NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:914
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18 Di kamar Lucien

Hari silih berganti, kini malam pun tiba. Tiada bulan, tiada bintang, langit diselimuti awan hitam yang sangat tebal. Jalanan masih dilintasi beberapa kendaraan, walaupun keramaiannya tidak terlalu memadati jalan. Pukul sudah menuju tengah malam, di salah satu gedung pencakar langit masih tampak beberapa ruangan dengan cahaya lampu yang menyala.

Seperti pada ruangan yang menarik perhatian itu, hanya tertutup jendela kaca bening tanpa tambahan gorden sehingga terlihat jelas dari kejauhan aktivitas penghuni didalamnya. Seorang gadis dengan rambut yang dicepol berantakan tengah berkutat diantara tumpukan buku diatas mejanya. Berjam-jam ia gunakan untuk meresapi satu persatu buku, dengan berbagai makna dan tujuan didalamnya.

Namun, nyatanya tubuh yang terbiasa untuk selalu belajar itu juga perlu rehat sejenak.

Dalam balutan piyama pink yang berlengan pendek dan bawahan sepanjang atas lutut, ia membangkitkan tubuhnya. Kedua tangannya terangkat saling bertaut, perlahan merenggangkan tubuh hingga kakinya berjinjit.

"Piiwhh." Liliana menatap keluar jendela, cahaya gemerlap yang dihasilkan oleh gedung gedung pencakar langit itu sejenak menarik perhatian dirinya.

Kaki jenjangnya bergerak maju, menuju balkon. Dari berdirinya saat ini, ia dapat menatap lebih jelas ke dunia luar, dunia yang terus berjalan dengan berbagai hal yang terjadi. Udara dingin mulai menyapa kulitnya yang tak tertutup, berusaha mengurangi hawa dingin ia menarik tangannya untuk saling mengusap.

Tinggal disalah satu gedung tertinggi membuat keadaan sangat terasa perbedaanya, hidup mulai berjalan lebih ringan. Itulah yang dirasakan Liliana setelah ia resmi menjadi istri sah Lucien dihadapan publik. Namun, semua kemudahan tidak akan mungkin bertahan lama, mengingat kembali pada kontrak yang telah ditetapkan dalam jangka satu tahun, dimana setelah itu kehidupan mereka berdua akan terpisah.

Dan saat hari itu tiba, hanya ada dua pilihan pada hidup, entah hidup setelah itu akan lebih baik atau malah lebih buruk. Tergantung pada usaha Liliana mulai saat ini.

Sebaik mungkin ia pergunakan posisi nya sebagai istri Lucien tersebut untuk lebih berkembang, yang nantinya akan memberi dampak baik bagi kehidupan Liliana setelah ini.

Tatkala tengah memikirkan hal itu, pandangan jatuh pada area yang berada di paling bawah apartemen. Tak terlihat apapun kecuali jalanan yang dihiasi lampu, aktivitas pun sudah tidak ada. Kini gelap menyelimuti wilayah tersebut tetapi Liliana memahami posisi dimana menjadi paling bawah bukanlah keinginannya, dan itu sangat menyusahkan.

Beberapa menit ia habiskan untuk menikmati udara malam dengan beban pikiran yang cukup berkurang untuk sejauh ini.

Liliana kembali masuk, menarik dua sisi jendela sampai tertutup dilanjut menggeser gorden pink sampai ke ujung sisi lain. Langkahnya kembali ke meja tempat semula, sejenak tubuhnya bergeming. Matanya melirik kearah jam weker yang berdiri diatas nakas, pukul 01.00 Waktu Indonesia Barat.

Hening, ia baru menyadari jika tidak ada suara apapun dari luar kamarnya. Bersamaan dengan mengingat Lucien, pikirannya melayang jauh saat dimana ia mendengar kabar bahwa Aehara corp masih berdiri, bahkan kini ia termasuk yang memimpin.

Liliana merebahkan tubuhnya di atas kasur, matanya menatap langit langit kamarnya, seraya bergumam, "Lucien Dravenhart, aku jadi mulai terpikirkan bagaimana orang itu bisa memanipulasi publik dengan menyatakan Aehara corp masih bangkit—"

"Bahkan perusahaan itu ada, papan namanya pun jelas, begitupun juga karyawan juga seragamnya..."

Liliana mulai membayangkan satu persatu kemungkinan yang bisa dilakukan pria itu.

"Yang pasti ia sudah merencanakan untuk mengambil hak paten Aehara dari jauh-jauh hari— tapi bukankah tidak mungkin dalam waktu dua hari perusahaan Aehara corp sudah berkembang," ucapnya terhenti diikuti kerutan di keningnya. Liliana memikirkan sesuatu yang hanya diketahui oleh dirinya.

