IG : embunpagi544
Kematian istri yang paling ia cintai beberapa saat setelah melahirkan kedua buah hatinya, membuat hati seorang laki-laki bernama Bara seolah membeku, dan dunianya menjadi gelap. Cintanya ikut ia kubur bersama mending sang istri. Alasan kenapa Bara masih mau bernapas sampai detik ini adalah karena kedua buah hatinya, si kembar Nathan dan Nala. Bara tak pernah sedikitpun berniat untuk menggantikan posisi almarhumah istrinya, namun demi sang buah hati Bara terpaksa menikah lagi dengan perempuan pilihan sang anak.
SYAFIRA seorang gadis berusia 20 tahun yang menjadi pilihan kedua buah hatinya tersebut. Syafira yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan adik satu-satunya dan juga untuk mempertahankan rumah dan toko kue kecil peninggalan mendiang ayahnya dari seorang rentenir, bersedia menikah dengan BARATA KEN OSMARO, seorang duda beranak dua. Mungkinkah hati seorang Bara yang sudah terlanjur membeku, akan mencair dengan hadirnya Syafira? Akankah cinta yang sudah lama ia kubur bersama mendiang sang istri muncul kembali?
"Aku menikahimu untuk menjadi ibu dari anak-anakku, bukan untuk menjadi istriku..." Bara.
"Lebih baik aku menikah dengan om duda itu dari pada harus menjadi istri keempat rentenir bangkotan dan bulat itu..." Syafira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Tak berselang lama, akhirnya mereka sampai di toko milik Syafira. Namun, betapa terkejutnya Syafira, ketika baru sampai depan tokonya, ia melihat ada beberapa laki-laki berbadan tegap sedang mengacak-acak toko kue miliknya.
Tampak Rani menangis ketakutan, namun tetap berusaha mencegah para laki-laki tersebut mengacak-acak toko, meskipun itu tidak berhasil.
"Apa-apaan ini, siapa kalian? Hentikan!" teriak Syafira.
Rani langsung berlari mendekati Syafira, begitu ia tahu Syafira datang.
"Mbak, aku takut. Mereka orang suruhannya Tuan Aji, tadi mereka nanyain mbak Fira, aku bilang tidak tahu, mereka langsung mengacak-acak toko," ucap Rani dengan nada bergetar.
"Kalian hentikan, hutang ayah saya kepada tuan Aji akan saya bayar secepatnya," ucap Syafira.
Para laki-laki itu tidak mendengarkan ucapan Syafira, mereka terus mengacau. Apa saja yang mereka temui mereka lempar begitu saja, sebuah vas bunga pun melayang hampir mengenai Syafira. Namun, dengan cepat Bara menangkap vas itu dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang satu masih menggendong Nala. Nala tampak ketakutan melihat apa yang terjadi, sedangkan Nathan bersembunyi di belakang om Jhon karena takut juga.
Bara menurunkan Nala dan meminta om Jhon untuk membawa Nala dan Nathan pergi menghindar dari keributan tersebut. Setelah Nala dan Nathan di bawa masuk ke ruangan lain, Bara langsung melempar vas yang ia pegang ke lantai.
"Siapa kamu? tidak usah ikut campur, ini urusan bos Kami degan nona ini," ucap salah satu laki-laki suruhan orang bernama tuan Aji tersebut.
"Saya memang tidak ada hubungannya dengan gadis ini, tapi karena kalian berulah di depan anak-anak saya, maka ini menjadi urusan saya juga," ucap Bara penuh penekanan. Ya, dia paling tidak suka ada kekerasan di depan kedua anaknya. Meskipun dia sendiri berwatak keras dan arrogant, tapi ia tak pernah menunjukkannya di depan sang anak.
"Oh, Anda mau berurusan dengan kami juga rupanya? Pengen kami buat masuk rumah sakit? Pilih, mau sampai ke ruang UGD saja, sampai ke ruang ICU atau mau jadi almarhum sekalian hah!" sarkas laki-laki tersebut dengan sombongnya.
Tanpa bersuara lagi Bara langsung maju dan menghajar laki-laki berbadan kekar yang jumlahnya empat orang tersebut tanpa ampun. Syafira, Rani dan juga beberapa orang yang menyaksikan aksi Bara menghajar keempat pria tersebut tercengang. Bahkan Bara tak bergeming dari tempatnya untuk melawan.
