~Menikah karena cinta itu indah. Tapi bagaimana jika menikah karena wasiat?~
Raga Putra Mahesa tak pernah menyangka, amanat terakhir dari almarhum ayahnya akan menuntunnya ke pelaminan—bukan dengan wanita pilihannya, melainkan dengan Miky Cahya Murni. Gadis 19 tahun yang terlalu cerewet, terlalu polos, dan terlalu jauh dari bayangannya tentang seorang istri.
Apalagi … dia masih belum selesai berduka. Masih hidup dalam bayang-bayang mendiang istrinya yang sempurna.
Miky tahu, sejak awal dia bukan pilihan. Dia hanya gadis culun dengan suara cempreng, langkah kikuk, dan hati yang terlalu mudah jatuh cinta pada sosok lelaki dingin yang tak pernah memberinya tempat.
“Dia mencintai mendiang istrinya. Aku hanya bayang-bayang.” – Miky
“Menikahimu adalah kesialan bagi saya!” – Raga.
Di tengah usaha Miky dalam mengejar cinta Raga, sebuah rahasia terungkap. Rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Raga.
Mampukah Miky bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Atau akankah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia di Balik Lantai 2
"Kamar kita yang mana, Mas Ganteng?" Miky mendongakkan kepala, meneliti pintu-pintu yang ia lihat saat mereka sudah berada di dekat tangga menuju lantai dua.
Disaat yang bersamaan, seorang pembantu bertubuh gemuk melintas. "Bik Yeyen, tunjukkan kamarnya! Saya mau ke atas menidurkan Fika." titah Raga.
Wanita gemuk berumur lima puluhan itu mengangguk patuh. "Mari saya antarkan, Nyonya," ajak buk Yeyen ramah.
Kening Miky mengernyit, garis-garis halus muncul bercampur raut bingung. Kepalanya menyalakan alarm bahaya. Apa kisah pernikahannya seperti cerita di novel-novel bertema angst yang sering dibacanya? Tidak!!! Batin Miky berteriak lebay.
Miky menarik kecil ujung jaket suaminya dengan menengadah menatap wajah pria arogan pria itu.
"Mimi tidul cama Fika saja, cama papi juga," ajak bocah berambut pendek bak Dora itu dengan semangat. Mata bulatnya berbinar cerah menatap ke arah Miky dan papinya secara bergantian.
Kepala Miky mengangguk cepat, setuju sekali dirinya akan ide anak sambungnya yang menggemaskan.
"Mimi mau," kata Miky tersenyum senang seraya menatap bocah dalam gendongan Raga.
Namun, seketika senyum lebar itu luntur saat mendapat lirikan tajam dari Raga.
"Tidak boleh!" sergah Raga tak terbantahkan.
Wajah Fika cemberut mendapatkan penolakan dari papi-nya. Raga memalingkan wajah dari wajah kecewa sang putri, kemudian melenggang pergi menaiki tangga sambil menggendong Fika tanpa mempedulikan perasaan Miky.
"Maaf, Nyonya. E-eem h-hanya ... tuan dan nona Fika yang boleh tidur di lantai dua, tidak ada yang boleh ke sana kecuali bibi untuk berberes," ucap Yeyen gugup, pasalnya ia kasihan melihat nyonya barunya harus mengalami hal ini saat menjadi pengantin baru.
Miky yang hampir melupakan keberadaan sosok lain di sebelahnya sontak menolehkan kepala. "Kenapa tidak boleh? Memangnya ada apa di atas sana?" Mata Miky memicing penuh penasaran.
Bi Yeyen meneguk ludah dengan susah payah, tenggorokannya terasa tercekat. "A-anu bibi tidak tau, Nyonya," jawabnya dengan kepala tertunduk.
Miky menghela napas panjang, dirinya tak percaya atas jawaban bi Yeyen. Akan tetapi, ia mengerti posisi wanita itu yang serba salah.
Miky mengangkat kedua bahunya. "Ya sudah deh, nanti Miky cari tau sendiri."
"Mari bibi antar ke kamar," ajak bi Yeyen sambil mengangguk sebagai bentuk kesopanan.
"Iya, Bi— Eh pak Jarwo!" teriak Miky seraya melambaikan tangan saat melihat kehadiran Pak Jarwo. "Makasih udah bawain koper Miky, Pak Jarwo," ucap Miky setelah menerima kopernya.
Kepala pak Jarwo mengangguk kecil. "Sama-sama, Nyonya. Saya pamit dulu, permisi."
Pak Jarwo melenggang keluar dari rumah milik Raga untuk kembali berjaga di pos.
"Biar bibi saja yang bawa, Nyonya," tawar bi Yeyen.
Miky mengibaskan sebelah tangannya seraya memasang senyum lebar. "Nggak usah, Bi. Miky cewek strong kok. Ini mah ringan," ucap Miky menunjuk ke arah koper besarnya.
Bi Yeyen mengangguk saja tanpa bantahan. Akhirnya bi Yeyen menunjukkan sebuah kamar yang terletak tak jauh dari kamar bi Yeyen.
Miky menggaruk kepalanya saat bi Yeyen berhenti di sebuah kamar em .... yang lebih mirip dengan kamar pembantu?
