NovelToon NovelToon
Kisah Cinta Ketua OSIS Dingin Dan Si Gadis Bar-bar'

Kisah Cinta Ketua OSIS Dingin Dan Si Gadis Bar-bar'

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Tamat
Popularitas:2.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Arkana Rafandra Pramana, seorang ketua OSIS di sebuah sekolah bonafit. Ia memiliki wajah yang sangat tampan dan banyak diidolakan oleh kaum hawa. Di samping itu, ia adalah putra dari Arsenio Raymond Pramana, pemilik perusahaan nomor satu di Indonesia. Di saat hidupnya merasa damai, tiba-tiba dikacaukan oleh seorang gadis yang sangat bar-bar. Senja ... ya nama wanita itu adalah Senja. Seorang gadis manis yang merupakan adik kelas Arkana. Senja memiliki pribadi yang ceria dan mampu menarik perhatian seorang Arkana. Namun, sayangnya perjalanan cinta mereka tidak bisa mulus, karena Arkana dijodohkan dengan gadis bernama Hanna, putri dari sahabat papa dan mamanya. Arkana dengan sangat terpaksa menerima perjodohan, karena hutang budi, dimana mamanya Hanna pernah menyelamatkan nyawa mamanya Arkana. Arkana benar-benar dilema, terjebak di antara dua pilihan. Antara cintanya atau balas budi.Apakah, Arkana bisa bersatu dengan Senja? ataukah dia memang ditakdirkan berjodoh dengan Hanna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

terjebak sendiri

"Kenapa kalian berdua melakukannya?" tanya Arkan pad Chelsea dan Yuni yang kini sedang menundukkan kepala di depan pemuda yang merupakan ketua OSIS itu.

"Ka-kami hanya ingin iseng aja, Kak," sahut Chelsea dengan suara bergetar.

"Melakukan sesuatu dengan tujuan membuat orang lain celaka, apa itu yang kalian sebut iseng? definisi iseng itu bagi kalian berdua bagaimana sih?" Kali ini Sabiru yang berbicara selaku wakil ketua OSIS.

Chelsea dan Yuni terdiam, merasa terjebak dengan jawaban mereka tadi. Mereka berdua benar-benar menyesal sudah datang ke sekolah lebih dulu dibandingkan dengan Hanna dan Shalsa yang sampai sekarang belum terlihat batang hidungnya. Kini hanya mereka berdualah yang sekarang terlihat seperti terdakwa yang diadili di depan hakim. Rasanya sangat menegangkan.

"Aduh, bagaimana ini? aku benar-benar sudah jelek di mata ayang, Sabiru. Dia pasti ilfeel setelah ini," bisik Chelsea pada dirinya sendiri.

"Di sini kalian berdua jelas-jelas berniat mencelakai Senja, bukan niat hanya iseng saja. Apa kalian masih mau mengelak?" tanya Arkana lagi.

"Emm, maaf!" sahut dua gadis itu hampir bersamaan.

"Kalian minta maaf, berarti secara tidak langsung kalian mengakui kalau niat kalian memang bukan untuk iseng melainkan murni untuk mencelakakan Senja," Arkana berbicara sangat dingin dengan tangan yang bersedekap di dada. Tatapan Arkana yang terlihat sangat dingin, benar-benar memancarkan aura yang sangat menakutkan bagi dua gadis itu.

Chelsea dan Yuni hanya saling melirik sekilas di tengah kepala mereka yang menunduk. Yuni memberikan isyarat dengan matanya agar Chelsea mengaku saja kalau mereka disuruh oleh Hanna, tapi Chelsea menggelengkan kepalanya, pertanda kalau dia tidak mau,"

"Kalian berdua pernah berpikir nggak kalau Senja itu menaiki sepedanya dari sekolah sampai ke rumahnya, dan kalian pasti tahu kalau Senja pasti akan melewati jalanan raya. Jika seandainya Senja jadi memakai sepeda itu, dan dia celaka atau mungkin yang paling fatal sampai meninggal karena menabrak mobil ataupun motor, apa kalian senang? dan apa kalian akan merasa kalau hidup kalian akan tenang karena secara tidak langsung sudah menghilangkan nyawa," Sabiru kembali angkat bicara.