Tiba-tiba, dari arah yang tak terduga, salah satu dari keempat laki-laki tersebut melayangkan sebuah pisau ke arah Bara. Syafira yang melihatnya langsung berteriak.
"Awas om!!!!"
Mendengar teriakan Syafira, Bara langsung menghindar dari pisau yang siap menusuknya tersebut. Dengan cepat ia menangkisnya, namun tangannya tergores dan berdarah.
Bara kembali menghajar mereka sampai mereka benar-benar tidak berkutik lagi.
"Sekarang kalian yang pilih, mau masuk rumah sakit terlebih dahulu atau mau langsung ke liang lahat?" ucap Bara penuh amarah, setelah membuat mereka jatuh tersungkur dan babak belur. Luka di tangannya tak ia hiraukan.
"Ampun Tuan, kami tidak bermaksud mencari masalah dengan Tuan, kami hanya ada urusan dengan nona ini, dia memiliki hutang dengan bos kami," jawabnya sambil memegangi perut dan juga memegangi mukanya yang sudah babak belur.
"I iya tuan, ampuni kami. Kami tidak ada urusan dengan tuan," sambung yang lain.
"Saya tidak peduli dengan urusan kalian, sekarang kalian pergi dan selesaikan urusan kalian lain kali! kalian bisa datang lagi, besok, lusa atau kapan terserah!"
"Eh...?" Syafira sedikit kesal dengan ucapan Bara. Ternyata laki-laki itu memang bukan berniat membantunya, tetapi kesal karena mereka mengacau di depan kedua anaknya.
"Ba baik tuan," merekapun berjalan mendekati Syafira.
"Nona kali ini Anda selamat, tapi tuan Aji hanya akan memberi Anda tenggang waktu maksimal dua minggu lagi Anda harus membayar hutang. Jika tidak, Anda harus terima penawaran Tuan Aji untuk menjadi istri keempatnya. Anggap hari ini sebagai peringatan," ucap salah satu dari keempat pria itu sebelum akhirnya mereka pergi meninggalkan toko.
Syafira langsung mendekati Bara, bagaimanapun juga ia merasa bersalah kepada laki-laki berstatus duda tersebut.
"Om, tangan Anda terluka?" tanya Syafira.
"Apa kamu buta? jelas-jelas ini terluka, masih tanya!" jawab Bara dingin.
"Astaga ini om duda, ditanya baik-baik, jawabnya ngegas terus," batin Syafira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ran, bereskan tempat ini, saya mau mengobati luka om ini dulu," ucap Syafira kepada Rani.
"Iya mbak Fira," jawab Rani dan langsung mulai untuk merapikan tokonya kembali.
"Saya obati lukanya om, Saya ambil kotak P3K dulu, om duduk saja dulu di sini," Syafira menunjuk sebuah kursi yang berada tepat di samping Bara.
"Tidak perlu!" tolak Bara. Namun, Syafira sudah pergi untuk mengambil kotak P3K.
"Daddy! Apa daddy baik-baik saja?" tanya Nala yang sambil berjalan mendekat ke arah Bara bersama Natha dan om Jhon.
"Iya, daddy baik-bak saja princess," jawab Bara.
"Tuan muda, tangan Anda terluka," ucap om Jhon.
"Tidak masalah om, cuma tergores," sahut Bara.
"Tangan daddy terluka," ucap Nathan datar.
"It's oke! hanya sedikit tergores. Ayo kita pulang sekarang!"
"Tapi tangan daddy berdarah, harus di obati dulu daddy," ucap Nala.
"Iya om, biar saya obati dulu lukanya om," Syafira sudah membawa kotak P3K di tangannya.
"Tidak usah!" tegas Bara.
"Tapi daddy?" Nala mendongak ke atas sambil tangannya menggoyang-goyang jas yang di kenakan oleh Bara. Tersirat kekhawatiran di wajah cantik gadis kecil tersebut karena melihat tangan sang ayah terluka.
