Menikahi Adik Kekasihku

Pagi itu Surya di bangunkan oleh Maura. Tapi Surya tidak memberikan respon apapun dengan panggilannya. Maura terlihat panik melihat Surya yang menutup mata dengan wajah yang pucat dan keringat dingin yang terus mengalir di pelipisnya. Maura langsung berlari ke arah kamarnya, dengan kecemasan diwajahnya, mencari Dedi yang saat ini terlihat masih mempersiapkan dirinya untuk berangkat bekerja.

Maura mendekat pada Dedi dan memberitahukan keadaan Surya. "Ada apa, Maura? Kenapa kamu kelihatan khawatir kayak gitu? Kakek udah bangun belum? Tadi kamu mau bangunin kakek bukan?" tanya Dedi sambil mendudukkan Maura di sisi ranjang yang ada di kamar mereka.

Maura menggeleng. "Kakek pingsan. Tadi aku membangunkan dia, tapi dia ga bangun-bangun. Wajanya pucat sekali dan keringat dingin banyak sekali di pelipisnya. Ayo kita bawa Kakek ke rumah sakit!" Maura menjelaskan kondisi Surya kepada Dedi yang langsung berlari ke arah kamar kakeknya yang letaknya ada di lantai 1. Tadi Maura sudah memerintahkan pembantu untuk menyiapkan semua keperluan Surya saat di rumah sakit. 

Dedi langsung membopong tubuh Surya. Sang kakek sudah lama mengalami sakit dan sering keluar masuk UGD, tubuhnya setiap hari semakin kurus. Dedi dengan mudah membopong tubuh kakeknya.

Radit yang baru saja keluar dari kamarnya langsung mengejar Dedi dan Maura yang sudah bersiap pergi ke rumah sakit.

"Kenapa sama Kakek?" tanya Radit dengan wajah khawatir.

Maura langsung masuk ke dalam mobil dan mengacuhkan Radit. Karena sejak tadi Dedi terus menatap ke arahnya dengan penuh amarah.

Maura berusaha tidak membuat suasana tegang lagi diantara kedua kakak adik itu, masih pagi sudah bikin ribut. Pasti tidak elok kalau dilihat oleh para karyawan maupun pekerja yang bekerja di mansion keluarga Hartawan.

Radit akhirnya bertanya pada Halimah yang bersiap untuk pergi bersama Mang Diman yang menyusul Dedi dan Maura. 

"Tuan Besar kayaknya kumat lagi penyakit nya, Tuan Muda. Saya pergi dulu!" setelah mengatakan itu Halimah langsung masuk ke dalam mobil khusus karyawan bersama Mang Diman yang sudah bersiap untuk mengantarkan Halimah ke rumah sakit.

Terlihat Rahayu yang tersenyum puas. "Bejo sejak dulu memang tidak pernah mengecewakan aku! Semoga kali ini tua bangka itu bisa mati, minimal di rumah sakit lebih lama dari biasanya!" gumam Rahayu dengan perlahan.

Radit yang kebetulan melintas di hadapan Rahayu mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya. "Apa yang mama katakan? Jangan katakan sama Radit kalau kondisi kakek kayak gitu karena ulah mama!" murka Radit sambil menatap tajam ke arah Rahayu yang tersenyum bahagia.

Rahayu melihat ke sekeliling. Takut ada orang yang mendengarkan apa yang dia katakan kepada Radit. Rahayu kemudian menarik tangan Radit untuk masuk ke dalam kamarnya sehingga pembicaraan mereka tidak ada yang menguping.

"Jelaskan padaku, mah! Apa yang sudah mama lakukan pada kakek?" tanya Radit penasaran sekali.

Radit takut kalau ibunya melakukan kejahatan di belakangnya dengan dalih untuk kebaikan dirinya. Sejak dulu Rahayu memang selalu melakukan segala sesuatu untuk Radit tanpa pernah berpikir panjang.

