Arawinda Bethany gadis polos dan lugu tapi dia sangat hiperaktif dan pecicilan, sikapnya yang hiperaktif dan pecicilan hanya untuk menarik perhatian sang Daddy yang membenci nya, karena gara-gara melahirkan Ara istrinya meninggal. Sampai pada suatu hari ada insiden, 'Ara berharap saat bangun nanti Ara bisa merasakan kasih sayang seorang ayah,' Ara membatin sebelum kehilangan kesadaran. Arawinda Bethany membuka matanya dan melihat orang-orang yang tidak dia kenali, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Bella bukan Ara. Ara melihat wajahnya yang berbeda dan membuat Ara bingung tapi setelahnya dia mengerti bahwa dia sedang ber transmigrasi ketubuh seorang Arabella Arshana. Arabella Arshana seorang gadis polos dan lugu sama seperti Arawinda Bethany tapi bedanya Arabella cupu dan pendiam. "Iyuhhh Ara gak suka pake kacamata. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
psikopat
Di sebuah ruangan ada seorang wanita sedang tidur, ehh ralat lebih tepatnya pingsan. Wanita itu terbangun dari pingsan nya lalu membuka mata perlahan, setelah mata terbuka sempurna wanita itu menelisik ruangan tersebut.
"Dimana ini? " bingungnya lalu mengingat-ngingat kejadian kenapa dirinya sampai di sini. "Ahhh sial, gue diculik.. " kesalnya mengingat dia dibius saat hendak memasuki mobilnya untuk pulang.
"Tapi siapa yang nyulik gue? " gumamnya bingung. Lama diam dan menatap ngeri ruangan tersebut, ruangan tersebut berbau anyer dan banyak senjata tajam disana, dan ruangan itu biasanya bukan ruangan penculikan biasa tapiii.. "Mafia kah? " wajah wanita tersebut menegang karena pemikirannya tentang mafia.
Tap
Tap
Tap
Terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan tersebut dan membuat di wanita was-was, tapi setelah melihat siapa yang masuk membuat wajahnya berbinar.
"Lima? Kamu kesini mau selamatin aku kan? Aku tau sebenarnya kamu perduli sama aku tapi kamu pura-pura cuek agar wanita-wanita yang ngejar kamu gak nyakitin aku kan, " ucap wanita itu dengan percaya dirinya.
Panglima? Ya Panglima lah yang baru saja masuk keruangan serem itu, lebih tepatnya ruangan penyiksaan. Panglima menatap datar kearah wanita yang dengan pede nya bicara bahwa Panglima menyukai nya. Panglima mendekat kearah wanita itu lalu berjongkok didepan wanita itu sambil memegang pisau kecil.
Sang wanita tidak takut karena menurutnya Panglima akan melepaskan jeratan nya dengan pisau kecil tersebut, "aku tau kamu selalu mengawasi ku dari jauh, maka dari itu sekarang kamu disini karena tau aku sedang diculik, terimakasih sudah menjagaku dari kejauhan. " ucap wanita itu dengan senyum mengembang. Percaya diri sekali besteihhh xixixi.
Panglima tertawa kecil, "gue memang ngawasin lo biar lo bisa habis ditangan gue aja jangan ditangan orang lain, " ucap Panglima menyeringai.
Alis wanita itu terangkat sebelah pertanda bingung dengan ucapan Panglima barusan, "maksudnya? " tanyanya bingung.
"Gue mau lo mati ditangan gue Clarissa Dinara. "
Deg
Wanita yang bernama Clarissa itu terkejut mendengar perkataan Panglima, lebih tepatnya perkataan dari orang yang selama ini dia kejar-kejar.
"A-pa salah a-aku Lim? " tanya Clarissa tergagap karena takut melihat seringaian diwajah Panglima.
Panglima tersenyum miring, "tangan ini yang sudah berani menyentuh gadisku. " ucap Panglima lalu menggoreskan pisau kecil itu ke tangan kiri Clarissa sehingga darah segar keluar dari tangan Clarissa.
