Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Kamar dengan jendela besar.
"Mas Kanaka!" suara Keiko masuk ke pendengaran Kanaka dan Rere, membuat keduanya langsung merenggangkan tubuh.
Dengan lembut Kanaka menghapus sisa saliva yang menempel pada bibir Rere.
"I love you," bisik Kanaka lembut, lalu mengecup bibir itu sekali lagi, namun hanya sekilas, benar-benar hanya menempel.
"Dimana sih mereka?!" suara Keiko terdengar lagi sambil membuka satu persatu pintu yang dilewatinya.
Kanaka membuka pintu, sedang Rere berjalan membuntuti Kanaka.
"Wah.... anda-anda mau mesum ya! Awas saya aduin Mimo Pipo lho!" ancam Keiko sok dramatis.
"Apaan sih Kei!" ketus Kanaka sambil merotasi kedua matanya, sedang Rere hanya menundukkan kepala, malu karena kepergok oleh calon adik iparnya.
"Awas lho godaan sebelum pernikahan itu nyata adanya, jangan sampai kalian nyicil dulu, haram itu, dosa!" ucap Keiko sok kaya orang dewasa.
"Omonganmu dek!" kata Kanaka sambil terkekeh dan memeluk leher adik semata wayangnya itu dengan sayang.
"Hahahahaha!" tawa Keiko berderai karena berhasil menggoda Rere yang wajahnya sudah memerah seperti tomat.
"Kamu mau ngapain kemari?" tanya Kanaka.
"Kan katanya aku yang mas suruh disain kamar utama, gimana sih?"
"Oh.... kamu diskusiin aja ama Rere, aku mau ngobrol sama arsiteknya dulu." Lalu Kanaka pergi meninggalkan mereka berdua.
"Mbak Rere pengen disain yang gimana?" tanya Keiko sambil mengajak Rere menuju kamar utama yang berada di posisi depan menghadap taman.
"Um.... aku sih bingung Kei." Rere menerawang, membayangkan kamar tidur impian yang tak pernah ada dalam angannya.
Sejak dulu Rere sudah ditempa untuk hidup sederhana, bahkan waktu yang tersisa pun banyak dimanfaatkan Rere untuk bekerja sampingan untuk menambah uang jajan yang pas-pasan, mana pernah dia membayangkan rumah atau bahkan kamar impiannya.
"Hei.... kok malah melamun sih mbak?" tanya Keiko ketika melihat Rere terbengong dengan mata sedikit mengembun.
"Eh.... nggak kok, aku lagi bingung mikir konsep kamar ini, kalo aku minta ada warna biru mudanya bagus nggak ya Kei?" tanya Rere meminta pendapat.
"Bagus mbak, coba nanti aku cari contoh birunya ya, nanti mbak Rere tinggal milih suka yang mana, ada tambahan lagi?" tanya Keiko, mulai mencatat permintaan Rere ke tablet nya.
"Mau jendela kaca yang besar, aku suka lihat hujan," ucap Rere mulai membayangkan kamar yang ia inginkan.
"Noted! Ada lagi mbak?" tanya Keiko.
"Udah itu aja," jawab Rere.
"Kalo misal nih ya, disini aku lebaran terus aku kasih dudukan biar mbak Rere bisa duduk disini sambil lihat hujan mau nggak?" tanya Keiko menunjuk kusen jendela yang akan dia buat lebar hingga bisa menempatkan dudukan lembut semacam sofa disana.
"Em.... bagus pasti ya Kei," gumam Rere sambil membayangkan dia bersandar pada dada Kanaka dan memandang hujan.
"Ngapa mukanya merah gitu? Omes ya?" goda Keiko cengengesan, entah sih Keiko merasa senang punya calon kakak ipar seperti Rere yang enak diisengin karena kedua kakak cowoknya suka mengomel kalau Keiko sudah mengeluarkan jurus iseng ke Kenzo dan Kanaka.
"Udah belum Yang?" tanya Kanaka membuat Rere merasa terlepas dari tuduhan Keiko yang memang benar adanya.
"Wah mas Naka ternyata selebay ini ya kalo udah jatuh cinta, astaga Pipo kedua kayaknya!" ledek Keiko.
Gemas dengan celotehan Keiko yang suka asal bicara itu, Kanaka menyentil kening Keiko.
"Ya udah yuk katanya mau ke kampus dulu, mau konsul masalah tugas akhir kan," ajak Kanaka ke Rere, lebih baik segera berangkat daripada terus mendengar ocehan Keiko yang absurd itu.
