HOPE And PRAY

HOPE And PRAY

01. PIPA CERUTU GADING

Siang itu, di sebuah kawasan perbukitan hutan jati yang lebat dengan banyak binatang buas yang berkeliaran di dalamnya. Tak jarang binatang buas itu melintas dengan santainya di jalanan berbatu yang membelah hutan itu. Auman harimau, lolongan serigala dan lompatan monyet yang mengagetkan di sisi kaca jendela mobil yang melintas, sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi pengguna jalan yang hilir mudik melewati kawasan itu.

Kawasan itu diguyur hujan deras ketika sebuah mobil jeep berkecepatan lambat melintasinya. Sebagai pendatang yang belum pernah melintas di kawasan itu, sang sopir harus waspada dan berkompromi dengan kondisi jalanan yang licin, menanjak berbatu dan berlumut. Sedikit saja dia lengah, sudah bisa dipastikan mobil itu akan tergelincir dan terperosok ke dalam jurang terjal di sebelah kiri jalan.

Sebuah perjalanan yang melelahkan baru saja dilaluinya. Meski medan dan kondisi jalan berbatu dan tanjakan curam menghadangnya, penumpang di dalamnya pantang menyerah. Hujan sudah mereda, hanya menyisakan gerimis kecil ketika mobil itu mulai melambat dan mengambil ancang-ancang untuk berhenti.

Setelah meyakinkan diri, bahwa rumah megah setengah jadi itu yang ditujunya, mobil itu berhenti di depan pagar yang setengah terbuka. Pagar itu terbuat dari kayu jati berbingkai besi hitam dengan asesoris mur baut besar. Kesan kokoh nampak dari sana.

Seorang wanita anggun turun dari dalam mobil jeep itu. Sambil menggendong seorang bayi lelaki mungil, seulas senyum sinis terukir di bibir wanita itu.

"Rupanya di sini tempat kamu menyembunyikan diri selama ini," gumam wanita itu nyaris tak terdengar, dengan pancaran wajah dinginnya.

"Aku akan memakai cara apapun agar engkau muncul di hadapanku!"

Rintik hujan yang turun tak menyurutkan niatnya. Amarah yang sedari tadi menggelegak dalam dadanya sudah tak terbendung lagi.

Sambil melangkah memasuki pelataran rumah, wanita itu membaca situasi. Sebelum mencapai teras depan rumah, wanita itu menghentikan langkahnya. Tangan kanannya bergerak cepat meraih sesuatu dari dalam saku mantel tebalnya. Secepat kilat wanita itu mengacungkan sesuatu ke udara.

Dor ... dor ... dor ...

Terdengar tiga kali bunyi letusan senjata api. Serempak kerumunan orang di depan teras yang semula menonton kehadiran tamu tak dikenal itu membubarkan diri, berlarian tak tentu arah.

Lalu seorang gadis kecil yang berusia sekitar enam tahun tiba-tiba berlari menerobos masuk ke dalam rumah. Gadis kecil itu berusaha menyelinap di bawah celah-celah kaki seorang lelaki paruh baya yang berdiri di tengah kusen pintu. Lelaki itu berusaha menghalangi jalan masuk ke dalam rumah, untuk melindungi siapapun yang ada di dalamnya.

Gerakan tiba-tiba gadis kecil itu menghentikan wanita tadi. Dia terpaku dan berusaha menyamarkan gerakan tangannya yang sedikit gemetar.

"Beruntung aku reflek menghentikan tembakan," batin wanita itu. “Kalau tidak, aku bisa mencelakai anakku sendiri.”

Tatapan mata tajamnya ke arah mobil, membuat seorang lelaki di dalam sana mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membenyuk huruf V. Dan meski tanpa suara, dari gerakan mulutnya lelaki itu mengucapkan kata, "I'm so sorry."

Wanita itu memalingkan wajah dan kembali focus ke arah pintu, menunggu gadis kecil itu keluar.

Sesaat kemudian, dengan wajah bingung, gadis kecil tadi berlari keluar dari rumah itu, sambil mengacungkan sebuah benda ke arah wanita tadi.

"Mom, aku menemukan ini di dalam sana. Ini milik Daddy, right?"

Sebuah pipa cerutu berbahan gading gajah ada di genggaman tangan mungilnya. Sekali lihat meski dari kejauhan, wanita itu sangat yakin bahwa perkataan gadis kecil itu benar adanya. Tapi tak ada jawaban yang keluar dari bibir wanita itu.