Srett
"Aakhh, " Clarissa kaget mendapat goresan dari Panglima dan itu benar-benar perih. "Kamu lukain aku hanya karena gadis polos sialan itu? " Clarissa marah dan melupakan rasa sakit di tangan kiri nya.
"Jangan menyebut kata sialan untuk gadisku, *****.. " geram Panglima.
Clarissa tersenyum miring, "dia memang sialan karena berhasil merebut perhatian mu sampai kamu rela ngelukain aku seperti ini, tapi it's okay.. Oh yaa aku heran kenapa kamu semarah itu saat tau aku menyentuh gadis polos sialan itu, biasanya kan aku menyentuh wanita-wanita yang berusaha mendekati mu, kamu biasanya saja dan tidak berbuat seperti ini kepadaku, apa jangan-jangan gadis ehh ralat wanita polos itu sudah menyerahkan tubuhnya padamu sehingga ka... "
"JAGA BICARA MU, BITCHH.. " marah Panglima karena Clarissa menyebut gadisnya itu sudah menyerahkan tubuh nya padanya. Panglima mencengkram kuat dagu Clarissa dapat Clarissa liat mata Panglima memerah karena marah.
"Gue emang biarin lo bully wanita-wanita lain itu karena gue merasa risih dengan mereka, jadi gue merasa terbantu menyelesaikan masalah wanita-wanita itu berkat lo makanya gue gak apa-apain lo, tapi sekarang lo bully Ara, dia orang yang gue sayang.. Lo ngertii. " Panglima kembali menggoreskan pisau kecil itu di tangan kanan Clarissa.
Srett
Srett
Srett
Srett
"Aakkhh, b-berhenti Lim.. " pinta Clarissa saat Panglima masih menggoreskan pisau kecil itu. Panglima tidak mendengar kan Clarissa, dia terus menggoreskan pisau kecil itu dimana-mana, dan membuat Clarissa kesakitan dan takut.
Srett
Srett
Srett
Srett
"Sstt b-berhenti Lim, o-oke aku janji gak akan sakitin Ara lagi, t-tapi aku mohon berhenti hikss.. " Clarissa menangis karena sekarang dia benar-benar takut.
Srett
Srett
Srett
Srett
"Jangan harap, bitchh.. " desis Panglima lalu kembali menggoreskan pisau kecil itu di kaki Clarissa. Setelah selesai menggoreskan beberapa goresan di tubuh indah Clarissa kini Panglima mengambil pistol.
Clarissa yang sudah lemah hanya bisa diam dan bergetar menahan rasa takutnya. Clarissa benar-benar tidak tahu bahwa Panglima kejam dan sadis seperti mafia dan psikopat.
"Apa kata-kata terakhir lo.. " Panglima mengarahkan pistol itu ke Clarissa.
"P-psikopat.. " ucap Clarissa lemah.
Panglima tersenyum miring, "terimakasih pujiannya. "
Dor
Dor
Dor
Beberapa tembakan Panglima berikan pada Clarissa sehingga membuat Clarissa mati ditempat, "ini balasan karena sudah berani menyentuh gadisku, kalau lo sampai sakitin dia maka gue pastikan cara mati lo gak seperti ini dan akan lebih menyakitkan. " ucap Panglima menatap mayat yang ada didepan nya itu.
Panglima berjalan keluar dan saat didepan pintu ruangan penyiksaan itu Panglima berhenti. "Buat dia mengalami kecelakaan dan bakar dia bersama mobilnya agar tidak ada yang curiga. " ucap Panglima pada anak buah ayahnya itu.
"Baik tuan muda, " anak buah ayahnya itu menunduk hormat pada Panglima, setelahnya Panglima pulang dari markas tersebut.
***
Malam hari nya dikediaman Arshana.
Setelah selesai makan malam keluarga Arshana ngumpul diruang keluarga untuk menonton TV seperti biasanya sebelum mereka tidur.