"Radit, sayang! Mama hanya memberikan sedikit obat keras untuk kakekmu yang sombong itu. Ya, sedikit usaha untuk memacu jantungnya lebih cepat. Semoga saja dia bisa mati kali ini. Tinggal lebih lama di rumah sakit juga tidak apa-apa. Kamu bebas melakukan apapun di kantor tanpa harus didikte oleh tua bangka itu. Mama juga bebas melakukan apapun yang Mama mau di rumah ini! Hahaha" Rahayu menampakan kilat di matanya yang membuat Radit merinding seketika.

Radit tahu kalau ibunya bukanlah wanita yang baik dan memiliki begitu banyak tipu muslihat di dalam kepalanya.

"Jangan coba-coba Mama untuk melakukan hal yang buruk kepada Maura atau Radit tidak akan pernah memaafkan mama seumur hidupku!" ancam Radit sambil menatap tajam ke arah Rahayu yang langsung gugup.

Rahayu mengelak dan tidak berani untuk menatap wajah Radit yang begitu tegas padanya. Rahayu tahu kalau Radit selama ini memang sangat mencintai Maura.

"Udah kamu pergi sana ke rumah sakit. Jangan biarkan adikmu mencari muka di hadapan kakekmu kalau dia siuman nanti!" pinta Rahayu pada Radit yang langsung pergi ke rumah sakit.

Bagaimanapun juga Radit tidak mau kalau Maura berduaan bersama Dedi. Dia tidak akan pernah menginginkan hal itu. Radit sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Malika yang sengaja dia kirim ke Surabaya selama beberapa hari. 

Radit sengaja melakukan itu karena merasa muak pada Malika yang berani meminta dirinya untuk menikahinya. Lebih gila lagi, Malika mengaku sedang hamil anaknya. Radit tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Malika.

"Awas saja kalau Dedi berani macam-macam pada Maura. Aku ga akan memaafkan dia! Aku yakin kalau Maura masih mencintaiku. Buktinya dia menolak ajakan Dedi untuk pindah ke apartemen miliknya. Aku yakin sekali, Maura pasti tidak ingin berpisah denganku." Radit tampak nya menjalani delusi dicintai oleh Maura karena sangking stressnya dia memikirkan soal kehamilan Malika.

Walaupun Radit sering bercinta dengan Malika, tapi dia yakin selalu melakukan hal itu dengan hati-hati. Dia tidak sebodoh itu untuk meletakan benihnya di dalam rahim wanita jahat dan licik seperti Malika. Radit tidak akan pernah ceroboh saat dia melakukan hubungan dengan Malika.

Makanya Radit ragu dan tidak percaya saat Malika mengaku sedang hamil anaknya dan meminta dia untuk menikahinya. Radit langsung menghubungi Halimah untuk mengetahui ruangan kakeknya. Begitu dia sampai ke rumah sakit. Radit menggeram kesal saat melihat Dedi dan Maura yang berpelukan.

Radit secara alami langsung menarik Maura ke sisinya. Dedi tentu saja kaget melihat kelakuan Radit yang ekstrem dan membuatnya marah. Tapi Maura langsung memberikan kode kepada Dedi untuk bersikap tenang dan jangan membuat keributan sehingga mengganggu konsentrasi dokter yang sedang menolong Surya yang tiba-tiba saja kritis.

"Radit, aku mohon jagalah kelakuan jamu. Jangan membuat onar dan keributan! Bagaimanapun juga sekarang kita sedang berada di rumah sakit. Jangan membuat kamu nantinya di usir sama security." Pinta Maura sambil menatap Radit yang menghela nafas berat.

Radit merasa sangat bahagia karena Maura mau berbicara dengannya lagi. Sejak Maura menikah dengan Dedi, Radit mengalami kesulitan untuk bisa berbicara dengan Maura. Wanita itu terus saja melakukan segala cara untuk menghindarinya. Salah satunya dengan selalu dekat dengan Surya sehingga membuat Radit tidak bisa berkutik.

"Baiklah, aku akan tenang. Tapi, bisakah kamu duduk disampingku? Aku sangat rindu denganmu, Maura!" Radit memohon kepada Maura untuk tidak pergi ke sini Dedi yang pasti akan membuatnya gila karena rasa cemburu.