Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Hana tak bisa lagi membendung air matanya. Tangisnya pecah saat membayangkan suaminya yang selalu saja mencuri pandang setiap ada Anin. Suami yang tak pernah memandang kehadirannya ada.
"Sekarang aku tanya pada Abang, apakah aku salah mempertahankan rumah tanggaku yang masih seumur jagung? Salah jika aku cemburu melihat Gus Shabir yang selalu melirik ke arah Anin padahal aku ini istri sah-nya," ucap Hana sedikit emosi.
Kembali Ghibran menarik napas dalam. Tak tahu harus berkata apa lagi. Jika diteruskan, dia takut akan lebih menyakiti bagi Hana. Padahal dia juga sangat menyayangi adiknya itu. Dari lahir dia telah menjaga dan merawatnya seperti anak sendiri. Namun, keras kepalanya saat ini memang sangat mengecewakan bagi Ghibran.
"Tidak ada yang salah. Aku tak menyalahkan sikapmu untuk tetap bertahan dengan rumah tanggamu itu. Dari awal aku juga telah mengatakan, jika aku hanya kecewa dengan perkataanmu yang meminta Anin pergi jauh. Hanya itu saja. Seharusnya dari awal kamu mengatakan tentang Shabir yang tak pernah memperlakukan kamu sebagai mana layaknya seorang istri. Kita akan mencari jalan keluar tanpa ada yang merasa di sakiti," ucap Ghibran berusaha menahan emosinya.
Hana berdiri dari duduknya. Dia menatap Ghibran dengan mata sayu karena menahan air mata yang terus tumpah.
"Aku tak mau membuka aib suamiku. Bukankah Abang pernah mengajari jika jangan membuka aib. Makanya aku berusaha mencari jalan keluar sendiri. Aku rasa pembicaraan kita telah selesai, Bang. Aku harus pamit. Terima kasih telah menjaga dan merawatku selama ini. Maaf jika kali ini tindakanku sangat mengecewakan. Aku pikir ini yang terbaik untuk keluargaku. Saat ini aku telah menjadi seorang istri, aku hanya perlu berbakti pada suamiku saja. Sekali lagi maaf," ucap Hana. Dia menjeda ucapannya sebelum bicara.
"Apa dengan aku mengatakan semuanya akan ada yang simpati? Apa lagi jika tahu suamiku dan Anin saling mencintai. Pastilah pada kasihan melihat Anin, sementara aku tetap harus menanggung semuanya sendiri. Cap anak pelakor pada diriku membuat semua orang memandangku sebelah mata. Apa lagi jika mertuaku tahu. Aku mohon pada Abang, jangan pernah katakan apa hubungan aku dan abang. Jika aku memang telah mengecewakan Abang, aku juga akan pergi. Seperti yang semua inginkan, aku yang yang harus menjauh, bukan. Selamat tinggal. Sampaikan maafku untuk Aisha dan Anin," ujar Hana melanjutkan.
Hana lalu menyalami dan mencium tangan Ghibran, setelah itu langsung pergi dari hadapan sang Abang. Pria itu hanya bisa melihat kepergian sang adik tanpa mau mencegah. Dia pikir, mungkin Hana perlu waktu. Biarlah saat ini dia melakukan apa yang terbaik menurutnya.
Hana berjalan mendekati Ghibran yang duduk menunggu di bangku taman depan restoran itu. Pria itu tampak sedang termenung.
"Mas, mari kita pulang. Sebentar lagi ashar," ajak Hana.
Tanpa menunggu jawaban dari sang suami dia berjalan menuju mobil. Gus Shabir mengikuti dari belakang. Ghibran juga ikut keluar dari dalam restoran. Menatap kepergian sang adik hingga mobil yang dikendarai suami Hana itu hilang dari pandangan.
"Kamu masih terlalu terbawa emosi, Hana. Aku padahal tak menyalahkan kamu atas sikapmu mempertahankan rumah tangga. Yang aku sayangkan sikapmu pada Anin. Padahal aku hanya ingin semua seperti dulu lagi. Kamu dan Anin saling menyayangi," gumam Ghibran dalam hatinya.
Dalam perjalanan menuju rumah antara Hana dan Gus Shabir tidak ada yang bicara. Sampai di rumah, dia langsung berlari menuju kamar. Sedangkan Gus Shabir memilih langsung ke pondok untuk mengajar.
"Ya Allah, aku salah karena ingin memutuskan tali silaturahmi antara aku dan abangku. Tapi semua ini aku lakukan sebagai baktiku pada sang suami. Aku tak ingin memutuskan ikatan suci di antara kami. Aku akan berusaha dan bersabar menghadapi suamiku. Aku akan terus bersabar, bahkan sampai kesabaran itu sendiri merasa lelah dengan diriku."
"Maafkan aku, Bang. Aku tahu ucapan dan tindakanku melukai hatimu. Tapi semua terpaksa aku lakukan. Jika aku tahu sebelum pernikahan, pasti akan aku batalkan. Aku bukannya tak mengingat jasamu, sampai kapan pun aku tak akan lupa dengan apa yang kamu dan Kak Aisha lakukan. Aku menyayangi kalian, dan untuk Anin. Aku tahu, kamu pasti terluka dan kecewa dengan semua yang aku lakukan ini. Percayalah, aku akan datang dan berlutut memohon maaf padamu jika aku telah mendapatkan cinta Shabir. Aku menyayangimu, Anin. Maaf harus membuat kamu terluka," gumam Hana dalam hatinya.
Setelah solat Ashar, Hana memasak lauk untuk sang suami. Dia hanya masak telur balado campur tahu. Ditambah bening bayam. Kata mertuanya, Gus Shabir itu hanya butuh cabe. Dia penyuka makanan pedas.
Tepat jam enam, Gus Shabir pulang. Hana menyambutnya dengan menyalami dan mencium tangan suaminya itu. Dia membalas dengan mengusap kepala Hana dengan lembut.
"Mas, mau mandi. Aku siapkan air hangat?" tanya Hana dengan lemah lembut.
"Aku mandi air dingin saja. Lebih segar," jawab Gus Shabir dengan datar.
Setelah itu dia masuk ke kamar mandi dan berpakaian rapi, barulah menuju ruang solat. Hana mengikuti karena ingin berjamaah bersama suami tercinta.
Makan malam mereka lakukan setelah salat. Tampak Gus Shabir makan dengan lahap masakan Hana. Hal itu membuat wanita itu tersenyum. Dalam hatinya yakin bisa menaklukkan sang suami dalam waktu satu tahun ini.
Sehabis menyantap makan malam, Gus Shabir duduk di ruang keluarga. Dia menonton televisi sambil menunggu waktu isya.
Hana datang menghampiri sang suami. Secara tiba-tiba dia berlutut dihadapan Gus Shabir. Hal itu membuat sang pria keheranan.
"Kamu kenapa berlutut, berdirilah!" ucap Gus Shabir dengan perasaan tak enak.
"Mas, aku mohon padamu. Cobalah buka hatimu untukku. Lupakan Anin. Aku wanita yang halal bagimu saat ini. Aku mohon, cobalah mencintaiku. Katakan saja apa kekuranganku, jika aku bisa merubahnya, akan aku lakukan. Jangan pernah berpikir meninggalkan aku, Mas. Hanya kamu yang aku miliki saat ini. Aku tak malu memohon dan merendahkan diriku padamu, karena sebagai istrimu, aku juga harus mengikuti semua ucapanmu," ujar Hana dengan suara memohon.
...----------------...
pasti sakit dan berat banget jadi hana/Sweat/
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