Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. PR PRADO
Prado menargetkan waktu tiga hari untuk Sabda menyelesaikan urusan perusahaannya. Setelahnya Sabda harus kembali ke penjara, menggantikan Torac yang sudah lelah membuka tutup topeng silicon itu. Meskipun Torac menyukai wajah ganteng Sabda dan berharap itu bisa jadi miliknya selamanya. Rupanya Torac mulai amnesia, sebenarnya wajah aslinya yang mana?
Sebelumnya anak buah Prado sudah mengamati dan menyelidiki prosentase loyalitas karyawan perusahaan Sabda. Sambil menguji, sebaik apa Sabda memimpin perusahaan itu.
"Meskipun bodoh dan naif, ternyata Sabda dihormati dan dicintai karyawannya," gumam Prado ketika melihat data yang diberikan anak buahnya.
Terbukti top pimpinan yang loyal padanya lebih banyak dan merekalah yang dipanggil untuk bertemu Sabda.
Ada beberapa top pimpinan dan karyawan yang menyeberang ke pihak Beno. Apalagi tujuannya, kalau bukan untuk menjilat dan cari muka demi mendapatkan uang dan kenaikan jabatan? Yang pasti hukuman sudah menanti mereka setelah Sabda berhasil mengambil alih perusahaan itu.
Selama tiga hari pula, Prada merengek untuk tinggal bersama Sabda. Prado tidak tega menolak permintaan Prada, tapi tidak mengijinkan Love dan Faith tinggal bersama mereka berdua. Karena terlalu beresiko, dari segi keselamatan mereka dan juga bisa merusak rencana yang sudah berjalan rapi selama ini.
Selama tiga hari itu pula, Prada dan Sabda memanfaatkan waktu mereka di sela-sela kesibukan Sabda. Mereka harus menyelesaiakn semua kesalahpahaman yang terjadi. S*x memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan pasangan suami istri. Tapi s*x saja tidak cukup untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ada.
"Prada, aku ingin bicara denganmu. Kemarilah." Sabda menepuk ranjang di sisi kanannya.
Prada yang sedang meletakkan baju ganti untuk suaminya berjalan mendekat dan naik ke atas ranjang, "Ada apa? Kau tampak serius."
Sabda memeluk Prada, lalu memandang wajah cantik istrinya itu.
"Ada apa sih? Jangan menakutiku." Prada memukul manja dadda suaminya.
"Prada, aku meminta satu hal padamu," jawab Sabda masih dengan serius menatap istrinya.
Mata Prada mulai berkaca-kaca, kawatir suatu hal buruk akan menimpa mereka. Sabda menghapus air mata istrinya dengan mengecup kedua mata itu bergantian.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Sabda memeluk dan mengelus punggung Prada.
Prada hanya mengangguk dalam pelukan suaminya. Lalu menjauh dan mendongak, menanti apa yang akan dikatakan Sabda selanjutnya.
"Maukah kau berjanji satu hal padaku?" Sabda melihat tatapan bingung di mata Prada.
"Katakanlah," suara Prada seperti tercekat di tenggorokan, karena menahan tangisnya.
"Apapun yang terjadi nanti, kau harus percaya padaku. Aku pasti akan kembali untukmu dan anak-anak kita." Sabda memeluk dan mengelus rambut istrinya.
"Rasanya aku tidak sanggup menunggu saat itu tiba. Dan apakah aku harus?"
"Prada ... Bagiku, kesetiaan adalah harga diri dan kehormatan seorang lelaki yang sesungguhnya. Percayalah padaku."
"Baiklah, aku pegang janjimu." Sabda kembali memeluk Prada, lalu mencium bibirnya mesra.
*
Sementara Prado harus menerima konsekuensi dari keputusannya itu. Ada PR tambahan untuk Prado, mengalihkan kecurigaan musuh dengan membuat alibi dan drama.
Seperti kebiasaan Prado belakangan ini, untuk menghibur adiknya, setiap akhir pekan selalu mengajak Prada keluar. Meski hanya sekedar lunch atau makan malam. Akan mencurigakan bila mereka absen melakukannya di weekend kali ini.
Prado harus memutar otak kali ini, "Apakah aku harus berkencan dengan gadis lain dan pura-pura punya pacar?"
Prado berpikir sampai keningnya berkerut dan alisnya terlihat hampir menyatu.
