Setelah kecelakaan yang hampir mengakibatkan Ashana keguguran, suaminya malah ingin meninggalkan nya. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah keadaan miris yang harus dihadapi wanita muda yang baru berusia 21 tahun itu.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan musibah tidak sampai disana, setelah pulang dari rumah sakit ada yang membakar rumah yang dimana Asha berada di dalam rumah itu. Meskipun nyawa Asha tertolong namun wajah dan tubuh Asha rusak terbakar.
Lima tahun kemudian, Asha dengan sosok baru telah kembali dengan nama Belvina Gania untuk membalas dendam dan merenggut kembali apa yang seharunya menjadi miliknya.
Cekidot...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Apa Itu Sebuah Pengkhianatan?
Seminggu pasca operasi, Nathan sudah diperbolehkan pulang. Sebelum lelaki itu pulang, Dokter Ramdan yang sudah berjanji akan membantu Nathan pada Fatir menemui Nathan.
"Pak Nathan, sepertinya sudah siap-siap pulang ya." Dokter Ramdan hanya masuk sendiri tanpa perawat ke kamar pemulihan Nathan selama seminggu di rumah sakit milik keluarga Wina.
Nathan hanya sendirian selama seminggu di rumah sakit karena dia merahasiakan dirinya dioperasi dari keluarganya, dia sedang sibuk memasukkan baju-baju nya ke dalam tas.
Lelaki itu menghentikan kegiatan nya dan tersenyum pada Dokter Ramdan. "Dok..."
"Bisa kita bicara sebentar, Pak Nathan."
"Tentu, Dok. Saya berhutang nyawa pada Dokter Ramdan, ke depannya jika Dokter membutuhkan bantuan saya segera panggil saya."
Dokter Ramdan mengangguk, "Kita duduk di sofa, bicara sebentar ya."
"Baik, Dok." Nathan mengikuti di belakang Dokter Ramdan lalu mereka berdua duduk di sofa yang berada di ruangan VIP kamar rawat Nathan.
"Jadi begini, Pak Nathan."
"Dok, panggil saya Nathan saja. Panggilan itu terlalu formal bagi saya," pinta Nathan.
"Oke, hehe. Nathan, kamu ingat pernah meminta pada saya identitas yang membawa mantan istrimu dan juga meminta rekaman Cctv lima tahun lalu?"
"Tentu saja, Dok. Bahkan sampai sekarang saya masih mencari mantan istri saya dan berharap Dokter berbaik hati pada saya." Nathan tersenyum sedih.
"Ekhem, sebenarnya saya adalah sahabat Fatir pelatih boxing kamu. Sebelum saya diminta oleh Dokter Toni untuk mengoperasimu, saya sudah diminta Fatir lebih dulu untuk membantu mu dan memberikan rekaman Cctv. Di dalam sini ada laporan identitas dan rekaman Cctv... ambilah." Dokter Ramdan menyodorkan sebuah map berisi identitas dan flashdisk rekaman Cctv.
"Dok..." mata Nathan berkaca-kaca penuh rasa terimakasih.
"Saya minta maaf, Nathan. Dulu selain menurut pada istri saya yang notabene nya salah satu pemilik saham besar di rumah sakit... saya juga berusaha bersikap profesional sebagai Direktur untuk menutupi kerahasiaan pasien. Apalagi orang-orang yang membawa mantan istri kamu, meminta saya untuk merahasiakan nya."
Nathan mengangguk paham, "Saya mengerti, Dok. Terima kasih, untuk semuanya."
"Sama-sama, good luck!" Dokter Ramdan menepuk pundak Nathan dengan akrab.
Dokter Ramdan pun pergi dari ruangan Nathan, tugasnya untuk menolong telah selesai.
"Tunggu aku, sayang..." akhir-akhir ini Nathan selalu bersemangat.
Tak ingin menunggu lama, lelaki itu membuka map lalu memasukkan flashdisk pada laptop miliknya dan melihat rekaman lima tahun lalu. Setelah mengenali orang-orang di dalam rekaman, dia membaca detail identitas dari Arkan.
Senyum terbit di bibirnya, dugaan nya selama ini benar. Ternyata orang yang telah membawa Asha adalah Arkan bersama wanita yang mengaku sebagai mertua dari Belvina.
Tidak! Sekarang ia yakin, wanita itu bukan Belvina namun Asha-nya!
"Aku datang sayang, tunggu aku Nak. Papa akan menemui mu, Boy. Aku yakin Devano adalah anakku, Tuhan... terima kasih."
.
.
Selama seminggu kesehatan Belvina naik dengan signifikan, ditangani Dokter ahli dalam bidangnya istri dari Arkan itu sudah bisa berjalan meskipun dengan perlahan.
"Bang, kapan aku boleh berkeliling rumah? Aku bosan selalu terkurung, jika tidak di dalam kamar... ya di ruangan pemulihan." Keluh Belvina, dia sudah bisa menerima penjelasan dari Arkan tentang siapa dirinya. Meskipun ingatan Belvina belum kembali, namun naluri wanita itu kini bisa merasakan jika yang dikatakan Arkan padanya adalah benar.
