NovelToon NovelToon
The Stoicisme

The Stoicisme

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Berbaikan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wahyudi0596

Shiratsuka mendecak, lalu membaca salah satu bagian esai yang ditulis Naruto dengan suara pelan tetapi jelas:

"Manusia yang mengejar kebahagiaan adalah manusia yang mengejar fatamorgana. Mereka berlari tanpa arah, berharap menemukan oase yang mereka ciptakan sendiri. Namun, ketika sampai di sana, mereka menyadari bahwa mereka hanya haus, bukan karena kurangnya air, tetapi karena terlalu banyak berharap."

Dia menurunkan kertas itu, menatap Naruto dengan mata tajam. "Jujur saja, kau benar-benar percaya ini?"

Naruto akhirnya berbicara, suaranya datar namun tidak terkesan defensif. "Ya. Kebahagiaan hanyalah efek samping dari bagaimana kita menjalani hidup, bukan sesuatu yang harus kita kejar secara membabi buta."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyudi0596, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 25

Keesokan harinya, saat istirahat siang, Naruto melangkah melewati lorong sekolah dengan tujuan yang jelas. Dia sudah memutuskan untuk mencari tahu langsung alasan Yuigahama absen dari klub relawan. Yukino mungkin enggan mengatakannya secara langsung, tetapi Naruto tahu bahwa absennya Yuigahama telah menjadi pertanyaan yang menggantung di pikirannya.

Setelah berkeliling beberapa saat, akhirnya dia menemukannya di atap sekolah. Yuigahama sedang duduk di tepi pagar, menghadap ke arah langit yang cerah dengan tatapan kosong. Angin berembus pelan, mengacak rambut jingga oranyenya, tetapi dia tidak terlihat terganggu. Justru sebaliknya, dia tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Naruto mendekat dengan langkah santai, tidak ingin mengagetkannya. “Yo,” sapanya pelan.

Yuigahama menoleh sedikit terkejut, tetapi segera tersenyum, meski senyum itu terasa samar. “Oh, Naruto… ada apa?”

Naruto menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya duduk di sampingnya, menyandarkan punggungnya ke pagar. “Aku yang harusnya bertanya begitu.”

Yuigahama mengerjap bingung. “Hah?”

Naruto tidak langsung menjawab. Dia membiarkan keheningan menggantung di antara mereka sesaat, memberi waktu agar Yuigahama bisa membaca situasi. Setelah beberapa detik, dia akhirnya membuka suara.

“Kau sudah dua hari tidak datang ke klub,” kata Naruto dengan nada datar, tetapi tegas. “Aku ingin tahu alasannya.”

Yuigahama terlihat sedikit gelisah. Dia tertawa kecil, mencoba mengalihkan suasana. “Eh? Itu bukan masalah besar, kok. Aku hanya… ya, butuh waktu sebentar. Anggap saja ini sebagai pengalihan.”

Naruto tetap menatapnya tanpa bereaksi terhadap usahanya menghindar.

Yuigahama terdiam sejenak, mungkin menyadari bahwa Naruto tidak akan mudah dikelabui. Akhirnya, dia menghela napas dan menggenggam kedua tangannya di atas pahanya, seolah-olah sedang mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

“Aku hanya berpikir… kalau aku butuh sedikit jarak,” katanya pelan.

Naruto masih menatapnya dengan tatapan penuh perhatian, menunggu agar dia melanjutkan.

Yuigahama menggigit bibirnya ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, “Setelah study tour, aku mulai merasa… aneh. Aku melihat bagaimana kau dengan Yukinon, bagaimana kau menangani semuanya dengan sangat baik. Aku mulai berpikir… mungkin aku hanya mengganggu di sana.”

Naruto mengerutkan kening. “Mengganggu?”

Yuigahama tersenyum kecil, tetapi kali ini ada kesedihan di baliknya. “Yukinon dan Hikki selalu tahu apa yang harus mereka lakukan. Kau juga… selalu punya jawaban atas segalanya. Sementara aku… aku hanya ada di sana. Aku ingin membantu, tapi terkadang rasanya aku hanya jadi beban.”

Naruto menghela napas pelan. “Jadi, kau pikir menghilang sementara akan menyelesaikan perasaan itu?”

Yuigahama menunduk. “Aku tidak tahu… mungkin saja?”

Naruto menatap langit sejenak, membiarkan kata-katanya terhenti di udara sebelum akhirnya berkata, “Itu bodoh.”

Yuigahama membelalakkan matanya, jelas tidak menyangka jawaban itu. “Hah?”

Naruto menoleh padanya, kali ini dengan tatapan lebih serius. “Jika kau merasa tidak cukup baik, maka jadilah lebih baik. Kalau kau merasa tertinggal, maka kejar. Tapi kalau kau hanya lari… kau tidak akan menemukan apa pun kecuali lebih banyak keraguan.”

Yuigahama terdiam, seolah kata-kata Naruto menusuk sesuatu dalam dirinya.

Naruto melanjutkan dengan suara lebih lembut, “Kau mungkin merasa kami selalu tahu apa yang harus dilakukan, tapi itu tidak benar. Kami hanya melakukan apa yang bisa kami lakukan dengan cara kami sendiri. Dan kau juga harus menemukan caramu sendiri… bukan dengan menghilang.”

Yuigahama menggigit bibirnya, matanya sedikit berkaca-kaca. “Tapi… aku takut.”

Naruto tersenyum tipis. “Takut itu wajar. Yang penting adalah apa yang kau lakukan setelahnya.”

Yuigahama menatapnya lama, sebelum akhirnya menghela napas panjang. Dia lalu menunduk, mengusap matanya sekilas sebelum menampilkan senyum samar.