"Dengan begitu, mereka akan memaklumi kalau aku tidak mengajak Prada keluar. Tapi siapa gadis itu?"
Prado memang jago dalam hal strategi, tapi untuk urusan menjalin cinta dengan seorang gadis, sama sekali Prado tidak berpengalaman. Sungguh Prado dibikin pusing karena ulah duo bucin yang tak terpisahkan itu.
"Atau aku harus pura-pura melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri?" Prado menggeleng pelan, untuk saat sekarang, dirinya sedang dibutuhkan di sini.
Karena tidak juga menemukan solusi, akhirnya Prado memanggil Brown. Prado berharap anak buahnya yang sableng tapi mumpuni itu bisa memberinya solusi terbaik.
"Tuan, bagaimana kalau kita mencari peran pengganti Nona?" Brown merasa jumawa setelah kemampuannya sebagai sutradara teruji.
"Maksudmu?" Prado belum mengerti arah pembicaraan Brown.
"Akhir pekan ini, Tuan tetap melakukan kencan dengan nona Prada, tapi hanya figuran. Saya akan melakukan casting lanjutan," usul Brown dengan percaya diri.
"Hmmmm ... Mana ada yang mirip dengan adikku itu? Dia complicated, jadi bukan hanya fisik yang harus mirip. Tapi juga tingkah manjanya padaku." Prado bergidik ngeri membayangkan gadis yang tidak dikenalnya harus bermanja-manja padanya.
"Tenang Tuan, sepertinya saya sudah menemukan gadis yang cocok untuk Tuan," jawab Brown sambil mengedipkan mata.
"Apa kau bilang? Aku tidak sedang mencari jodoh!!!" Prado mulai kesal, ternyata Brown sama saja dengan Maureen, mamanya. Selalu memintanya untuk segera menikah.
"Mak ... maksud saya ... gadis yang cocok memerankan sebagai figuran nona Prada." Brown berakting gugup sambil cengengesan. Senang sekali bisa menggoda tuannya itu.
Prado memikirkan usul Brown, "Sepertinya usul Brown lebih masuk akal. Berpura-pura jadi adik lebih aman untukku, daripada berpura-pura jadi pacar, pasti buntutnya akan panjang. Apalagi kalau sampai mama tahu sandiwaraku. Mungkin aku tidak akan bisa lolos dari pernikahan dadakan."
"Jadi ... bagaimana Tuan? Saya harus segera bertindak, weekend sudah dekat. Jadi sutradara juga butuh efort lebih." Brown berakting seolah sedang sangat terbebani melakukan tugas berat itu. Padahal adegan baku tembak sudah puluhan tahun dilakoninya tanpa kesulitan yang berarti.
"Lakukan! Tapi awas kalau sampai gadis itu membuatku alergi."
"Saya akan melatihnya dan memberikan batasan-batasan padanya. Agar Tuan tetap merasa nyaman melakukan sandiwara ini. Tapi, jangan salahkan saya bila gadis itu berinisiatif melakukan improvisasi." Brown senyum-senyum sendiri membayangkan bila gadis itu menjadi sangat agresif pada tuannya nanti.
"Apakah gadis yang kau maksud benar-benar mirip Prada?" Prado jadi penasaran dibuatnya.
"Kalau mirip Prada, artinya gadis itu juga mirip denganku?" pikir Prado yang merasa tidak mungkin hal seperti itu bisa terjadi.
"Tenang Tuan, kita punya anak buah Blue yang bisa diandalkan sebagai MUA. Saya akan memintanya untuk me make over gadis itu, sehingga benar-benar mirip dengan nona Prada." Brown berusaha meyakinkan Prado.
"Aku percaya padamu, Brown."
Brown sengaja tidak mau melibatkan orang luar apalagi artis untuk urusan ini. Hal itu untuk menghindari resiko akan berita-berita hoax dan munculnya scandal yang bisa mempersulit Prado dan klan Anthony. Meskipun secara kemampuan, artis-artis itu lebih mumpuni untuk beracting sebagai Prada.
Ada beberapa kandidat figuran dan Brown sudah menyiapkan semua dengan baik. Termasuk menyiapkan perjanjian tertulis yang harus ditandatangani gadis itu sebelum menjalankan perannya.
Kira-kira siapakah gadis itu?