NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lima Tahun

Lima tahun kemudian...

Seorang pria dengan setelan jas yang rapi turun dari pesawat. Dia berjalan dengan gaya angkuhnya. 'Sudah lama rasanya aku meninggalkan negara ini.' Ucap pria itu dalam hati.

"Hendra~ Tunggu~" Panggil Seorang perempuan cantik sambil teriak.

Pria itu pun menoleh pada sang perempuan yang memanggilnya.

"Tunggu aku. Jangan cepat-cepat dong jalannya." Protes perempuan itu.

"Jalanmu lelet seperti siput." Jawab pria yang dipanggil Hendra itu sarkatis.

"Ish~ Perkataanmu sungguh kejam." Kata perempuan itu sambil mempoutkan bibirnya.

"Berhenti bertingkah menggelikan seperti itu Iswara." Ucap Hendra.

Perempuan yang dipanggil Iswara itu langsung diam seketika. Dia merasa sakit hati oleh setiap perkataan Hendra. Namun, cinta mengalahkan segalanya.

Dia adalah Alan Mahendra. Selama menghilang, dia pergi ke negara K bersama dengan Ibunya. Namun belum lama tinggal di sana, sang Ibu telah berpulang karena serangan jantung.

Alan menceritakan pada Ibunya sebab kenapa mereka pindah ke negara K. Karena Ayah Raline mengancam Alan akan membuat Ibunya menderita.

Pramudya memberikan sejumlah uang kepada Alan dengan syarat Alan harus pergi meninggalkan negara ini. Karena memikirkan nasib anaknya, Ibu Alan pun terkena serangan jantung mendadak.

Sakit hati dan dendam membuatnya gelap mata. Dia pun berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dan merubah takdirnya. Dua tahun kemudian dia menjadi seorang eksekutif muda yang diakui kehebatannya di negara K.

Dengan kegigihan dan tekat yang kuat, Alan mampu bersaing dengan pemimpin-pemimpin yang hebat di negara K.

Sejak awal menginjakkan kaki di negara K, Alan bertemu dengan Iswara secara tidak sengaja. Saat itu Alan ditipu orang ketika baru tiba di negara K. Iswara lah yang telah menolong dirinya dan Ibunya.

Iswara juga memberi tempat tinggal yang layak untuk Alan dan Ibunya dengan persetujuan Ayah Iswara. Mereka tinggal disamping rumah Iswara.

"Ini rumah milik Ayah juga, hanya biasanya disewakan. Kalian bisa tinggal di sini selama kalian mau." Kata Iswara saat itu.

Demi membalas budinya pada Iswara dan Ayahnya. Alan bekerja keras siang malam tak kenal lelah. Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Satu tahun pertama Alan sudah menunjukkan perubahan yang amat drastis.

Alan bukan lagi seorang yang miskin dengan penampilan seperti gelandangan. Dia sudah menjelma menjadi seorang yang memiliki aura kepemimpinan.

Hal itu dapat dilihat dari perusahaan yang dia bangun dengan modal dari Iswara. Bukan Alan berdiri dibelakang seorang wanita. Bukan! Tapi Iswara sendiri yang meminta bantuan Ayahnya untuk memberikan modal pada Alan.

Terbukti, dalam waktu kurang dari satu tahun, Alan sudah bisa mengembalikan modal yang diberikan oleh Iswara.

Di negara K, Alan hanya mengenal Iswara dan keluarganya saja. Namun, dunia bisnis mengenalkan Alan pada arti dari kerasnya persaingan yang ketat.

Hal itu pula yang membuat Iswara mencintai Alan dalam diam. Ya, sebab sampai saat ini hati Alan masih terisi penuh oleh satu nama.

Iswara menyadari hal itu. Dia tidak meminta Alan membalas perasaannya. Cukup dengan dia mengijinkan Iswara untuk selalu berada di sampingnya saja sudah cukup.

"Hendra, kita akan kemana dulu ini?" Tanya Iswara membuyarkan lamunan Alan.

"Kita ke hotel dulu. Aku sudah lelah. Besok baru lanjutkan perjalanan." Jawab Alan.

"Baiklah. Apa kita akan pesan satu kamar Hen?" Tanya Iswara menggoda Alan.

"Kau tau jawabannya Is?" Kata Alan acuh.

Mereka pun melakukan reservasi dengan memesan dua kamar single.

"Terima kasih Kak." Ucap Iswara pada resepsionis hotel.

Mereka menuju kamar yang telah dipesan. Begitu masuk ke dalam kamar, Alan langsung menghempaskan tubuhnya pada ranjang. Dirinya benar-benar lelah. Hari ini harus istirahat karena besok dia akan memulai perjalanan yang sesungguhnya.

'Raline, apa kabarmu Sayang. Sudah lima tahun lamanya. Apa hatimu masih sama seperti saat aku meninggalkanmu?' Kata Alan dalam hati. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu.

