura meminta maaf dan berusaha untuk pergi meninggalkan Acara perayaan Ulang tahun Stasiun televisi milik keluarganya. Kebetulan Devan datang hari itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia soraya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kurung dia dan jangan sampai dia kabur!" Setelah mengatakan itu pada anak buahnya, Devan berjalan dengan menggandeng tangan Soraya menuju ke arah ruang kerjanya.
Brak
Setelah pintu ruang kerja tertutup, kini Devan langsung melepaskan genggaman tangannya dari tangan Soraya perlahan. "Sial, pura-pura itu mengesalkan." Umpat Devandra seraya menggosok wajahnya menggunakan tangannya.
Walau kesal, soraya nampak berusaha sabar. Wanita itu berjalan mendekat ke arah Devandra seraya memeluk tubuh kekar itu dari belakang. "Kenapa kau marah-marah sepeti itu Hem? Apa ada sesuatu yang membuatmu kesal?" Ucapnya lirih di samping telinga sang suami.
Devan nampak memejamkan matanya, bukan karena menikmati belaian Suraya di perutnya, melainkan merasa geli sekaligus risih dengan tindakan wanita itu yang terus saja berusaha merangsangnya acap kali mereka berdua sedang bersama. "Hentikan raya!" Devan seketika menggenggam tangan Soraya yang sudah berani menjalar kemana-mana. Sontak setelah itu Devan membalik tubuhnya untuk menatap ke arah sang istri dengan tatapan dingin tak terbaca. "Jangan ulangi lagi!" Ucapnya penuh dengan peringatan, Setelah mengatakan itu Devandra memutuskan untuk pergi keluar lebih dulu, ia tidak mau terpancing emosi hingga harus melukai Soraya.
"Kenapa?" Ucap Wanita itu yang sudah dengan berani mencekal tangan Devandra yang ingin pergi meninggalkan dirinya lagi.
Devan terpaksa menghentikan langkahnya seraya membalikkan tubuhnya untuk menatap ke arah sang istri kembali. Tidak lupa ia menghela nafasnya sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari sang istri. "Apakah aku perlu menjawab pertanyaanmu itu? Bukannya kau sudah tau semua rencana ku? kenapa kau terus saja memaksaku untuk menjelaskannya kembali?" Agaknya Devan sudah mulai terusik dengan sikap Soraya yang mulai tidak patuh dan banyak menuntut.
"Tapi Dev, Sampai kapan kau menaruhnya di sini? mau bagaimanapun aku cemburu!" Dengan lantang Soraya mengatakan itu.
"Kau tau benar siapa aku Raya, Ingat, pantang bagiku mengulang ucapanku! tapi jika kau masih terus memancingku maka____"
"TIDAK, Lupakan!" Dengan cepat Soraya memotong ucapan suaminya. Entah kenapa Soraya tiba-tiba mengatakan itu, tapi yang jelas hanya Devandra dan dirinya saja yang tau. Karena itu menyangkut rahasia besar Soraya.
"Good Girls" Puji Devandra seraya mengacak-acak rambut sang istri. Setelahnya ia melanjutkan kembali jalannya untuk keluar meninggalkan Soraya yang nampak mengepalkan kedua tangannya geram.
******
Keesokan paginya Aura nampak menguap seraya merenggangkan otot-ototnya tubuhnya seperti biasa layaknya orang-orang yang baru bangun tidur.
"Selamat pagi princess!" Ucap Aileen yang ternyata sudah tidur di atas ranjangnya yang berada tepat di samping ranjang Aura.
Deg
Sontak saja apa yang di lakukan Aileen itu membuat Aura terkejut. "Kau, sejak kapan kau ada di sini?" Bentak Aura pada akhirnya.
"Ck. Sopan sekali gadis manja ini."Gumam Aileen seraya bangkit dari duduknya. Kini ia berjalan mendekat ke arah Aira dengan kedua tangan kini menarik bahu Aura untuk menatap ke arahnya.
"Lepaskan!" Lagi-lagi aura dengan berani meninggikan suaranya.