Bara tahu, Nala tak setegar dan sekuat Nathan, ia berjongkok di depan Nala, lalu tersenyum,
"Daddy baik-baik saja princess, ini cuma luka kecil. Cuma tergores sedikit, lihat princess tersenyum langsung sembuh," ucapnya lembut.
"Benarkah?"
"Hehemm,"
Nala langsung memasang senyumnya yang manis di depan Bara, kemudian ia mencium pipi Bara.
Syafira yang melihatnya merasa terharu sekaligus heran, kenapa laki-laki di depannya ini sangat dingin terhadap orang lain, tetapi sangat lembut ketika berhadapan dengan anaknya.
"Bapakable banget, tapi kalau untuk jadi suami, enggak suamiable banget deh, eh siapa juga yang mau jadi istrinya" batin Syafira, ia langsung menutup mulutnya sendiri.
Bara menuntun Nala dan mengajak Nathan serta om Jhon keluar dari toko Syafira. Syafira ikut keluar toko untuk mengantar mereka sampai ke depan toko, ia mash membawa kotak P3K yang tidak jadi untuk mengobati tangan Bara tersebut.
"Telepon pak Hendro, suruh bawa mobil kesini!" perintah Bara kepada om Jhon.
"Baik tuan," sahut om Jhon, ia langsung mengambil ponsel dan menghubungi sopir pribadi Bara yang menunggu di parkiran makam.
"Om, saya minta maaf untuk semua yang telah terjadi. Nala, Nathan, maafin kakak yah, pertemuan pertama kita, malah kayak gini," Syafira mengalihkan pandangannya ke Bara lalu ke Nathan dan Nala yang berada di samping kanan dan kiri Bara.
"Tidak apa-apa kakak syantik," balas Nala.
"Macaronnya bagaimana daddy?" tanya Nathan.
"Tidak ada macaron boy," sahut Bara.
"Tapi daddy?"
Nathan langsung diam ketika Bara menatap tajam kearahnya.
"Daddy, bolehkan kita pesan kue ulang tahun sama kakak syantik?" tanya Nala.
"Oma sudah memesankan kue buat kalian, oma pasti sudah mengatur semuanya, seperti biasa," jawab Bara.
"Maaf om, kalau boleh biar saya membuatkan kue untuk mereka sebagai tanda perminta maafan saya," ucap Syafira ragu-ragu.
"Tidak perlu," jawab Bara.
Nathan kembali memberi kode kepada Nala dengan matanya, entah apa yang ia maksud namun seolah Nala mengerti apa yang di mau oleh saudara kembarnya.
"Bolehlah daddy please, please please? kakak syantik kan niatnya baik tidak jahat, kata daddy enggak boleh menolak rejeki," ucap Nala berpose seimut mungkin sambil mengedipkan matanya.
"Eh kapan daddy bilang enggak baik menolak rejeki?" tanya Bara.
"Barusan daddy," jawab Nala.
"Hem baiklah, terserah kalian saja," jawab Bara mengalah, sangat jarang kedua anaknya dekat dengan seorang perempuan, tapi kali ini yang ia lihat sangat berbeda, bahkan Nala sampai mau memohon kepadanya.
"Horeee!!! Thank you daddy! daddy yang terbaik deh!" Nala langsung mendekati Syafira. Ia melambaikan tangannya sebagai isyarat supaya syafira menunduk. Syafira mengikuti arahan Nala, ia menunduk kemudian Nala mendekatkan mulutnya ke telinga Syafira.
"Kakak syantik, lusa datang ke rumahnya dandan yang syantik ya? Nanti jadi tamu spesialnya daddy, daddy Nala jomblo loh," bisik Nala di telinga Syafira.
Bisikan Nala membuat Syafira membulatkan kedua bola matanya, entahlah apa yang di maksud oleh gadis kecil yang sangat menggemaskan tersebut, Syafira tidak mengerti.
"Princess ayo cepat!" ajak Bara, karena mobil audah datang menjemput.
"Iya daddy, sebentar,"
"Oke kakak syantik?" masih menunggu jawaban Syafira.
"Eh iya sayang, besok kakak dandan syantik buat Nala. Sekalian kakak bawain kue macaron yang uenaaakk buat Nala dan Nathan," sahut Syafira mengusap lembut kepala Nala.
