Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17
Ahen datang ke ruang makan sambil membawa tas kerjanya dan meletakkannya di kursi, kemudian ia duduk di kursi sebelahnya.
Masakan yang sudah siap pun dihidangkan. Alena duduk di sebelah Ibunya dan mengambil piring.
"Duduk di samping suamimu."
Alena menghela napas pelan.
"Iya, Ma. Aku kan kangen sama Mama jadi pengen duduk sama Mama."
"Dasar." Ibu Alena menoel paha Alena, Alena pun pindah duduk di samping Ahen.
Ahen tersenyum.
"Makasih makanannya, Ma." ucap Ahen.
"Sama-sama."
Ahen mengambil centong nasi namun dihalangi Ibu Alena.
"Alena." panggil Ibu Alena dan memberi kode dengan arahan matanya agar Alena yang mengambilkan nasi untuk Ahen.
Alena dengan senyum terpaksanya pun menuruti kemauan Ibunya, ia mengambilkan nasi dan meletakkannya di piring Ahen. Tidak lupa ia juga mengambil lauk dan juga sayur.
"Demi kamu Mama sekarang nggak suka pedes, nggak segila dulu. Jadi habiskan ya." ucap Alena.
Mereka bertiga menyantap makanan di meja sambil sesekali mengobrol ringan. Setelah selesai sarapan, Alena mengantar Ahen sampai ke mobil.
"Kerja ke kantor apa ke toko?" tanya Alena.
"Tumben nanya." celetuk Ahen.
"Ya kepo dikit. Nanti kalau ditanyain Mama kan aku bisa jawab."
"Ke kantor. Mungkin nanti malam ke toko." jawab Ahen sambil memasukkan tas kerjanya ke dalam mobil, setelah itu ia juga masuk ke dalam mobil.
"Ya udah. Hati-hati." ucap Alena.
"Tumben."
Alena memicingkan mata, saat mobil sudah dinyalakan, Alena langsung masuk ke dalam rumah.
"Mama, jalan-jalan yuk. Jalan kaki keliling rumah aja cari angin." ajak Alena.
"Iya." Ibu Alena setuju.
"Tapi apa kakimu nggak sakit?" tanya Ibu Alena.
"Udah nggak terlalu sakit kok, Mah. Dari tadi aku jalannya cuma pincang dikit. Habis ini sembuh total." jawab Alena sambil tersenyum.
Mereka berjalan santai di dekat rumah saja.
"Uang kelapanya udah cair?" tanya Ibu Alena.
"Masih cair setengah, pak Andi belum ngabarin lagi." jawab Alena.
"Berarti sisa 20 jutaan masih?"
Alena mengangguk.
"Coba kamu hubungi lagi. Kebiasaan molor. Mama saranin kamu cari pengepul lain aja, len. Di pak Andi itu harganya terlalu murah. Masa 1 bijinya 3000 doang?."
"Gimana ya, Ma. Mau ganti pengepul nggak enak sama pak Andi. Dia kan baik, pernah nolong kita juga saat harga kelapa lagi anjlok, dia masih naikin harganya ke kita."
"Ya tapi kan itu udah 10 tahun lalu, Len. Sekarang harga kelapa loh udah naik, pak Andi malah masih pakai harga 3.000, itu kan harga yang dia kasih ke kita 10 tahun lalu. 10 tahun tetep pakai harga 3.000. Naik 100 rupiah juga enggak."
"Nanti deh aku pikirin lagi, Ma."
"Iya. Nanti Mama bantu cari pengepul lainnya yang harganya lumayan."
Alena mengangguk. Setelah 15 menit berjalan, mereka memutuskan pulang. Alena masuk ke kamar dan mengambil handuk, ia ingin mandi untuk menghilangkan keringat di tubuhnya. Setelah mandi, ia duduk di depan meja rias dan bersiap memakai skincare-nya. Saat akan mengambil serum, Alena melihat HP Ahen ketinggalan.
Dengan cepat Alena meraih Hp itu.
"Maaf, ya. Izinnya kapan-kapan." ucap Alena.
Alena heran ketika menghidupkan layar HP dan mengusapnya.
"Lah, nggak di kunci."
Alena melihat aplikasi WhatsApp Ahen ada dua. Ia ingat Ahen menonaktifkan waktu terakhir Online, jadi dia tidak akan ketahuan jika membuka aplikasi hijau itu.
