NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Curahan Isi Hati

Rangga dan Mutia sudah sampai di tempat yang mereka tuju, ternyata mereka sudah di sewakan sebuah cottage yang indah di daerah wisata yang terkenal dingin di kotanya.

"Wah...bagus sekali pemandangannya, sudah lama aku ingin main ke tempat yang banyak kebun teh seperti ini, baru kali ini tercapai", senyum Mutia begitu ia keluar dari mobil.

Hamparan kebun teh yang menghijau terbentang luas sejauh mata memandang. Hembusan angin yang terasa sejuk pun langsung menerpa wajah dan tubuhnya.

"Terima kasih sudah membawaku ke sini, terima kasih sudah mewujudkan satu per satu impianku", ucap Mutia sambil berjalan mendekati Rangga yang masih berdiri di depan mobilnya.

"Impian apa", ucap Rangga datar.

"Pertama..., impian menikah, aku ini sering mendapat ejekan dan cibiran dari tetangga-tetangga, aku ini dibilang perawan tua, karena dianggap telat menikah, padahal itu semua karena aku menghabiskan masa remajaku di sekolah sampai kuliah",

"Teman-teman aku sudah menikah saat usia belia, karena mereka banyak yang putus sekolah, namun setelah menikah dengan Mas, predikat perawan tua itu sudah tidak aku sandang lagi", senyum Sinta.

"Kedua..., impian untuk bisa main ke sini, ke tempat wisata, sejak kecil aku hanya berkutat di rumah saja, dan ke sekolah, sekalinya ada kegiatan study tour, aku selalu tidak bisa ikut, selain terkendala masalah biaya, Bapak juga selalu melarang, Bapak sangat menyayangi aku, jadi selalu takut kalau aku kenapa-kenapa saat sedang berjauhan dengan Bapak", ucap Mutia sembari menerawang.

"Sekarang, setelah aku menikah, Bapak sudah merasa tenang, karena Bapak yakin, kalau sudah ada suami yang akan melindungi aku, kata Bapak, suami itu kepanjangan tangan seorang ayah, ayah memberikan tongkat estapetnya kepada suami anak perempuannya untuk meneruskan cinta dan kasih sayangnya", Mutia melirik ke arah Rangga yang ternyata sedang menatapnya juga.

"Glekk...", Rangga menelan ludahnya, ucapan Mutia barusan telak menusuk jantungnya. Belum apa-apa, Rangga sudah membuat kehidupan Mutia seperti di padang pasir, gersang dan sejak awal dirinya hanya menjadikan pernikahannya dengan Mutia sebagai tameng untuk bisa terus berhubungan dengan Sinta.

Bagaimana mungkin Rangga bisa meneruskan kasih sayang orang tuanya Mutia, sementara hatinya belum seratus persen bisa move on dari Sinta. Cinta yang bercabang dua itu akan selalu menyakitkan salah satunya.

"Kenapa?, ada apa?", tatap Mutia. Ia melihat Rangga terus menatap kosong kearahnya.

"Ah..., tidak..., aku hanya ..., bagaimana ya..., kok ada wanita seperti kamu, padahal kamu bisa memilih teman sendiri saat sekolah, apalagi saat kuliah, kenapa tidak mencari jodoh yang sama-sama satu kampus, gampang kan, kalian hampir lima tahun bersama, masa tidak ada satu pun yang kamu suka, atau mungkin ada teman pria yang naksir kamu kan?, kok malah menunggu jodoh pilihan ayahmu",

Mutia tersenyum mendengar ucapan Rangga barusan.

"Aku ini anak perempuan satu-satunya, aku ini penakut", senyum Mutia.

"Aku takut jika harus jauh dengan Ayah dan Ibu, jadi aku selalu menurut saja sama mereka, mereka tidak melarang aku untuk pacaran, mereka hanya ingin aku selalu mengenalkan teman pria aku kepada mereka",

"Dan anehnya..., setiap aku mau mengenalkan teman priaku kepada Ayah dan Ibu, eh..., mereka malah kabur, tidak jadi, bahkan tidak mau",

"Dari sana aku bisa menilai sendiri, kalau mereka hanya mau main-main saja, mereka hanya mau having fun saja, tidak serius, jadi ya..., sejak itu aku memutuskan untuk tidak pacaran dulu sebelum menikah", kembali Mutia tersenyum.