“…Mungkin kau benar,” katanya lirih.

Naruto berdiri dan mengulurkan tangannya ke arahnya. “Jadi, kau akan kembali?”

Yuigahama menatap tangan itu selama beberapa detik, lalu bukannya menjawab, dia justru menatap langit dengan ekspresi yang sulit dibaca.

“…Entahlah,” katanya akhirnya.

Naruto mengerutkan kening. “Entahlah?”

Yuigahama tersenyum kecil, tetapi ada banyak emosi di baliknya. “Aku hanya butuh waktu lebih lama. Mungkin besok, mungkin lusa… atau mungkin aku tidak akan kembali.”

Naruto tidak segera menjawab. Dia hanya menatap gadis itu dalam diam, seolah mencoba membaca pikirannya.

Akhirnya, dia hanya mengangguk pelan. “Terserah kau.”

Naruto lalu berbalik, meninggalkan atap sekolah tanpa melihat ke belakang.

Yuigahama masih duduk di sana, menatap langit yang mulai mendung, dengan pikiran yang masih belum bisa ia pahami sepenuhnya.

Sore itu, sebelum Naruto sempat melangkah menuju Klub Shogi, dia melihat Yukino sudah berdiri di lorong dekat pintu keluar kelas. Mata gadis itu menatapnya tajam, seperti sedang menilai setiap gerak-geriknya. Dari ekspresinya saja, Naruto sudah bisa menebak bahwa Yukino tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

Saat jarak di antara mereka semakin dekat, Yukino akhirnya berbicara. “Naruto, aku ingin bicara sebentar.”

Naruto menghela napas kecil, lalu menghentikan langkahnya. “Aku sedang dalam perjalanan ke Klub Shogi. Bisa nanti saja?”

“Tidak,” Yukino menjawab cepat. “Ini tentang Yuigahama.”

Naruto mengerutkan kening, tapi dia tetap diam, menunggu Yukino melanjutkan.

“Aku bertemu dengannya sebentar tadi,” Yukino berkata dengan nada sedikit lebih pelan, namun tetap tegas. “Dia masih belum kembali ke klub, dan aku ingin tahu… apakah kau tahu sesuatu?”

Naruto menatapnya sebentar, lalu akhirnya mengangkat bahu. “Aku menemuinya saat istirahat tadi. Aku bertanya alasan dia tidak datang.”

Yukino sedikit menyipitkan matanya, jelas tidak puas dengan jawaban itu. “Dan?”

Naruto tidak langsung menjawab. Dia menimbang sejenak, sebelum akhirnya berkata dengan nada santai, “Dia bilang dia hanya butuh waktu. Entahlah, mungkin besok, mungkin lusa… atau mungkin dia tidak akan kembali sama sekali.”

Yukino terdiam mendengar jawaban itu. Untuk sesaat, ada sesuatu yang berkelebat di matanya—sesuatu yang sulit ditebak, entah itu kejengkelan atau kekhawatiran.

“Kau tidak mencoba membujuknya?” Yukino akhirnya bertanya, suaranya terdengar sedikit lebih dingin.

Naruto menatapnya, lalu menjawab dengan datar, “Aku sudah bilang apa yang perlu kukatakan. Selebihnya, itu keputusan dia sendiri.”

Yukino masih diam, seolah sedang mempertimbangkan kata-kata Naruto. Matanya sedikit menajam, tetapi ada juga sedikit kelelahan di sana.

“…Aku mengerti.” Akhirnya, dia berkata pelan, lalu mengalihkan pandangannya.

Naruto menatapnya sejenak, lalu tanpa menunggu lebih lama, dia kembali melangkah menuju Klub Shogi. Namun, sebelum dia benar-benar pergi, dia mendengar suara Yukino yang lebih lirih dari sebelumnya.

“Aku hanya berharap dia tidak pergi terlalu jauh…”

Naruto tidak menanggapi. Dia hanya terus berjalan, membiarkan kata-kata itu menggantung di udara.

Dua hari telah berlalu sejak percakapan terakhirnya dengan Yuigahama, namun gadis itu masih belum kembali ke Klub Relawan. Bahkan Yukino, yang biasanya hanya mengamati dari jauh, mulai menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran yang lebih nyata.

Naruto, yang awalnya berniat membiarkan Yuigahama mengambil keputusan sendiri, kini merasa ada sesuatu yang tidak beres. Jika ini hanya masalah kecil, seharusnya Yuigahama sudah kembali dengan senyum cerianya seperti biasa. Tapi tidak—dia masih menghilang, seakan ada sesuatu yang benar-benar menahannya.

1
Tessar Wahyudi
Semoga bisa teruss update rutin, gak apa-apa satu hari satu chapter yang penting Istiqomah. semangat terus.
Eka Junaidi
saya baca ada yang janggal, seperti ada yang kurang. coba di koreksi lagi di chapter terakhir
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」
untung bukan sayaka 🗿
Tessar Wahyudi: ah nanti terjawab seiring cerita berjalan
Nekofied「ᵛᵉʳᶦᶠᶦᵉᵈ」: walaupun masih bingung 🗿 mc nya renkarnasi atau bukan
total 3 replies
Eka Junaidi
Masih dipantau, semoga gak macet seperti karya lainnya. atau semoga semuanya bakal di lanjutkan lagi.
Eka Junaidi
Itu sinar matahari pagi atau sore, kok dia akhir Naruto menemukan dokumen Yamato hanya dalam waktu satu jam setengah. jika Naruto Dateng pagi jam setengah enam, setidaknya waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi. jadi itu adalah typo.
Eka Junaidi
mantap, semangat nulisnya bro
anggita
like👍pertama... 👆iklan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!