Sequel dari novel Pesona Ayah Mertua.
Terpaksa menikah dengan Uncle Dom yang super dingin datar, membuat Emily merasa seperti tokoh protagonis wanita yang ada di dalam novel yang berperan menjadi istri yang tidak di inginkan oleh suaminya sendiri.
Penasaran dengan kisahnya? Jangan lupa subscribe agar kalian tidak ketinggalan pemberitahuan update Novel ini.
Follow IG emak @Thalinda Lena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
Emily menenangkan detak jantungnya yang berdegup dengan kencang.
Setelah merasa tenang, ia segera keluar dari ruang ganti. Akan tetapi, jantungnya yang sudah tenang kini kembali berdegup semakin kencang saat melihat Dom duduk bersandar di tempat tidurnya, di tambah lagi Dom masih bertelanjang dada memperlihatkan dada bidang dan roti sobek yang begitu menggoda.
"Ya Tuhan. Mata suciku," batin Emily, tapi rasanya ia ingin menggigit roti sobek itu.
"Kamu sudah selesai?" Dom menoleh sambil tersenyum saat melihat penampilan Emily yang terlihat menggemaskan.
Hadehhh, panas ya bestie 🥵🥵
"Hah, i-iya," jawab Emily dengan gugup, kemudian ia menatap Dom seraya tersenyum tipis.
Dom beranjak dari duduknya, menghampiri Emily yang berdiri tidak jauh dari tempat tidur.
"Apakah kamu tidak panas dengan rambut terurai seperti itu?" Dom semakin berjalan mendekat, pria itu mengambil ikat rambut dari kantong celananya.
"Aku bisa sendiri," tolak Emily saat Dom berdiri di belakangnya ingin mengikat rambutnya.
"Jangan menolaknya," ucap Dom datar lalu mengikat rambut Emily.
"Baiklah." Emily pasrah membiarkan pria tua itu mengikat rambutnya.
Sepertinya insiatifnya ingin mengikat rambut Emily adalah keputusan yang salah. Lihatlah saat ini Dom terlihat seperti vampir saat melihat leher jenjang yang putih dan mulus itu. Dom menghentikan gerakan tangannya, kedua matanya mengerjap berulang kali, hasratnya untuk mengecup leher Emily semakin besar.
"Uncle kenapa lama sekali?" tanya Emily.
"Eh, rambutmu bau sekali! Ini ikatlah sendiri! Dasar jorok!" ucap Dom beralasan, kemudian menyerahkan ikat rambut yang di tangannya kepada Emily. Lalu ia segera keluar dari kamar tersebut sebelum ia kehilangan akal sehatnya.
"Hah, bau?" Emily mengambil beberapa helai rambutnya kemudian menciumnya. "Harum strobery" gumam Emily.
"Dasar pria tua aneh!" kesal Emily, lalu membuang ikat rambut yang ada di tangannya dengan asal.
*
*
*
Dom mengusap dadanya berulang kali ketika sudah berada di luar kamar Emily. Bertepatan dengan Dante yang kebetulan akan ke kamar putrinya. Ia mengernyit heran saat melihat Dom bertelanjang dada.
"Dom, apa yang kamu lakukan di kamar putriku?!" tanya Dante dengan nada dingin.
"Apa? Aku tidak melakukan apa pun," jawab Dom jujur.
"Aku tidak yakin dengan ucapanmu! Kamu pasti mencari kesempatan dalam kesempitan! Dasar bajingan!" umpat Dante, penuh emosi.
"Hei, aku sudah berkata dengan jujur. Kenapa kamu malah menyudutkanku?!" Dom mulai terpancing emosi.
Mendengar suara keributan di luar kamarnya. Emily pun segera keluar dari kamar dan melihat apa yang terjadi.
"Kalian kenapa membuat keributan di sini?!" tanya Emily kepada dua pria dewasa itu.
"Lily, apa yang sudah di lalukan Dom kepadamu?" tanya Dante keapda putrinya.
Emily terdiam, ia berpikir jika ayahnya saat ini sedang bercanda. Maka dari itu, ia mempunyai pikiran untuk mengerjai Dom.
"Oh, Uncle Dom melakukan sesuatu yang—"
"Sesuatu yang apa?!" sentak Dante.
Melihat ayahnya marah seperti itu, Emily tersadar jika Danta saat ini tidak main-main.
"Tidak, bukan apa-apa. Aku hanya bercanda, Dad." Emily menjawab sambil menatap Dom yang juga tengah menatapnya dengan sangat tajam.
"Katakan yang sejujurnya, Lily!" bentak Dante.
"Dad, a-aku sudah jujur, aku—" Emily menjadi takut saat melihat ayahnya begitu murka.
"Dante, aku sudah mengatakan dengan jujur jika aku tidak pernah menyentuh putrimu sama sekali!" sentak Dom sangat emosi.
"Jadi ciuman kita yang kemar ... Ups!" Emily langsung menutup mulutnya yang kelepasan bicara.
"Mati kau di tanganku, Dom!!" Dante mengepalkan kedua tangannya, menatap Dom penuh emosi.