"Atau satu yang paling memungkinkan—"

Liliana segera bangkit dari tidurnya, tidak mungkin gadis itu menyia-nyiakan perusahaan yang dibangun dari peluh serta kerja keras ayahnya. Katakan ia terpaksa, tetapi ia tidak putus asa dalam merebut kembali apa yang harusnya menjadi milik Montclaire.

Sebelum menyentuh gagang pintu, ia menarik napas terlebih dahulu. Pasalnya rencana kali ini melibatkan ketegangan tubuh yang maksimum dan keberlanjutan perasaan was-was disertai debaran jantung yang diperkirakan akan sangat mengacaukan pikiran.

Pintunya perlahan terbuka, untungnya tidak menimbulkan suara decitan seperti pintu kamarnya dulu. Setidaknya Lucien tidak menyadari keluarnya. Dengan langkah mengendap-endap ia keluar dari kamar, kepalanya mendongak, matanya menelisik disetiap sudut yang bisa saja terpasang sebuah kamera pengawas pergerakan.

Usai merasa aman ia melangkah pada pintu kamar yang berada tepat dihadapannya, mengingat waktu sudah sangat larut kemungkinan besar bahwa pria itu sudah meniti jauh dunia mimpinya.

Dengan beraninya ia membuka pintu kamar Lucien, matanya langsung disuguhi oleh interior kamar yang sangat sederhana dengan nuansa hitam serta abu-abu.

Kali ini jiwa perfeksionis dalam diri Liliana seolah meraung-raung ingin keluar, setelah melihat keadaan berantakan dikamar pria itu. Selimut yang tidak tertata diatas ranjang dengan hiasan buku-buku terbuka diatasnya, lalu tumpukan kertas yang tinggi hingga beberapa menyapa lantai di area meja kerja disamping tempat tidur.

Tidak ada Lucien disana.

Liliana semakin dalam memasuki kamarnya, saat berbalik menutup pintu telinga nya menangkap gemericik air shower dari arah kamar mandi, Lucien tengah mandi dimalam hari.

Ia bergeming sejenak, haruskah ia melanjutkan misinya?

Sepertinya Liliana memilih untuk melanjutkan, ia melangkah tanpa suara menuju meja kerja Lucien, mengambil beberapa kertas sembari ia baca cepat untuk mempersingkat pencarian.

Cukup dalam dua puluh menit untuk dirinya mencari cari sesuatu yang penting untuknya. Tetapi nihil. Sebelum didetik-detik akhir tangannya tanpa sengaja meraih sebuah cek berwarna . Namun, belum sempat terbaca pintu kamar mandi membunyikan suara terbuka.

Lucien keluar dalam balutan handuk kimono pria miliknya, ia melangkah menuju meja kerja. Beberapa detik ia menghentikan langkahnya, melihat kearah pintu kamarnya. Lucien pergi mengunci kamar yang kemudian memasukkan kuncinya kedalam saku handuk.

Sementara dibawah ranjang king size milik Lucien, Liliana harus berperang dengan banyaknya jaring laba-laba yang menempel dibagian tubuhnya. Dengan tangan yang masih menggenggam cek itu ia berusaha mendiamkan dirinya. Hanya berharap hingga besok pagi ia bisa keluar dengan selamat.

Bertahan selama beberapa menit disana membuat Liliana merasa sangat tidak nyaman, matanya bergerak kesana kemari hingga tampak disisi kirinya, Lucien duduk dimeja kerja, bunyi dentingan keyboard mengudara diruangan sunyi itu.

Sampai-sampai rasa kantuk mulai menyerang Liliana begitu kuat, matanya perlahan terpejam tetapi dibeberapa detik berikutnya kembali terbuka. Sekuat tenaga ia berjaga dibawah sana hingga tertidur tanpa sadar.

Sedangkan disudut pandang lain dengan ruangan yang sama, Lucien melirik kearah bawah tempat tidurnya. Masih dengan tertuju pada area tersebut, tangannya meraih kacamata bulat itu untuk dilepaskan.

Matanya mulai memicing, ia merasa aneh. Entahlah, hanya saja sedari kakinya menginjak kembali keruangan. Penciumannya merasakan hal baru diruangan ini, begitupun saat ini ia merasa perlahan bau khas seseorang mulai menggelitik hidungnya.

Lucien beranjak pergi dari kursinya, ia mendekati area bawah mejanya. Sedikit merendahkan tubuhnya untuk dapat melihat dengan jelas.

Usai memperhatikannya Lucien tersenyum, dibawah cahaya remang diantara kegelapan dibawah ranjang dan pencahayaan lampu kamar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!