"Ti-tidak mau, Kak," dua gadis itu sontak mengayun-ayunkan tangan sembari menggeleng-gelengkan kepala mereka. Mereka berdua seketika bergidik membayangkan seandainya apa yang dikatakan Sabiru barusan benar-benar terjadi.

"Haish, aku benar-benar tidak sampai berpikir ke arah sana. Seandainya itu benar-benar terjadi, bisa-bisa aku berakhir di penjara. Dan itu berarti masa depanku akan hancur karena aku sudah dicap pembunuh," batin Chelsea yang tiba-tiba merasa menyesal karena bisa tidak berpikir jauh akibat yang akan terjadi dari perbuatannya.

"Sebenarnya kalian melakukan itu, memang atas niat kalian sendiri atau karena disuruh seseorang?" Arkana kembali buka suara, untuk memastikan kecurigaan yang diutarakan adiknya tadi malam.

"Huh, akhirnya nyampe juga," belum sempat Chelsea maupun Yuni menjawab, tiba-tiba Hanna muncul dengan napas terengah-engah. Sepertinya gadis itu berlari hingga terlihat kecapean seperti itu.

"Hanna, kenapa kamu di sini? Dan kamu juga sampai berlari-lari seperti itu. Seperti seseorang yang sedang panik," Kevin yang dari tadi diam saja, menyipitkan matanya, menatap curiga pada gadis itu. Hal yang sama juga dilakukan oleh Arkana. Remaja laki-laki itu juga menatap Hanna dengan tatapan curiga.

"Eh, a-aku hanya mencari mereka berdua. Ada yang bilang kalau mereka ada di ruang OSIS, jadi apa salahnya kalau aku datang ke sini?" sahut Hanna di sela-sela napasnya yang masih belum teratur.

"Tapi kan nggak harus lari. Kalau berlari sampai kecapean seperti ini, kesannya kamu seperti takut akan sesuatu," selidik Kevin, membuat wajah Hanna seketika memucat.

"Hai semuanya!" mata semua orang yang berada di ruangan itu sontak menoleh ke arah pintu, melihat siapa pemilik suara yang baru saja datang itu.

"Hanna, kenapa kamu tadi berlari seperti dikejar hantu sih? lihat aku, dengan berjalan bisa juga sampai di tempat ini," ternyata yang baru saja datang adalah Shalsa salah satu teman Hanna yang polos dan suka keceplosan serta lemot

"Shalsa!" seru Hanna, menatap Shalsa dengan sengit.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu? Aku ada salah bicara ya?" Shalsa memasang wajah polosnya.

"Sudahlah, kita kembali ke pembicaraan awal." potong Arkana, membuat Hanna menghela napas lega.

Arkana kembali menoleh ke arah Chelsea dan Yuni, yang seketika menjadi tegang kembali

"Sebenarnya kalian melakukan itu, memang atas niat kalian sendiri atau karena disuruh seseorang?" ulang Arkana.

Mendengar pertanyaan laki-laki yang dicintainya itu, embusan napas leganya tadi seakan tidak berguna lagi. Gadis itu seketika tegang dan menatap ke arah kedua temannya itu, menatap dengan tatapan mengintimidasi. Tatapan yang mengisyaratkan agar kedua sahabatnya itu jangan sampai memberitahukan yang sebenarnya pada Arkan.

"Iya, Kak Arka. Kami murni memang melakukan hal itu karena hanya iseng saja. Tidak ada maksud lain," sahut Yuni.

"Bagus. That's my friend!" sorak Hanna dalam hati.

"Oh, jadi kalian memang hanya iseng?" tiba-tiba Adelia sudah berdiri di ambang pintu.

Gadis itu masuk dengan senyum misterius, membuat perasaan Hanna tidak tenang.

"Tapi, kenapa ya aku tidak percaya? Aku masih sangat yakin kalau kalian melakukan karena suruhan seseorang," Adelia melirik Hanna dengan ekor matanya.

"Hei, kamu mau menuduhku?" pekik Hanna tidak terima.