"Chatnya sepi, mana nomerku dikasih nama Istri Kedua."
"Ya nggak salah sih, tapi kesannya aku kayak adik madu."
Alena pun masuk ke chatnya dan mencari kontak seseorang, setelah itu ia mengirimnya ke nomernya dan menghapus jejaknya. Setelah selesai, ia meletakkan kembali HP itu di tempat semula. Tidak berselang lama terdengar suara mobil yang datang, Alena melihat dari jendela kamarnya.
"Kebetulan banget dia pulang." ucap Alena
Ahen keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
"ceklek'
Ahen membuka pintu kamar dan mendapati Alena sedang sibuk mengeringkan rambutnya di dekat jendela.
"Kenapa balik?" tanya Alena.
"Ada yang ketinggalan." jawab Ahen, lalu ia mengambil HP miliknya di meja rias.
Ahen menyalakan layar HP dan terlihat jari jempolnya sedang mengusap layar.
"Oh, HP-mu ketinggalan?" tanya Alena
"Iya." jawab Ahen.
"Oh iya, makasih ya martabaknya." ucap Alena.
"Hm, sama-sama."
Ahen pun pamit kembali untuk melanjutkan pekerjannya yang ia tunda gara-gara harus pulang untuk mengambil HP-nya.
Malam hari pun tiba, sekitar pukul 7 malam, Ahen menghubungi Alena dan mengatakan ia akan lembur di kantor dan pulangnya mampir ke toko untuk mengecek karyawannya yang sedang lembur juga.
"Mungkin aku pulang jam 12 malam." ucap Ahen di seberang telpon.
"Iya."
Alena pun mengakhiri panggilan.
Dengan jantung yang berdebar-debar, Alena mencoba mengirim pesan melalui WhatsApp pada kontak yang ia ambil dari HP Ahen tadi.
Alena kembali menelpon Ahen.
"Kenapa?" tanya Ahen.
"Aku mau jalan sama temen, mau ke mall mumpung masih jam segini. Pacarnya temenku mau ulang tahun, jadi dia mau nyari hadiahnya buat cowoknya itu."
"Minta jemput saja ke temanmu itu. Kamu kan belum bisa bawa mobil sampai kakimu pulih."
"Aku bawa motor aja."
"Ya."
Ahen tidak melarang Alena terlalu jauh, apalagi Alena yang keras kepala tentu akan menolak perintah Ahen.
"Ma, Alena keluar dulu ya bentaran."
"Duh, kaki kamu itu loh."
"Tenang aja, Ma. Bawa motor kok, bukan mobil."
"Ya udah, tapi jangab malem-malem pulangnya."
"Iya, Ma."
Alena mencium punggung tangan Ibunya dan pergi ke garasi.
****************
Tentu Alena berbohong tentang temannya, kini Alena sedang duduk di cafe di pusat kota. Lokasi ini cukup jauh dari tempat kerja Ahen yang ada di perbatasan kecamatan sebelah.
Alena duduk sambil terus meremas jari-jemarinya, jantungnya berdegup kencang menunggu kedatangan orang yang diajaknya bertemu malam ini. Beberapa kali Alena juga mengatur napasnya.
"Maaf, aku lama ya?." terdengar suara laki-laki yang diajaknya bertemu.
Alena yang tadinya menunduk lalu mengangkat kepala saat orang itu datang.
"Nggak masalah." ucap Alena dengan nada datar, namun tidak bisa dipungkiri saat ini hatinya terasa campur aduk.
"Len..." panggil Ali.
Ali adalah orang yang diajak bertemu malam ini oleh Alena, Alena pagi tadi juga mengirim kontak Ali dari HP Ahen dengan tujuan ini.
"Aku minta maaf karena harus ngajak ketemu, aku nggak bisa nanya hal ini di WA tadi, soalnya aku pengen tau langsung dan bisa tau reaksimu pas aku tanyain hal ini." ucap Alena.
Ali tersenyum penuh haru, ia memandangi wajah Alena yang sekarang semakin menawan.
"Denger nggak?!"
Pertanyaan Alena membuyarkan lamunan Ali.
"Iya. Jadi kenapa kamu mau kita ketemu? Apa kamu udah maafin aku?"
"Ngimpi."
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅
prosotan pake kumis geli dong🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️