"E-eem, a-anu maaf, Nyonya. Ini kamar nyonya d-di sebelah kamar saya," ucap bi Yeyen terbata. Raut wajahnya menunjukkan kesungkanan yang teramat besar. Salahkan saja Raga—tuannya yang memberikan titah sekejam ini padanya.
Miky mengabaikan bi Yeyen sejenak, dengan rasa penasaran ia langsung menekan handle pintu, lalu mendorongnya hingga pintu terbuka lebar.
Mata Miky terbelalak lebar, sontak satu tangannya yang memegang koper mengepal. Diperhatikannya kamar dengan kasur kecil yang hanya cukup ditempati satu orang serta satu kipas angin. Tak hanya itu, gerakan mata Miky bergulir ke sudut kiri, tempat di mana terdapat sebuah lemari box pakaian dari plastik yang terdiri dari lima rak.
Seketika hati Miky meradang, belum lama ia berada di kamar ini. Namun, keringat sudah membanjiri wajahnya.
Miky mendengus kesal, lalu menoleh ke belakang. Dilihatnya bi Yeyen yang menatapnya dengan pandangan kasihan. Miky sungguh tidak suka dipandang seperti itu, ia tidak suka dikasihani!
"Tidak ada AC atau toilet di dalam kamar mandi, Bi?" tanya Miky.
Bi Yeyen menelan ludah sebelum menjawab pertanyaan dari nyonya barunya. "E-eh tidak ada, Nyonya. Kamar mandi kita ... ah mak-maksud bibi kamar mandi ada di dekat dapur."
Lagi-lagi Miky hanya bisa menghela napas berat. Jelas sekali semua ini direncanakan oleh suaminya yang arogan namun sialnya tampan.
"Kalau di kamar tamu ada AC dan kamar mandinya, Bi?"
Seketika wajah bi Yeyen ikut berkeringat. Wanita paruh baya itu seakan mendapat pertanyaan mematikan dari Miky.
"I-itu k-kata tuan Raga ... nyonya tidak boleh menggunakan kamar lain selain kamar ini," jawab bik Yeyen setelah itu langsung menundukkan kepala dalam.
Mendengar jawaban bi Yeyen membuat Miky sangat-sangat kesal. Ia mengepalkan kedua tangan lalu menghentakkan satu kaki ke lantai. "Ih nyebelin banget sih mas ganteng! Miky sumpahin bokongnya kutilan!"
Bi Yeyen langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara nyonyanya. Ia pikir nyonyanya akan menangis.
"Makasih ya, Bi Yeyen. Ya sudah deh Miky tidur di sini aja." Miky bersuara lemas disertai raut wajah kesal yang kentara.
"Kalau ada apa-apa panggil bibi saja ya, Nyonya. Bibi ke dapur dulu mau siap-siap untuk masak makan sore nanti, permisi," pamit bi Yeyen.
Miky mengangguk membiarkan wanita yang sudah membantunya itu pergi. Ia pun menggeret kopernya masuk dengan malas-malasan, kemudian menutup pintu dengan sedikit bantingan, biar saja pintunya roboh sekalian!
Miky mendorong kopernya ke sudut dinding dengan kasar dalam ajang melampiaskan rasa dongkolnya.
Ia pun berjalan tiga langkah. Kini ia berdiri di dekat jendela yang berada di dekat kepala ranjang, jendela panjang yang mengarah langsung ke arah taman. Ya setidaknya tempat ini tidak seburuk itu.
Miky memandangi taman yang didominasi dengan tumbuhan bunga mawar merah. Bunga-bunga itu terlihat sangat terawat. Apa Raga menyukai bunga mawar merah?
"Jadi rindu rumah. Kangen sama bang Miko. Pasti mereka kesepian karena nggak ada aku," gumamnya bersuara lirih.
Sesekali tangannya mengusap keringat yang membasahi kening. Tempat ini begitu panas baginya yang terbiasa dengan ruangan ber-AC.
"Cari angin ah, kalau lama-lama di sini bisa jadi udang rebus aku huh!"
Miky bergegas keluar dari kamarnya. Ia berjalan santai yang entah kenapa kakinya malah berbelok ke arah tangga.
"Bukankah larangan adalah perintah?" Miky mengetuk-ngetuk dagu dengan jari, tak lama senyum jahilnya muncul. Kepala Miky mengangguk antusias. "Ya! Larangan dibuat untuk dilanggar, hehehe."
Sebelum menaiki undakan anak tangga kedua, Miky celingak-celinguk, kepalanya bergerak ke sana dan ke mari untuk memastikan situasi. Dirasa aman, ia langsung saja melangkah lebih jauh.
Miky melangkah dengan semangat melewati setiap anak tangga sampai-sampai ia tak menyadari ada sosok tinggi nan tegap berwajah dingin tengah menatapnya tajam.
"Berhenti!"
Jder!
Bersambung ....
Wadoh, gimana tuh nasib e si Miky?😱😱😱 jangan-jangan mau dijadiin dirujak sama Mas Raga💃💃💃 au ah Othor kabur aja, yang mau ikutan ayo naik odong-odong sama Othor 🏃🏃🏃🏃🏃🏃
jedeeerrrrrr
sambungin lagu thor
zigizaga zigi to zaga zigzig to zagzag
welcome to our family