"Buat daddy kakak syantik, ih!" Syafira hanya tersenyum.
"Nala, ayo cepat! kasihan daddy, tangannya harus cepat diobati," kali ini Nathan yang bersuara.
"Oke kakak syantik, Nala pulang dulu, assalamu'alaikum," pamit Nala.
"Assalamu'alaikum," Nathan juga ikut mengucapkan salam kepada Syafira dengan senyum tipis tersungging dari bibirnya.
"Wa'alaikumsalam," balas Syafira.
Setelah Bara dan anak-anaknya menghilang dari pandangan Syafira, ia menghela napas sebentar lalu berbalik badan, masuk ke dalam toko untuk membantu Rani.
"Anak-anak jaman sekarang, pintar-pintar. Tahu istilah jomblo segala, hem," gumam Syafira.
"Mereka itu siapa mbak?" tanya Rani.
"Oh itu, baru kenal tadi Ran, waktu di makam ayah," jawab Syafira.
"Ganteng ya mbak?"
"Iya, ganteng," sahut Syafira tanpa sadar, ia melamun, mengingat ucapan para suruhan tuan Aji tadi, ia akan dijadikan istri keempat jika tidak bisa melunasi hutang.
"Eh, tapi suami orang itu mbak. Udah punya anak," ucap Rani.
"Dia duda," sahut Syafira, antara sadar dan tidak dengan apa yang di bicarakan Rani.
"Ohh duda, enggak apa-apa kalau gitu mbak, anaknya juga manis, apalagi ayahnya," ujar Rani menggoda.
"Eh apa tadi Ran?"
"Mbak Fira sih ngalamun, ngalamunin yang ganteng tadi ya?" ledek Rani.
"Siapa yang ganteng Rani?"
"Itu, ayahnya yang kembar tadi mbak, kata mbak Fira ganteng hihihi," Rani terkekeh.
"Bukan Ran, yang aku maksud anaknya, si Nathan yang ganteng," elak Syafira. Dalam hatinya, ia merutuki omongannya yang sudah memuji ketampanan Bara.
"Oh anaknya, kirain ayahnya," ledek Rani lagi.
"Udah, udah enggak usah di bahas, ayo lanjutkan merapikannya, jangan ghibah mulu, nanti telinganya si om duda panas lagi,"
"Wih, baru pertama ketemu udah ada panggilan kesayangan nih, om duda hihihi"
"Rani!" kesal Syafira karena terus di goda oleh Rani.
"Maaf mbak, bercanda,"
"Lagian dingin kayak es balok kayak gitu, siapa yang mau," cebik Syafira.
"Kalau begitu, mbak Fira yang panas dong, biar esnya mencair,"
"Rani cukup!"
Rani pun terkekeh sambil terus merapikan toko. Sementara Syafira meletakkan kotak P3K ke tempatnya lagi, sebelum akhirnya ikut merapikan tokonya.
🌼🌼🌼
💠Setelah sekian lama, akhirnya bisa up kembali, mohon maaf baru bisa up🙏🙏 jangan lupa like, komen dan Votenya, terima kasih🙏🙏 salam hangat author 🤗❤️💠
gak salah memang bara, kamu tuh gak perlu melupakan almarhumah istrimu karena bagaimana pun kisah kalian itu nyata. dia orang yang kau cintai.
tapi kan sekarang kau dah menikah, maka cobalah buka perasaan mu buat istri mu.
jangan lupakan almarhumah istrimu, namun jangan juga terus membayangi pernikahan mu yang baru dengan almarhumah istri mu
cukup dihati dan di ingatan aja.
gak mudah memang tapi bagaimana pun, istri mu yang sekarang berhak untuk dapat cintamu.
saya relate sih, mungkin bukan dalam hubungan suami istri lebih tepatnya ke ibu.
Ibu saya meninggal 2 tahun lalu dan ayah saya menikah lagi.
saya awalnya gak senang dengan dia, tapi ibu sambung saya itu baik.
dulu awal, saya selalu bilang Mak lah, Mak lah ( maksudnya ibu kandung saya)
tapi perlahan saya tidak ungkit2 Mak kandung saya di depan ibu tiri saya untuk menjaga perasaannya.
cukup saya ingat dalam hati saya aja.