Andai dulu dia tidak menuruti kemauan Pramudya, pasti sekarang hidupnya sudah bahagia membina keluarga bersama Raline.

"Sekarang aku sudah pantas bersanding denganmu Sayang. Tunggu aku datang." Gumam Alan kemudian dia langsung tertidur menuju alam mimpi.

Di kamar Iswara...

"Seperti apa sih Raline itu, penasaran aku. Sampai-sampai Hendra benar-benar menutup hatinya buat yang lainnya." Gumam Iswara. Dia penasaran seperti apa wujud dari seorang Raline itu. "Baiklah Iswara besok kamu juga akan tau sendiri."

*****

Keesokan paginya, Alan memutuskan untuk cek out dan melanjutkan perjalanan ke kota Sili. 'Raline Sayang tunggu aku datang.'

Sepanjang perjalanan hanya terdengar ocehan dari bibir tipis Iswara. Gadis itu sangat takjub dengan pemandangan di Kota Sili. Sebab, ini pertama kalinya Iswara kembali ke Negara asalnya.

Ya, Ayah Iswara yang bernama Fatih kelahiran Kota Bili. Masih satu provinsi dengan Kota Sili. Sedangkan Ibunya asli warga negara K.

"Kenapa Ayah tidak pernah mengajakku kemari ya? Padahal disini bagus banget pemandangannya." Celetuk Iswara.

Alan hanya diam tanpa menjawab. Pikirannya hanya tertuju pada Raline. Bagaimana nanti saat mereka bertemu? Apakah Raline akan berlari memeluknya? Atau dia sudah melupakan Alan. Berbagai pikiran buruk sempat terlintas dibenaknya, namun buru-buru ditepisnya. Cinta kami kuat, dia pasti masih sama seperti dulu yang mencintaiku dengan segenap jiwanya. Pasti itu! Batin Alan mencoba berfikir positif.

"Hendra, apakah masih lama lagi perjalanannya?" Tanya Iswara.

"Sebentar lagi." Jawab Alan.

"Apakah kau juga pelit bicara begini saat bersama dengan kekasihmu itu Hen?" Tanya Iswara memancing Hendra.

"Apa perlu ku jawab?" Balas Alan dengan balik tanya.

"Ish~ Aku kan cuma tanya."

Iswara kemudian diam tidak bicara lagi. 'Meski terlihat sia-sia tapi aku akan terus berada disampingnya. Tidak peduli bagaimana dia memperlakukan ku.' Batin Iswara.

Kini keduanya sudah tiba di pusat kota Sili. 'Sudah banyak yang berubah disini.'

Alan memberikan secarik kertas kepada supir taksi. Itu adalah alamat yang akan mereka tuju.

Alan berencana akan mencari tempat tinggal dulu di sekitar rumah Raline.

"Kita cari rumah dulu." Kata Alan pada Iswara.

"Baiklah Hen."

'Kenapa lagi dia? Biasanya aktif banget sekarang malah tampak lesu.' Tanya Alan dalam hati.

Ada sesuatu yang aneh dirasakan oleh Alan. Tapi dia tidak tahu itu apa. Sulit untuk menjelaskannya. Yang pasti seperti ada sesuatu yang hilang.

'Mungkin hanya perasaan ku saja. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan.' Batin Alan lagi.

Setelah turun dari taksi mereka langsung mencari rumah yang dikontrakkan. Untuk sementara Alan akan mengontrak rumah, baru besoknya cari rumah atau apartemen.

"Itu saja." Kata Alan sambil menunjuk satu rumah yang bertuliskan 'Dikontrakkan'.

"Hmm." Jawab Iswara cuek.

Mereka langsung menghubungi nomer yang tertera di papan pengumuman itu. Setelah tersambung, si Ibu yang merupakan pemilik rumah langsung mendatangi Alan dan Iswara.

Ibu itu menunjukkan keadaan yang ada di dalam rumah. Alan angguk-angguk tanda dia suka dengan rumah itu.

"Baiklah Bu, kami akan langsung menempati rumah ini. Saya bayar penuh untuk satu tahun." Ucap Alan kemudian memberikan sejumlah uang kepada Ibu pemilik rumah.

"Wah terima kasih banyak. Semoga Mas dan Mbak nya betah tinggal di sini. Kalau begitu Ibu tinggal dulu ya. Jangan lupa kalian segera melapor ke RT." Kata Ibu itu sambil memberi mengingatkan.

"Baiklah Bu." Jawab Alan sambil sedikit membungkukkan badan.

"Itu kamarmu. Dan yang disana kamarku. Mengerti." Ucap Alan.

Iswara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. 'Kalau kamu bisa cuek kenapa aku nggak. Kita lihat Hen.' Kata Iswara dalam hati.

Mereka pun masuk ke dalam kamar masing-masing.

*****

Bersambung....

Terima kasih atas dukungan kalian semua 👏👏

Love banyak-banyak buat reader semua 😘😘😘

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!