(BERITA TERKINI TERJADI KECELAKAAN MOBIL, MOBIL YANG DIKENDARAI OLEH ANAK SEORANG MENTERI JATUH KE JURANG DAN MELEDAK, KEJADIAN TERSEBUT TERJADI PADA SORE HARI.)
Begitulah berita yang mereka dengar dari TV malam ini, "kasian sekali anak menteri lagi, " ucap Radella saat melihat hancurnya mobil tersebut.
"Tapi kok aneh, kenapa cuma badannya yang terbakar? Wajahnya masih terlihat jelas. " ucap Bima saat melihat jenazah anak menteri itu tersorot kamera.
"Itu kak Ica, " ucap Ara tiba-tiba saat dia melihat wajah Clarissa, yaa didalam mobil tersebut Clarissa orang yang sudah Panglima bunuh hanya karena menganggu Ara.
Bryan dan Brian hanya diam, karena mereka tau siapa pelaku atas kematian Clarissa itu, "psikopat." batin dou B tersenyum miring.
Bima menunduk dan melihat putrinya yang sedang melihat TV itu dipangkuan nya, "kamu kenal sayang? " tanya Bima.
"Hu'um, dia satu sekolah dengan Ara tapi gak sekelas. " ucap Ara lucu.
"Gak sekelas tapi kamu kenal akrab gitu? " tanya Radella bingung karena Ara terlihat sangat kenal dan akrab.
"Ara gak kenal, tapi tiba-tiba kakak itu ngajak Ara bermain disekolah tadi. " jelas Ara dengan wajah polos imutnya.
"Bermain apa sayang? " tanya Bima.
Ara mengedikkan bahunya lucu, "gak main, cuma dia ngajarin Ara berkata-kata seperti bang Lian. " seru Ara.
Radella dan Bima menaikkan alis mereka, "berkata-kata apa? " tanya Radella.
"Bangsattt." ucap Ara dengan polosnya sambil tersenyum manis karena bangga mendapat kata itu.
"Heh, " kaget Radella dan Bima.
"Hahahah, " Brian terbahak mendengar ucapan polos dari adeknya itu, sedangkan Bryan hanya terkekeh kecil.
"Terus apa lagi? " tanya Radella ingin tahu apa saja yang dilakukan anak menteri tersebut kepada putrinya.
Ara nampak berpikir sejenak untuk mengingat kejadian dia bersama Clarissa disekolah tadi, "hm kak Ica genggam dagu Ara kuat karena Ara menyebutnya bangsatt, " adunya polos.
Bima menghela nafas, Bima berpikir pasti anak menteri itu marah karena Ara menyebut nya seperti itu tapi mau bagaimana lagi putrinya itu polos dan tidak tahu makna dari kata 'bangsat' tersebut.
"Terus? " tanya Bima.
"Karena Ara sakit digenggam dagunya, jadi Ara cubit kencang. " sahutnya lagi.
Radella dan Bima menghela nafas mendengar ucapan Ara, "kamu gak apa-apa kan?" tanya Radella dan diangguki oleh Ara, "tapi lain kali gak boleh gitu lagi ya, " nasehat Radella.
"Lohh gak bisa gitu dong bun, Ara berhak melawan orang yang mau bully dia.. " protes Brian saat mendengar ucapan Radella.
"Bully? " tanya Radella dan Bima berdamaan.
Brian mengangguk dan menceritakan tentang Ara yang mau di bully itu, Radella menjadi bersalah karena sudah menegur putrinya itu.
"Kamu gak ada yang luka kan sayang? " tanya Radella.
Ara memiringkan kepala nya lucu, "luka kenapa? " tanya nya.
"Kamu gak di apa-apain kan sama kak Ica Ica itu.. " khawatir Radella.
Ara menggeleng kecil, "gak, dia cuma pegang dagu sama tangan Ara aja. " sahutnya.
"Hm kalau ada yang sakit bilang bunda ya, " pinta Radella dan Ara mengangguk lucu.