"Terus..., kenapa kamu langsung setuju saat ayahmu memilih aku untuk menjadi pendampingmu, padahal kita belum pernah bertemu", kini Rangga tampak serius, ia melihat ke arah Mutia.

"Hhmm...kenapa ya?, aku sendiri tidak tahu", kekeh Mutia.

Ini adalah pertama kalinya Mutia tertawa dihadapan Rangga.

'Manis sekali....', batin Rangga bicara, ia memuji Mutia.

"Tapi yang jelas..., aku percaya pada pilihan Bapak, Bapak tidak mungkin membuat hidup putrinya menderita dengan memilihkan jodoh yang salah, apalagi Bapak bilang, Mas itu anak dari sahabat Bapak sendiri, jadi aku tambah yakin saja",

"Kalau perkiraanmu salah bagaimana?", kembali Rangga menatap Mutia.

"Hhmm..., aku pasrah saja, aku hanya hanya bisa berdo'a agar yang salah itu bisa kembali ke jalan yang benar", kembali Mutia tersenyum.

"Aku sudah mengetahui soal Sinta Mas, dia itu wanita impianmu kan?, aku tahu..., Mas terpaksa menuruti keinginan orang tua kita untuk mengikat persahabatan dengan pernikahan", kini Mutia menatap Rangga.

"Tapi bukan berarti aku harus mundur Mas, pernikahan itu bukan main-main, pernikahan suatu perjanjian, janji suci dengan pemilik seluruh alam ini",

"Aku akan mencoba bertahan , semoga aku diberi kekuatan untuk tetap bertahan dalam ikatan sakral ini", kini Mutia menunduk.

"Mas..., setiap kali aku dihina, dicaci, dan dicibir oleh teman dan tetangga gara-gara belum menikah juga, aku selalu berdo'a agar secepatnya aku dipertemukan dengan jodoh",

 "Jodoh yang pasti, dan setelah bertemu Mas..., aku yakin, kalau Mas itu orangnya, jodoh yang selama ini aku minta dalam setiap do'a, jadi..., apapun adanya dirimu, aku akan ikhlas menerima", Mutia makin menunduk.

Baru kali ini Mutia mengutarakan semua isi hatinya, kepada pria yang sudah sah menjadi suaminya, walaupun ia tahu, hati suaminya kini masih bercabang dua.

"Aku tidak mencintai kamu Mutia, dan soal kejadian semalam , itu terjadi diluar akal sehatku", ucap Rangga datar.

"Aku tahu itu Mas..., walau rasanya sakit, tapi aku tidak bisa apa-apa",

"Dan soal semalam, itu sudah hak mu Mas, aku sudah sah menjadi istrimu, itu bukan suatu dosa",

"Justru aku yang akan berdosa jika menolaknya", Mutia kembali menunduk.

"Aku kira kamu ...",

"Cukup Mas, jangan bahas itu lagi, aku akan selalu sabar dan akan terus bertahan sampai Mas sadar, kalau selalu ada wanita yang akan terus menunggu untuk dicintai", Mutia makin menunduk, suaranya terdengar bergetar.

Pandangan keduanya kini tertuju pada suara langkah kaki yang kian mendekat. Suara hentakan sepatu wanita yang kian mendekat.

"Aduh..., di sini rupanya kamu sayang, aku telpon kok tidak diangkat, kakiku sampai pegal nih", cerocos Sinta yang kini sudah berada dihadapan mereka.

"Ini tempatnya?, aku sudah boleh masuk kan?, cape nih...", Sinta nyelonong hendak masuk.

"Jangan Sin...!", cegah Rangga.

"Ini sudah dipesan Papi untuk kita berdua, aku dan Mutia, kalau kamu ikut masuk, Papi bisa ngamuk",

"Nanti..., aku pesankan kamar untuk kamu", Rangga mendekati Sinta.

