Menantu Sampah : Sang Pewaris

"Raisa, kenapa tidak menjawab pertanyaan aku?" Tristan merasa curiga apa mungkin Raisa telah jatuh cinta pada suami bayarannya itu, tapi rasanya gak mungkin, sangat mustahil jika Raisa jatuh cinta pada pria seperti Bastian.

Tristan tidak akan pernah bisa terima jika Raisa mengkhianatinya, dia memang yang mengusulkan Raisa untuk mencari suami bayaran, tapi dengan syarat Raisa tidak boleh jatuh cinta pada suami bayarannya itu dan juga jangan pernah Raisa tidur satu kamar dengan Bastian, dia tidak rela jika Bastian menyentuh Raisa.

Raisa menghela nafas sebentar. "Tentu saja aku akan bercerai dengan Bastian, karena itu adalah tujuan aku, aku menikah dengan Bastian demi mendapatkan Montana."

Walaupun akhirnya rencananya gagal karena ternyata Tuan Louis ingkar janji hanya gara-gara Raisa menikah dengan pria yang tidak selevel dan gak sederajat dengannya.

Tristan tersenyum lega mendengarnya. "Baguslah, aku hanya takut kamu jatuh cinta sama suami bayaran kamu itu. Padahal aku disini setia sama kamu, aku bekerja keras demi masa depan kita, Raisa."

"Kamu tenang saja, aku tidak akan pernah mengkhianati kamu. Aku dan Bastian hanya sebatas pernikahan kontrak." jawab Raisa, walaupun sebenarnya merasa ada sesuatu yang mengganjal ketika mengatakannya.

"Ya udah, aku sebentar lagi harus syuting, udah dulu ya sayang."

"Iya, Tristan."

Klik!

Pada Tristan ingin melanjutkan aksi panasnya dengan wanita yang ada di sebelahnya.

Setelah berteleponan dengan Tristan, Raisa pergi ke halaman belakang, dia paling merasa tenang jika duduk di tepi kolam.

Sesungguhnya dia merasa iri pada kakak tirinya, kenapa ayahnya lebih sayang pada kakak tirinya hanya dengan alasan ayahnya menginginkan seorang anak laki-laki.

Seakan dirinya merasa dianak tirikan, apalagi Tuan Louis selalu berpihak pada Amar. Saat ini hanya Bastian yang selalu ada untuknya, walaupun dia tahu Bastian selalu ada untuknya karena dia dibayar untuk itu semua.

"Raisa."

Raisa dikejutkan oleh suara Bastian, pria itu tiba-tiba saja datang kesana sambil terengah-engah karena habis berolahraga.

Pantas saja jika lengan Bastian dan badannya berotot, karena dia sering berolahraga.

"Kenapa kamu ada disini?"

"Aku hanya ingin menenangkan diri." jawab Raisa dengan datar.

Bastian mengajaknya bercanda. "Aku pikir kamu tau aku ada di sekitar sini."

"Hm jangan kepedean." Raisa masih mengatakannya dengan nada datar.

"Bukannya kamu tadi lagi memperhatikan aku di balkon kamar kamu?" goda Bastian sambil tersenyum manis.

Raisa tidak mau mengaku. "Jangan geer, buat apa kamu memperhatikan aku."

"Padahal bilang saja kalau pesonaku ini memang wah."

Bastian memang tampan, tapi tetap saja Bastian sangat jauh dari kriteria Raisa. Raisa tidak mungkin jatuh cinta pada pria seperti Bastian.

Raisa segera berdiri. "Aku sedang tidak ingin bercanda dengan kamu."

Raisa memilih pergi dari sana, namun tiba-tiba dia mendengar suara seseorang jatuh ke dalam kolam.

Byur...

Raisa segera membalikkan badan, dia kaget saat melihat Bastian kelalabakan di dalam air kolam, sepertinya dia tidak bisa berenang.

"Raisa, tolong aku!"

Raisa menghela nafas. "Jangan bercanda denganku, Bastian."

Namun sepertinya Bastian sangat kesulitan sekali untuk berenang.

"Aish..." Raisa segera berlari dan menceburkan diri ke kolam untuk menolong Bastian.

Byur...

Raisa merangkul Bastian untuk membawanya ke tepi kolam, namun pria itu malah tertawa.

"Kamu mengerjai aku?" Raisa sangat kesal sekali.

"Kamu peduli padaku, iya kan?" Bastian hanya ingin tahu bagaimana perasaan Raisa padanya.

"Tentu saja aku peduli karena kalau kamu mati, aku yang bermasalah."

"Hanya karena itu? Bukan karena jatuh cinta padaku?"

Raisa malah tertawa. "Jangan bermimpi, bagaimana mungkin aku jatuh cinta padamu. Kamu harus ingat, pernikahan kita hanyalah sementara, dan jangan pernah ada cinta diantara kita."

Bastian sama sekali tak pernah memasukan kata-kata pedas Raisa ke dalam hati. "Bagaimana kalau aku jatuh cinta padamu?"

"Aku akan memotong gaji kamu 50 persen."

"Lalu bagaimana jika kamu yang melanggar?"

Raisa mengerutkan keningnya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Gak mungkinlah kamu melanggar."

"Tapi jika kamu melanggar, bagaimana?" Bastian bertanya dengan nada menekan.

"Aku akan menaikan gaji kamu 50 persen."

Bastian tersenyum smrik. "Kalau begitu kamu harus menaikan gaji aku karena kamu sudah melanggar."

Raisa dan Bastian tak peduli dengan dinginnya air kolam, mereka masih saja saling berbincang.

Raisa tak paham, kapan dia melanggar perjanjian pernikahan kontrak mereka. "Kapan aku melanggar?"

"Waktu malam hari setelah acara ulang Montana berakhir." jawab Bastian dengan nada serius.

Raisa masih belum paham. "Aku gak ngerti maksud kamu apa, aku melanggar apa?"

Bastian menatap netra pada gadis dihadapannya itu. "Malam itu saat kamu sedang mabuk, kamu mencium aku, Raisa."

"Hah?" Raisa terkejut begitu mendengar pengakuan dari Bastian, bagaimana mungkin dia mencium Bastian.

Raisa tertawa kecil, pasti Bastian berbohong padanya. "Kamu pasti ngarang kan? Bagaimana mungkin aku mencium kamu?"

"Kamu gak ingat?" Padahal disanalah awal Bastian tergila-gila pada Raisa.

Bastian mendekati Raisa. " Baiklah kalau kamu tidak bisa mengingatnya, biar aku yang mengingatkan kamu."

Bastian meraih tengkuk Raisa, Raisa terbelalak begitu merasakan Bastian mencium bibirnya. Raisa ingin mendorong tubuh Bastian. Namun, tiba-tiba saja muncul bayangan ketika Bastian membaringkan tubuh Raisa ke atas ranjang, tiba-tiba saja Raisa menarik kerah baju Bastian, membuat bibir mereka menempel.

Raisa mengutuk kebodohannya sendiri, mengapa bisa-bisanya dia mencium Bastian. Raisa ingin melepaskan diri, tapi Bastian memeluk pinggangnya, mencium bibirnya begitu ganas.

Semakin lama perlawanan Raisa semakin terasa lemah, ciuman Bastian mampu menghanyutkan dirinya, tanpa sadar dia membalas ciuman Bastian.

Mungkin karena udara yang dingin membuat Raisa memeluk badan Bastian, ciuman mereka terasa semakin dalam dan panas.