Bima sedari diam tadi hanya diam memperhatikan putrinya, pikirannya kini sama seperti pikiran Bryan dan Brian saat disekolah tadi, putri nya beda dan benar-benar berubah pikir Bima.
"Dek mau ke kamar? Abang mau ke kamar nih. " tawar Brian.
Ara mengangguk dan merentangkan kedua tangan mungilnya minta digendong, Brian terkekeh saat hendak berdiri mendekati Ara, Bryan menyenggol Brian sehingga Brian kembali terduduk dan Bryan yang menggendong Ara.
"Ck, dasar.. " decak Brian saat Ara sudah di gendongan Bryan dan berpamitan keatas kepada ayah dan bunda.
Bima dan Radella hanya terkekeh melihat itu, mereka bersyukur karena kedua anak kembar nya begitu menyayangi adek mereka, dulu mereka juga sayang tapi karena Ara dulu pendiam jadi sikembar juga diam tidak menunjukkan kasih sayang secara terang-terangan seperti sekarang.
***
"Tidur sekarang? " tanya Bryan saat mereka sudah di kamar Ara.
Ara menggeleng lucu, "Ara mau main HP dulu boleh? " tanya Ara.
Bryan mengusap lembut kepala Ara, "boleh, tapi jangan telpon ayah, bunda lagi yah.. Dan jangan lama-lama bermain HP nya. " ucap Bryan.
"Oke abang, " sahut Ara sambil tersenyum manis.
Cup
"Abang kekamar abang dulu ya.. " Bryan mencium pipi chubby Ara sambil berpamitan untuk ke kamar nya sendiri.
"Oke, papayyy abang... " ujar Ara.
Setelah pintu ditutup oleh Bryan, Ara mengambil ponselnya lalu mengirimi Susi pesan dan Bagas.
(Susi tau gak, kak Ica mati lohh,) isi pesan Ara ke Susi.
(Abang Ara mau tidur,) isi pesan random ke Bagas.
"Ihh kok gak dibales.. " Ara cemberut karena pesannya tidak dibalas, gimana mau bales pesannya aja belum dibaca dan hanya centang satu, Ara mana paham maksud dari itu.
Karena kesal tidak ada yang membalas pesannya Ara meletakkan ponselnya di nakas dan merebahkan dirinya.
Drrt drrt drrt
Baru saja Ara hendak memejamkan matanya ponselnya berbunyi dan Ara mengambil ponsel itu dengan senang.
"Woahh HP Ara bunyi, " Ara malah kagum dengan ponsel nya yang berbunyi dari pada melihat siapa yang menelpon nya. Setelah kagum Ara melihat siapa yang menghubungi nya itu.
"Bang Limaaa, " seru Ara langsung setelah panggilan video itu dia angkat.
***
Panglima terkekeh melihat wajah wajah ceria gadisnya itu, "belum tidur hm? " tanya nya menatap layar ponsel nya itu.
"Ara tadi udah mau tidur, terus dengar HP Ara bunyi jadi Ara gak jadi tidur.. "
"Mau tidur sekarang? " tanya Panglima.
"No, Ara mau liat bang Lima. "
Panglima tersenyum, "kenapa pengin liat wajah abang? ".
"Bang Lima ganteng hihi. "
Wajah Panglima memerah karena tersipu dan dapat Panglima lihat Ara cekikikan seperti biasanya jika dia menyebutkan kata cantik atau ganteng.
"Gadis nakal, " ucap Panglima.
Diseberang telpon sana Ara melotot kan matanya saat mendengar ucapan Panglima, "no, Ara gak nakal. " garang nya.
"Kamu nakal, " jahil Panglima, sungguh dia sangat gemes dengan Ara.
Ara cemberut, "Ara ngambek sama bang Lima. " ucap nya.
Tut tut tut
Panggilan video dimatikan oleh Ara, Panglima hanya terkekeh melihat wajah kesal gadisnya. "So cute little girl, " gumam Panglima sambil tersenyum lebar.
Mungkin yg di uji Soal anak Tk 😅