"Lho kenapa kamu jadi marah? padahal aku tidak menuduhmu secara langsung lho. Hmm, jadi mencurigakan," Adelia memicingkan matanya, membuat wajah Hanna semakin pucat.

"Tapi, matamu tadi melirikku. Bukannya itu berarti secara tidak langsung kamu sudah menuduhku?"

"Ah, itu hanya perasaanmu saja. Melirik bukan berarti menuduh. Tapi, sepertinya perbuatan teman-temanmu ini, cukup meresahkan. Kalau dimaafkan, takut akan diulang lagi," ucap Adelia ambigu.

Kemudian Adelia menoleh ke arah Arkana.

"Kak, sebagai efek jera, agar tidak terulang lagi, sebaiknya mereka berdua harus dilaporkan ke kepala sekolah, agar mereka dikasih sanksi tegas. Buktinya sudah ada," pancing Adelia.

"Ja-jangan! Please jangan laporkan kami! Kami janji tidak akan mengulangi lagi,"mohon dua gadis itu.

"Yang dikatakan Adel benar juga. Kalian berdua memang harus dikasih sanksi," Sabiru buka suara menimpali usul Adelia.

Adelia menoleh ke arah Hanna dan kembali tersenyum misterius. "Bagaimana Kak Hanna? mereka memang pantas kan dikasih sanksi. Pasti kakak juga setuju kalau perbuatan salah harus dipertanggungjawabkan," ucap Adelia, yang dengan sengaja menjebak Hanna dengan kalimat terakhirnya. Karena ia tahu kalau gadis itu ingin selalu terlihat baik di depan Arkana kakaknya.

Seperti yang dipikirkan oleh Adelia, Hanna seketika merasa bimbang. Kalau dia memohon agar keduanya tidak dihukum, pasti akan mendatangkan kecurigaan dan selain itu nilai ekstensinya sebagai seorang perempuan yang bertanggung jawab di depan Arkana akan turun.

"I-iya. Mereka memang pantas untuk dikasih sanksi. Karena memang mereka salah," jawab Hanna akhirnya, memilih untuk menumbalkan kedua sahabatnya itu.

"Lho, kenapa bisa begitu, Hanna? Harusnya kamu membela kami dan membantu kami agar tidak dihukum. Bukannya kamu yang meminta kami untuk mencelakai Senja kemarin?" Chelsea yang kesal karena merasa dijadikan tumbal, berteriak dan secara tidak sadar mengungkapkan yang sebenarnya terjadi.

"Yes, terjebak juga kan akhirnya!" sorak Adelia dalam hati.

Tbc

1
Nafisatun Najah
/Curse//Curse//Curse//Curse//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nafisatun Najah
hhhh
Nafisatun Najah
mammmpyyyuuussss
Rika Hari
c Arkan tdk merasa bahwa c petang hamil simpatik 😊😊
Rika Hari
hamil tuh c petang ☺️☺️☺️
Rika Hari
lusi urg nya kan imut ngapa gak sama kan aja peran laki laki nya dgn zhuyen 😊
Rika Hari
bibik nya c senja seperti ular ber kepala dua d dpan suami nya
Rika Hari
k lau blg Cilla ulat Kekek yg menempel 🤣novel yg aku baca mengejar cinta pak guru
Rika Hari
bukan senja yg gila tapi Hanna yg gila 😂😂😂😂
Rika Hari
wow hebat senja bisa bela diri 👍
Rika Hari
wanita mandiri gitu ya
Julia Juliawati
mampir
Lismawati Salam
Luar biasa
Nana Sulistiana
Kecewa
Nana Sulistiana
Buruk
Azriel Baxter
Luar biasa
rubyy rubyy
suka visualnya
Anaknya Baba: coba baca novel Poppen kak, siapa tahu sesuai selera kakak.
total 1 replies
rubyy rubyy
seru..sepertinya bakalan betah bacanya
Siti Nurbaidah
alhamdulillah tamat ending ny mantap n cerita ny seru👍👍👌
Anaknya Baba: coba baca novel Poppen kak, siapa tahu sesuai selera kakak.
total 1 replies
Siti Nurbaidah
Luar biasa👍👍👌semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!