"Ck. Dengar kan aku Baik-baik Nona Aura Tanu! Saat ini tuan Devan sangatlah baik dan begitu perhatian padamu. Aku bahkan sudah sering melihat wanita manja seperti dirimu yang hobby merengek saat di bawa masuk ke mansion ini, yang pada akhirnya berakhir di bawah tiang gantung atau jadi santapan pembuka para buaya peliharaan Tuan Devandra. Jadi ku peringatkan padamu untuk terakhir kalinya, pikirkan baik-baik nasibmu dan ayahmu itu, tuan Devan adalah pria kejam yang tak kenal ampun nona." Gumam Aileen seraya menjauh dan melepaskan cekalan tangannya dari bahu Aura. "Istirahatlah lagi agat kau segera sembuh!"
"Aku baik-baik saja, Tapi aku saat ini ingin kencing, di mana toiletnya?" Tanya Aura. Gadis itu nampak celingak-celinguk mencari keberadaan toilet yang sejak kemarin malam tidak ia dapati
"Apa kau lupa tempat mandimu semalam hah? Jangan memancing amarahku lagi Nona, karena aku tidak akan____"
"Tidak mau, Aku tidak mau kencing di tempat terbuka seperti itu!" Ucap Aura dengan tegas dan ketus.
"Cih, kau pikir aku sedang bernegosiasi denganmu? Jangan harap. Jika kau tidak mau kencing di tempat itu maka itu deritamu nona."
Aura nampak mengepalkan kedua tangannya, gadis itu kesal setengah mati karena rencananya yang ingin kabur dari tempat ini mengalami kendala akibat ulah Aileen yang selalu saja bisa membaca pikirannya.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Ketus aura yang baru menyadari jika perdebatan mereka berdua sejak tadi tidak lepas dari pengamatan para wanita yang menjadi selir di mansion itu. Ya, semua selir tidur di tempat yang sama, di satu kamar luar yang nampak seperti sebuah asrama namun nampak mewah dengan ala eropa. "Ayolah aku memang cantik, jadi jangan menatapku iri seperti itu!"
PLETAK
Sebuah sentilan melayang tepat di kening Aura yang kini nampak meringis seraya memegangi keningnya.
"Hei kenapa kau memukulku?" Teriak Aura tak terima.
"Jaga ucapanmu itu! Mau Bagaimanapun mereka adalah seniormu di tempat ini." Ucap Aileen menasehati.
"Cih, aku tidak Sudi menjadi Junior mereka! Lebih baik aku mati saja di umpankan ke kandang buaya ketimbang harus hidup menjadi selir seorang Devandra Mahendra!" Dengan ketus Aura mengatakan itu.
Namun tanpa ia sadari, nyatanya Devandra mendengar setiap apa yang di ucapkannya melalui Suara Microphone yang memang di pasang Devan di ringan para seril. itu ia lakukan memang bertujuan untuk memantau para selirnya agar tidak membelot ke padanya. Jika ada yang berani menipunya maka ia tidak akan segan menjegal karier orang itu beserta keluarganya.
Pria tampan itu nampak tersenyum Smirk. Meski sempat kesal, ia masih bisa tertawa saat mendengar setiap ucapan yang di utarakan aura pada dirinya itu. "Benar-benar gadis yang unik," Gumam Devan seraya tersenyum sendu. Pria itu kini nampak merubah posisinya menatap ke arah langit-langit kamarnya.
Sembari Aileen di buat kesal dengan ucapan Aura barusan. Andai saja ia di ijinkan untuk menghajar aura hingga membuat nya pingsan, maka ia akan sangat senang.
"Jaga ucapanmu itu nona!"
"Kenapa? Kan aku bicara apa adanya. Pria dingin nan arogan, pria penyuka selangkangan, pria licik yang sombong serta gila. Apa dia bekerja sebagai koruptor Hinga memiliki harta sebanyak itu? "Dengan tegas aura mengatakan itu semua.
Aileen nampak memutar bola matanya malas. Agaknya ia mulai menemukan musuh seimbang untuk dirinya ketika bekerja.
"Hei katakan padaku, aku sudah tidak tahan" Aura yang kesal akhirnya langsung bangkit dari duduknya.
"Ingat aura, tempat ini di jaga oleh puluhan pengawal. Setiap jalan yang menuju tempat ini pun terpasang kamera CCTv. Jadi jika kau sampai berniat kabur maka aku yakin tua Devan tidak akan segan-segan menangkapmu hingga menjebloskan dirimu masuk ke dalam Penjara bawah tanah." Setelah mengatakan itu Aileen berjalan pergi meninggalkan Aura dan para selir yang lain di dalam harem