"Nanti Abang tanyakan pada Dokter Indi ya," bohong Arkan, padahal sebenarnya Dokter Indi sudah mengijinkan bahkan menyarankan agar Belvina keluar dari rumah, minimal jalan-jalan di halaman atau taman.
Namun karena Arkan terus menahan Asha di rumah agar tidak membawa pergi Devano dengan alasan kasihan Devana jika ditinggalkan sebelum Ibu kandungnya sembuh. Tetapi kali ini sepertinya dia harus merelakan Asha dan Devano pergi dari rumah.
"Hm," Belvina selalu menurut, dia mengangguk pasrah.
"Malam ini mau dimasakin apa?" tanya Arkan.
"Aku makan apa aja yang ada," jawab Belvina datar.
"Oke, sekarang waktunya tidur siang. Tidur dulu ya," Arkan mengelus kepala istrinya.
"Ya, Bang."
Sebelum Arkan keluar, dia tersenyum penuh rasa bersalah pada istrinya. Entah kenapa euforia kebahagiaan saat istrinya terbangun dari koma, kini malah menguap begitu saja. Hatinya malah berat akan perpisahan nya dengan Asha dan Devano, bahkan ada setitik pikiran jahat dalam otaknya... Ah, andaikan saja istrinya tetap terbaring koma.
Arkan mengusap wajahnya kasar, lalu menggeleng merutuki dirinya. Belvina koma karena kesalahannya, kini dia malah berpikiran jahat. Tapi, entah kenapa dia merasa jika mengurusi Belvina hanyalah sebuah tugas dan tanggungjawab bukan karena cinta lagi. Ah! Itu pikiran yang salah, bukan?!
Dengan pikiran-pikiran yang bercongkol dalam otaknya, kepalanya begitu terasa berat.
"Arkan..." suara Asha menyadarkan Arkan dari pikirannya.
"Eh, ya. Loh... koper-koper itu? Kamu?!" tubuh Arkan gemetar, dia masih belum sanggup melepaskan Asha dan Devano.
"Ya, aku akan pergi hari ini. Devana sedang tidur siang jadi aku bisa pergi dengan tenang. Devano sudah duduk di mobil bersama sus Mela, aku nggak ingin dia menangis dan nggak mau pergi dari sini jika bertemu dengan mu lebih dulu. Jadi, aku mohon... biarkan Devano dan aku pergi dengan tenang."
"Sha... tapi kenapa? Kamu setuju denganku akan menunggu kesehatan Belvina pulih total karena kasian Vana, sekarang kamu malah pergi..." ada nada getir dalam suara Arkan, sekuat mungkin dia menahan perasaan terlukanya karena ditinggalkan Asha.
Asha menggeleng kecewa. "Kamu yang nggak jujur padaku, aku sudah bicara dengan Dokter Indi dan Dokter mengatakan istrimu sudah berangsur sembuh dan harusnya dia dibawa berkeliling rumah bahkan dibawa keluar. Aku tau selama ini kamu selalu menahan istrimu di kamar dan ruangan pemulihan, agar dia tidak bertemu denganku. Sekarang saatnya aku pergi dan Belvina berperan sebagai istri dan Nyonya di rumah ini lagi. Juga sebagai Mommy-nya Vana..."
Arkan berpikir keras mencari alasan yang bisa menahan Asha kembali.
"Mommy masih belum pulang menemani Daddy mengurusi bisnisnya, kamu belum ijin__"
"Aku sudah telepon Mama, dia setuju dengan keputusan ku. Maaf, Arkan... aku harus pergi. Terima kasih untuk segalanya..." Asha tersenyum kemudian berbalik badan dan pergi dari hadapan Arkan yang masih membeku di tempat.
Setelah berapa lama, Arkan tersadar. Lelaki itu berlari keluar rumah, namun mobil yang membawa Asha dan Devano telah melaju meninggalkan halaman Mansion dan melewati gerbang.
"Sha...!!! Vano! Jangan tinggalkan kami..." Arkan terduduk di tanah, seketika hatinya sakit.
"Kamu tega, Sha... Aku dan Vana belum bisa hidup tanpamu..." Arkan memegangi dadanya yang sakit, kini saat Asha pergi dia menyadari ternyata hatinya sudah mempunyai rasa pada wanita yang menjadi istri palsunya selama lima tahun ini.
Apa itu sebuah pengkhianatan?
Jawabannya....
Arkan tidak sadar, sepasang mata menatapnya dengan wajah marah dari jendela kamar di lantai atas yang mengarah ke halaman. Wanita itu menyaksikan dengan matanya sendiri, lelaki yang mengaku sebagai suaminya sedang meratapi wanita lain.
suwun u/ upnya
nathan dan asha semoga saling mencintai