Kembar Genius Milik Mantan Mafia

Matahari telah menampakkan diri. Burung-burung beterbangan di sekitaran gunung, hamparan pohon hijau di lereng gunung, dan tampak dari kejauhan sungai yang mengalir deras.

Suara-suara gemericik air menetes dari daun, cuaca di sekitar gunung sangat dingin sekali. Melihat warga sekitar yang sedang beraktivitas dengan pekerjaannya masing-masing. Begitu juga dengan Galih yang saat ini sedang menikmati betapa indahnya alam hijau yang ada di kota Bogor.

Galih sengaja pergi ke puncak tempat di mana dulu pertama kali bertemu dengan Aisyah saat ada acara liburan dari kampus. Tetapi, keduanya tak pernah dekat pada masa itu. Galih berdiri di atas puncak villa milik keluarganya sembari menikmati secangkir kopi. Tetapi, begitu mendapat pesan dari Aisyah. Galih segera turun dari lantai dua villa dan menemui tukang kebun yang sedang membersihkan lahan perkebunan milik keluarganya.

"Mang, aku kembali dulu. Aku ada pekerjaan mendadak,"Galih berkata sembari berlari masuk ke dalam mobil. Bahkan, dia tak sempat berganti pakaian.

"Hati-hati, Den!"teriak tukang kebun, Galih hanya melambaikan satu tangannya sembari memberi isyarat. Galih mengendarai mobil Jeep bewarna putih yang baru saja dibelinya satu hari lalu pada hari di mana dia baru tiba di Indonesia.

Mobil Jeep tersebut menuruni terjalnya jalan pergunungan yang ada di sekitar villanya. Tetapi, tak membuat pria itu takut sedikitpun. Di dunia mafia dia telah menghadapi banyak musuh yang selalu mengantarnya pada kematian. Galih tak pernah takut kalau hanya mengendarai mobil di jalan yang begitu curam.

Sementara itu, Aisyah sedang membereskan pekerjaannya yang malah tersisa. Dia telah membuat janji akan bertemu dengan Galih hari ini. Karena, Galih sendiri yang meminta ingin bertemu dengan anak-anaknya.

"Pak, hari ini saya mau pulang cepat. Karena, ada janji ingin bertemu dengan kerabat Saya. Semua pekerjaan telah saya bereskan. Bahkan, termasuk proyek yang baru dikirim oleh Perusahaan Hosea, Pak."Aisyah meletakkan dokumen keuangan di atas meja Pak Dirsa.

"Baiklah,"singkat Pak Dirsa. Dia selalu dapat mempercayai Aisyah dalam bekerja. Karena, Aisyah tak mungkin mengecewakannya.

Tepat pada jam 10.35, pagi. Aisyah telah menunggu Galih di depan perusahaannya. Hari ini Aisyah sengaja tak membawa mobil mengingat dia harus bertemu dengan Galih.

Mobil Jeep putih berhenti di depan lobi perusahaan yang membuat Aisyah segera keluar untuk menemui pria tersebut. Selama Aisyah bekerja baru kali ini ada pria datang menjemputnya. Bahkan, Dokter Kevin yang dekat sudah lama tak pernah datang menjemput Aisyah. Pak Dirsa melihat dari jauh orang yang datang menjemput Aisyah tetapi tak pernah tahu apa status pria itu.

Galih turun dari mobil begitu melihat Aisyah sudah keluar. Pria ini langsung membuka pintu mobil yang membuat banyak mata memandang iri atas perlakuan lembut Galih kepada Aisyah.

"Kenapa kamu melakukan ini? Banyak orang di sini,"ucap Aisyah ketika sudah tiba di depan mobil Galih. Tetapi, pria ini hanya tertawa kecil dia bahkan tak perduli dengan pemikiran orang terhadapnya. Galih hanya memakai hodie serta celana jeans. Dia sengaja memakai baju santai karena baru kembali dari puncak.

"Kita langsung menjemput mereka saja,"

"Baiklah."

Di sepanjang jalan mereka berdua banyak bercerita tentang Lucas yang selama ini hidup dalam keadaan lupa ingatan. Aisyah juga menceritakan tentang Reza kepada Galih yang begitu mirip dengan Lucas termasuk sifat dan cara bicaranya.

"Aku malah sering dibuat pusing sama sifat dingin Reza, Galih."ujar Aisyah yang terkekeh.

"Aku cukup penasaran. Bagaimana tanggapan keponakanku ketika pertama kali melihat ku nanti,"jawab Galih yang makan fokus menyetir mobil Jeepnya.

"Pokoknya Reza sangat dingin dan cuek. Rezi begitu ramah sama semua orang,"ujar Aisyah lagi.

Tak terasa mereka berdua hampir tiba di sekolah Reza dan Rezi. Tetapi, tiba di sana Aisyah melihat mobil Lucas terparkir di halaman sekolah Reza.

"Itu seperti mobil Kak Lucas,"seru Galih saat melihat mobil bewarna kuning berada di halaman sekolah TK itu.

"Ah, benar. Sedang apa mereka di sini? Bagaimana ini? Apa kita tetap turun?"Aisyah bertanya kepada Galih. Galih hanya menghela napas beratnya lalu mematikan mobil yang berniat untuk turun dari mobil.

Aisyah dan Galih melihat Lucas yang berbicara dengan salah satu anak Aisyah. Sedangkan, satunya memantau dari jauh sembari kedua tangan di dada. Melihat hal itu Galih langsung bisa menebak jika yang berbicara dengan Lucas adalah Rezi sementara Reza memantau dua orang itu dari jauh.

"Sumpah! Dia mirip banget sama Kak Lucas waktu kecil,"ujar Galih yang melihat Reza dengan wajah dinginnya.

"Ayo, kita menghampiri mereka!"ajak Galih, menarik tangan Aisyah.

Lucas terkejut melihat dua orang yang tak asing baginya kini berdiri di depan dia dan Rezi.

"Galih? Sedang apa kamu di sini?"Lucas bertanya kepada Galih. Tetapi, Galih hanya fokus pada Reza yang begitu dingin hawanya saja masih kerasa meskipun jauh.

"Mau temani calon istriku jemput anak,"jawab Galih tanpa beban. Aisyah membulatkan matanya ketika mendengar jawaban Galih sedangkan Lucas telah memasang wajah marahnya.

"Kita perlu bicara!"Lucas menarik tangan Aisyah dan membawa wanita itu pergi dari tempat itu. Sedangkan Galih, menahan Rezi yang ingin mengejar Aisyah dan Lucas.

"Kenapa Paman berbicara sembarangan tentang Bundaku?"tanya Reza dingin. Galih menoleh ketika mendengar seseorang berbicara dengannya. Galih tersenyum ketika melihat Reza yang menghampirinya. Galih berjongkok di depan Rezi untuk menyamakan tingginya dengan dua bocah itu.

"Hai, aku Galih. Aku ini Om kalian yang sesungguhnya,"ujar Galih. Rezi tersenyum langsung memperkenalkan diri.

"Rezi, Om."Jawa Rezi, lalu melepaskan tangan Galih. Tetapi, Reza tak menerima uluran tangan Galih yang kini ada di depan matanya. Galih langsung menarik tangan Reza agar bersalaman dengannya.

"Om Galih. Kamu pasti Reza 'kan?"tebak Galih, membuat Reza memutar malas bola matanya dan mencari keberadaan Aisyah dan Lucas yang tak terlihat lagi di sekitar tempat itu.

'Sepertinya memang susah mendekati anak satu ini,'batin Galih yang kini berdiri sembari berkacak pinggang menatap Reza dengan intens.