"Kamu kesini sama siapa dek?" tanya Kanaka.
"Bawa mobil sendiri," jawab Keiko.
"Ya udah pulang sana, kesini kalo pas mas Naka kesini, jangan sendirian, soalnya disini cowok semua," kata Kanaka sambil mendorong pelan bahu Keiko.
Rere mesem mendapati Kanaka semanis itu terhadap adik perempuannya, dari sini Rere bisa tahu bahwa Kanaka begitu menghargai dan menjaga sang adik, bukti bahwa Kanaka juga akan menjaga dirinya bukan.
Setelah Keiko menghilang dari pandangan mereka, barulah Kanaka mengajak Rere pergi menuju kampus mereka.
Meskipun mereka sudah selesai magang, tapi tetap saja mereka harus menyerahkan tugas akhir untuk syarat kelulusan mereka nanti.
Dewinta sudah menunggu di depan ruang Damar sang kakak, dia sudah janjian buat bertemu Rere hari ini, daripada selisih jalan mending Dewinta menunggu disini kan.
Tak lama Rere dan Kanaka datang, dari tempatnya berdiri Dewinta bisa melihat sang sahabat datang mendekat ke arahnya dengan bergandengan tangan.
Meski Dewinta tahu bahwa Rere sudah dilamar oleh Kanaka, tapi Dewinta tak mengira bahwa Kanaka se posesif itu terhadap Rere.
Kadang Dewinta bingung, apakah Kanaka meminum ramuan cinta dari seseorang hingga yang awalnya biasa saja malah tak peduli sekarang seperti ini terhadap sahabatnya.
"Hai Dew," sapa Kanaka membuat Dewinta keselek ludahnya sendiri karena sapaan ramah Kanaka.
"Ha Hai Ka," balas Dewinta grogi membuat Rere terkekeh pelan.
Sebenarnya Rere agak merasa bersalah karena cowok yang jadi crush sahabatnya malah jadi tunangannya kini, tapi memang bukan hanya Dewinta saja yang menjadikan Kanaka sebagai crush nya, mungkin hampir seluruh cewek penghuni kampus ini menjadikan Kanaka crush nya.
"Setelah ketemu pak Damar, aku boleh ngobrol sama Dewinta kan?" tanya Rere meminta ijin.
"Ya bolehlah, tapi jangan jauh-jauh dari aku ngobrolnya," jawab Kanaka membuat bibir Rere mengerucut.
"Ya udah aku masuk dulu ya," pamit Rere saat melihat temannya keluar dari ruangan Damar.
Setelah Rere masuk, Kanaka mengangguk sopan ke Dewinta lalu menghampiri sahabat-sahabat nya yang sudah kayak cacing kepanasan ingin mengorek berita yang mereka terima.
"Beneran Njing, lo mau nikah?" tanya Arlan to the point.
Kanaka mengangguk santai dan menyandarkan tubuhnya ke tembok pembatas di belakangnya.
"Nggak salah lo? Sama Rere nikahnya?" tanya Aldi penasaran, pasalnya Rere itu bukan most wanted di kampus ini.
Rere memang cakep sih, tipe cakep yang nggak ngebosenin, tapi Rere itu tidak fashionable, lebih ke apa adanya dan sederhana, malah tak jarang tak begitu mempedulikan penampilannya, meski sejak jadi pacar Kanaka Rere lebih memperhatikan penampilan karena campur tangan Keiko yang gatal melihat kesederhanaan sang calon kakak ipar.
"Lo nggak bakalan tahu sih yang gue rasain, yang jelas gue suka aja cewek kayak Rere yang nggak neko-neko dan apa adanya," jawab Kanaka tidak tersinggung dengan pendapat sahabat-sahabatnya.
"Tenang aja sih guys, bentar lagi juga Rere bermetamorfosis menjadi putri, kalian lupa siapa calon adik iparnya? Keiko mah nggak mungkin ngebiarin Rere berpenampilan seperti sebelum-sebelum nya, percaya deh ama gue, kalo segini aja Kanaka udah bucin, apalagi nanti, bisa-bisa mata kita ditutup sama lakban kalo pas main ke rumahnya!" celetuk Sensen santai.
Belum juga mingkem tuh mulut sahabat, mata Kanaka sudah melotot saat Rere dihadang oleh seseorang ketika keluar dari ruangan pak Damar.
_____
Ho ho ho perposesifan segera dimulai guys.... Siap-siap ya.
Terima kasih buat kalian yang sudah kasih like, komen, vote, bintang, makasih sekali lagi ya.... muach muach
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu