Istri Kecil Tuan Jonathan

"Kak," panggil Nayla dengan lirih seraya meremas bagian gaun yang sedang dia genggam.

"Hati-hati," ucap Jonathan tersadar dan segera melepaskan pinggang Nayla. "Lain kali jangan berlari seperti itu."

"Hmm." Nayla berjalan dengan cepat menuju ke kamar mandi.

"Apa bedanya berjalan seperti itu dengan berlari kecil seperti tadi?" tanya Jonathan menggelengkan kepalanya.

"Tapi, kenapa denganku tadi? Kenapa jantungku berdetak dengan cepat? Apa aku sudah jatuh cinta dengannya?"

"Tapi itu tidak mungkin. Tidak mungkin aku bisa mencintainya secepat ini. Padahal, selama ini aku tidak bisa melupakan wanita itu. Ini pasti karena aku melihat punggung mulusnya saja sehingga jiwa lelakiku bangkit dan jantungku berdetak dengan cepat. Ya, pasti seperti itu."

"Astaga, Nayla. Kenapa kamu bisa s*al seperti tadi? Kenapa juga kamu pakai terjatuh?" omel Nayla kepada dirinya seraya menatap cermin yang ada di kamar mandi.

"Sekarang apa yang harus kamu lakukan? Bagaimana kamu akan menghadapi dia sekarang?"

Setelah lama berkutat di kamar mandi, akhirnya Nayla keluar dengan piyama tidurnya. Bukannya piyama seksi yang biasanya digunakan oleh pasangan pengantin, tapi piyama biasa dengan corak panda.

"Kak, Nayla sudah selesai." Nayla bermaksud untuk mendudukkan dirinya di tempat tidur yang sudah dihias dengan sedemikian rupa.

"Hmm," jawab Jonathan yang beranjak menuju ke kamar mandi. "Kamu tidur saja terlebih dahulu."

"Bagaimana aku bisa tidur saat tempat tidurnya saja penuh seperti ini," omel Nayla seraya menatap malas ke tempat tidur dan kemudian terpaksa menyingkirkan kelopak bunga, handuk berbentuk pasangan angsa dan barang lainnya.

"Kenapa juga mereka membuat tempat tidurnya penuh seperti ini? Apa mereka kurang kerjaan?"

Tidak butuh waktu lama, Jonathan keluar dari kamar mandi. "Apa yang sedang kamu lakukan? Dan kenapa kamu belum tidur?"

"Tentu saja membereskan tempat tidur," jawab Nayla. "Memangnya bagaimana aku bisa tidur kalau tempat tidurnya saja berantakan seperti tadi?"

"Bukankah seharusnya mereka mengerti kalau kita kelelahan? Tapi kenapa mereka tetap menyuruh kita membereskan tempat tidur terlebih dahulu sebelum tidur?"

"Dasar b*doh," omel Jonathan didalam hatinya. "Dia pasti adalah pengantin wanita pertama yang membereskan taburan kelopak bunga yang ada di tempat tidur saat malam pertama."

"Sudahlah. Sebaiknya kita tidur agar tidak bangun kesiangan besok." Jonathan berjalan ke salah satu sisi tempat tidur.

"Kak Jo juga tidur disini?" tanya Nayla terkejut karena melihat pergerakan Jonathan.

"Memangnya kamu pikir aku akan tidur dimana?" tanya Jonathan balik.

"Disitu," Nayla menunjukkan kearah sofa.

"Nayla, kita ini sudah menikah," ucap Jonathan. "Pernikahan kita adalah pernikahan yang sesungguhnya bukan pernikahan mainan. Meskipun kita belum punya perasaan satu sama lain, tapi kita adalah pasangan suami istri."

"Ingat, tujuan kita adalah untuk membuka hati untuk satu sama lain. Kalau kita menghindar terus, kapan kita bisa mencapai tujuan itu? Kamu tidak mau bukan menjadi wanita dengan status janda muda?"

"Tentu saja tidak mau," jawab Nayla mencebikkan bibirnya. "Memangnya ada wanita yang mau menjadi janda?"

"Aku juga tidak mau ada perceraian dalam rumah tangga kita karena bagiku pernikahan cukup satu kali seumur hidup," ucap Jonathan lagi.

"Kamu tidak perlu takut. Aku tidak akan melakukan apapun. Jadi, sekarang tidur! Kamu pasti lelah, bukan?"

"Iya," jawab Nayla yang kemudian masuk kedalam selimut yang sama dengan Jonathan.

Karena rasa canggung, keduanya tidur dengan saling membelakangi. Malam yang seharusnya diisi dengan saling memberi kehangatan dan kenikmatan malah diisi dengan saling memberikan punggung satu sama lain.

Malam berlalu dengan cepat. Kini, mentari telah mulai terbit. Dengan dihiasi oleh cuitan burung di pagi hari, menambah indahnya pagi itu.

Pasangan yang semalam saling memberikan punggung itu kini malah saling memberikan kehangatan pagi. Keduanya sedang saling berpelukan dengan kepala Nayla yang bersembunyi di dada bidang Jonathan.

Nyaman dan hangat. Itulah yang dirasakan oleh keduanya sehingga pasangan pengantin baru itu masih belum membuka mata mereka.

"Emm," erang Nayla seraya semakin menyembunyikan wajahnya.

Merasakan pergerakan itu, Jonathan perlahan mulai membuka matanya. Langit-langit kamar menjadi pemandangan pertama yang menyapa indra pengelihatan Jonathan.

Merasa jika tangannya kebas, Jonathan pun menoleh kearah samping. Betapa terkejutnya Jonathan ketika melihat Nayla yang masih tertidur nyenyak dengan tangannya sebagai bantalan.

"Kalau dia bangun nanti, dia pasti akan berteriak," ucap Jonathan didalam hatinya. "Bisa-bisa dia menuduhku mengambil kesempatan dan kesempitan nantinya."

Karena tidak mau perkiraannya benar-benar terjadi, Jonathan pun memutuskan untuk membebaskan tangannya. Dengan perlahan, pria itu menarik tangannya seraya menatap Nayla.

"Semoga saja dia tidak terbangun sebelum aku berhasil membebaskan tanganku," ucap Jonathan didalam hatinya.