Sementara Mutia sudah lebih dulu masuk, ia tidak ingin lebih lama menyaksikan adegan antara Sinta dan suaminya.

Rangga tadinya hendak menyusul Mutia, namun tangannya keburu disambar oleh Sinta.

1
harwanti unyil
semoga cepet ketahuan biar tau rasa km
Yati Syahira
aduuuh bodoh akuut punya lgi sogong arogan di pertahankan
Aghitsna Agis
selena salah kasih tahunya kalau firumah biasain pake asi kalau ditinggal.baru kasi adi lewat notol.lalau drlama blm.masuk jetja jgn sekaligus pake botol. nanti kedekatan sama ibunya berkurang kasihan mahesa kalau begitu
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, komentarnya, harusnya begitu ya
total 1 replies
harwanti unyil
setuju aku buat lh suami nya menyesal
harwanti unyil
kapan rangga ini kena karma aku kok gerem sendiri
muhammad affar
karakter mutia terlalu lemah kenapa ndak pergi aja
Cicih Sutiasih: Terus ikuti saja, nanti ada saatnya Mutia bangkit
total 1 replies
Jeni Safitri
Ngk suka karakter mutia yg mau aja menikmati tubuh suami yg sdh celap celup sana sini bahkan di sentuh saat dia kepepet pas ngk ada wanita lain , bahkan di siksa jadi babu di rumah, percuma pendidikan tinggi tapo isi otak ngk di pakai logika ngk di jalankan skrg apeskan melahirkan sendiri itupun syukur masih di beri keselamatan kalau sdh sehat apa masih mau menerima rangga, vek mmg wanita besar nafsu kamu hingga botol parfum pun jadi koq ngk bisa nahan hasrat tampang aja lugu tembolok gede
Jeni Safitri
Ibu laknat masa ngk peka sama anak
Jeni Safitri
Ya ampun karma apa yg bagus uyk laki" kayak rangga gini ya
Jeni Safitri
Percuma sekolah tinggi" mau aja di perbudak suami, pekerjaan ada ngk mau suami keluarkan duit bayar art kita yg bayar biar harga dirinya jatuh kalau perlu biaya makan dari kita biar benar" ngk ada barganya dia di mata semua org kalau masih mau bertahan, tapi kalau ngk mau keluar duit kita yg keluar dari rumah itu, cari susah sendiri
Aghitsna Agis
nah rasain luh panik2 pulang pagi aja terus, jgn.mau balikan lg mutia biar menyesal sampai tobat kalau rangga mencari sm kel. mutia bilang nga tahu aja lanjuy
Jeni Safitri
Mutia mutia apa kamu ngk jijik dgn tubuh suami mu yg sdh celap celup wanita lain, gampang bergairah lagi tuh kayaknya kamu mmg wanita tinggi juga ya konsetnya
Jeni Safitri
Ya ampun kesal dgn karakter mutia ini, pemalu tapi hasrat cepat tinggi hingga di bantingkan harga diri mu sama rangga
Jeni Safitri
Nego di pelihara suami kayak gitu berharap bahkan malu maluin ngk bisa nahan hasrat, makanya banyak olah raga dan aktifitas isi kepala jangan pria aja, biasanya oria yg ngk bisa nahan ini justru wanita, malu bacanya
Jeni Safitri
Bodoh kali mutia mau bertahan dgn rangga demi ortunya, padahal ortunya sendiri kalau tau sifat asli rangga juga ngk bakalan sudi punya mantu seperti rangga
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir Kak, ceritanya bikin kesal ya Kak,
total 1 replies
Uthie
Keep dulu 👍🤗
Atisirait Siraitati
bagus ya karena dari cerita tentang kehidupan.rumah tangga yg mungkin pernah lita alami
Atisirait Siraitati
kenapa sih nhk sekaligus bab nya banyak tanggunh amat sih bacanya
Cicih Sutiasih: maaf ya kak, aku nulisnya terburu-buru, karena harus berangkat kerja juga
total 1 replies
Woro Hestiningsih
cerita yg menarik
Cicih Sutiasih: Terima kasih sudah mampir, mohon dukungannya
total 1 replies
Aghitsna Agis
hamidum mutia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!