Wanita itu menggertakkan giginya menahan luapan amarah dalam hati.

Raut wajahnya menegang, lalu dia pun berteriak, "Sabda Alam Bhirawa!!!"

Suara wanita itu menggelegar memecah keheningan yang terjadi setelah suara tembakan tadi. Sudah jadi kebiasaannya memanggil dengan sebutan nama panjang bila dia sedang merasa sangat marah dengan seseorang.

"Aku hitung sampai tiga. Kalau kau tidak muncul juga di hadapanku, aku akan menghancurkan rumah ini!" lanjut wanita itu geram.

"Aku ngga akan peduli, berapa banyak yang terluka!"

Lalu wanita itu memanggil gadis kecil tadi.

"Love, kembali ke tempatmu!" teriaknya sambil mengkode dengan mengarahkan dagu ke mobil. Sementara tatapan matanya tetap focus mengarah ke rumah itu.

Gadis kecil itu menurut dan segera berlari mendekat ke arah mobil. Lalu seorang pria yang berwajah mirip dengan wanita tadi memeluknya erat.

"Diam di sini saja bersama uncle, Love. Biar mommymu menyelesaikan urusannya," bisiknya di telinga gadis kecil itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk, tak ada rona sedih atau takut di wajah polosnya.

“Tapi Love bingung, Uncle. Kenapa ada pipa cerutu milik Daddy di dalam rumah itu? Daddy di mana, Uncle?” katanya sambil menunjukkan benda yang dia genggam erat sejak tadi. Gadis kecil itu sangat hafal dengan benda kesayangan daddynya.

Lalu gadis kecil itu menceritakan pada unclenya, apa saja yang dilihatnya di dalam rumah itu. Tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah dari tubuh bagian bawahnya dan tangis bayi berlumuran darah yang keluar dari tubuh wanita itu. Gadis kecil itu belum memahami apapun tentang itu semua, bahkan tujuan mereka datang ke tempat ini. Tapi ingatan tentang kejadian hari ini, akan selalu terekam rapi di memorynya dan ke depannya akan membawa trauma psikologis bagi gadis kecil itu.

Sambil mendengar celotehan gadis kecil itu, pria di dalam mobil tak melepaskan pandangannya dari wanita yang sedang mengacungkan senjata. Mata elangnya mengawasi setiap sudut dan pergerakan yang ada. Dia harus siap siaga dengan segala kemungkinan buruk yang terjadi.

"Kalau sesuatu terjadi padaku, bawa Love dan Faith pergi. Jangan pedulikan aku!"

Ia masih mengingat dengan jelas pesan adik kembarnya.

Lalu wanita itu mengarahkan senjata api ke arah rumah itu.

Tak ada tanda-tanda atau reaksi apapun yang terjadi dari dalam rumah itu. Semua diam terpaku dengan gemetar.

Hanya terdengar suara tangisan bayi, sesaat setelah gadis kecil itu masuk ke dalam rumah itu dan masih berlanjut sampai gadis kecil itu keluar dan kembali ke dalam mobil jeep.

Dari arah luar pintu, wanita itu bisa melihat pergerakan seorang wanita berbaju putih yang menggendong bayi merah yang masih berdarah.

"Satu ... dua ... ti ..."

Wanita itu terlihat memfocuskan pandangannya, seolah hendak membidikkan senjata mengarah pada bayi merah itu. Pancaran hawa dingin dan aura kelam di wajahnya menunjukkan bahwa ancamannya tidaklah main-main.

Belum sempat hitungan ketiga selesai, muncullah seorang pria dari arah teras samping kiri rumah.

Dor ...

Bersamaan dengan suara letusan itu, sesosok tubuh ambruk di depan wanita itu.

Terpopuler

Comments

¢ᖱ'D⃤ ̐🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ ̐мαнαяαиι🐬

¢ᖱ'D⃤ ̐🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ ̐мαнαяαиι🐬

Aduh Nama nya Bagus Terinspirasi dari mana Thor?

2024-01-27

4

⒋ⷨ͢⚤ OFF Ꮶ͢ᮉ᳟

⒋ⷨ͢⚤ OFF Ꮶ͢ᮉ᳟

mampir untuk pertama kalinya thor ☺☺

2023-12-03

4

⒋ⷨ͢⚤ OFF Ꮶ͢ᮉ᳟

⒋ⷨ͢⚤ OFF Ꮶ͢ᮉ᳟

baru baca bab pertama udah tegang aja thor

2023-12-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!