NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERSIAPAN PENTAS SENI

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

SATU BULAN KEMUDIAN.

"Dua minggu lagi, sekolah kita akan mengadakan acara Pentas Seni Sekolah. Dan kelas kita akan menyumbangkan sebuah cerita teater dan sebuah lagu." Ujar Ibu Gracia sebagai wali kelas.

Beberapa murid bersorak kecewa, sebagian lagi bersorak gembira. Sementara sisanya hanya menanggapi dengan muka datar.

"Untuk teater, ibu membebaskan kalian memilih ceritanya apa, pemainnya siapa saja. Ibu menyerahkan acara ini kepada Levi dan Yohanna. Kita semua harus mendukung agar acara ini berjalan dengan baik."

Suasana kelas seketika ramai, hampir semua murid berbisik-bisik, dan saling melempar pendapat. Wajah Nara terlihat jelas tidak suka. Bagaimana bisa Yohanna dipilih menjadi penanggung jawab atas acara ini. Ini pasti kesempatannya besar untuknya agar dekat dengan Levi. Ini tidak bisa biarkan.

"Harap tenang sebentar!" Ibu Gracia menepuk meja beberapa kali dan seketika murid-murid diam. Mereka kembali memperhatikan Ibu Garcia bicara di depan, hingga kelas hening lagi.

"Untuk yang tampil bernyanyi, Ibu memilih Yohanna Kate. Yang keberatan silahkan angkat tangan!" Ucap sang guru menunjuk ke arah Yohanna. Kemudian kedua bola matanya menyapu memandang luas ke seluruh murid di hadapannya.

Ibu Gracia melihat satu tangan yang mengacung tinggi-tinggi agar sang guru melihat ke arahnya dan benar saja wanita paruh baya itu langsung melihat ke arah gadis cantik yang mengacungkan tangannya.

"Aku keberatan, bu." Ucap Yohanna dengan lantang dan saat itu juga Nara menatap sinis ke arah Yohanna.

"Kenapa dia menolak? Apa dia takut diancam ibu lagi? Apa dia takut diusir lagi? Apa jangan-jangan dia takut di kurung di dalam gudang gelap? Cih...makanya jangan sok bisa semua. Dasar!" umpat Nara tersenyum puas saat Yohanna menolak ingin tampil bernyanyi.

"Yohanna?" Ibu Gracia serta murid-murid yang lainnya penasaran menengok ke sumber suara.

"Kenapa kau menolak Yohanna."

"Aku tidak bisa bu." Jawab Yohanna dengan suara terendahnya dan bersamaan itu Levi menatap Hanna. Ia tidak tahu, kenapa akhir-akhir ini, ia begitu penasaran dengan gadis yang pernah ribut dengannya itu.

"Hanna, terakhir kali ibu melihatmu tampil dengan bermain gitar di atas panggung pentas seni, sangat bagus. karena itu, ibu memilihmu. Kenapa kau keberatan?" Tanya ibu Gracia heran dengan penolakan Hanna. Dia tahu betul suara Hanna sangat bagus. Karena Garcia adalah guru Yohanna sebelum pindah ke sekolah st Louis.

"Maafkan saya bu. Ibu bisa pilih yang lain saja."

"Sangat disayangkan."

"Bagaimana kalau kita pilih Nara saja. Suara Nara juga bagus bu." Yohanna memberi usul dan saat itu juga Nara tersenyum.

"Begitukah?" Ibu Gracia diam sejenak. "Oke...kalau begitu, ibu memilih Nara. Kau yang tampil bernyanyi nanti." Akhirnya ibu Gracia menjatuhkan pilihannya kepada Nara.

Nara begitu bahagia saat ibu Garcia akhirnya memilihnya. Ini kesempatan emas, agar Levi memperhatikannya. Dia yakin Levi akan sering bertemu dengannya di acara pentas seni ini.

Levi hanya diam dan terus memperhatikan Hanna, tiba-tiba bibirnya mengulas senyum tipis. Entah apa yang membuatnya tersenyum. Levi tidak tahu. Ia kembali menatap ke depan memerhatikan wanita paruh baya itu bicara.

"Kenapa Yohanna tidak mau tampil ya, padahal suaranya bagus." Ucap pendukung Hanna.

Sementara pendukung Nara bersorak bahagia saat Nara terpilih. "Semangat Nara, kau bisa!" Seru mereka memberi tepuk tangannya. Mereka sangat senang.

"Baiklah, sudah waktunya istirahat. Jangan lupa beritahu orang tua kalian untuk datang menghadiri Pentas Seni di sekolah nanti." Ucap ibu Gracia mengakhiri kelasnya hari ini. Ia langsung pergi meninggalkan kelas.

Semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin. Tapi tidak dengan Yohanna. Ia malah berbelok ke ruang musik Sekolah.

"Hallo! Hallo!" Teriak Yohanna, memastikan keberadaan orang di dalam.

"Sepertinya hanya ada aku di sini." Ucapnya tersenyum sendu.

Yohanna mengambil sebuah gitar di dekat piano dan menjatuhkan badannya pelan di atas bangku.

Tanpa ia sadari ada Levi di sana. Ia sedang bersembunyi di sudut gelap ruangan memperhatikan Yohanna yang tiba-tiba datang.

"Kenapa Hanna ada di sini? Bukankah dia tidak mau bernyanyi? keluar tidak ya?" gumam Levi dalam hati. Namun, akhirnya Levi memilih untuk tidak keluar dari persembunyiannya.

"Ibu....hari ini aku terpilih untuk bernyanyi di pentas seni lagi. tapi, aku menolaknya." Jari jemari Yohanna mulai memetik senar gitar sembarangan sehingga mengeluarkan nada yang tak jelas.

"Aku menolaknya bukan karena takut dengan bibi, bukan karena takut diusir mereka lagi. Aku hanya tiba-tiba aku teringat padamu, ibu. Aku tidak mau bernyanyi lagi ibu, karena akan mengingatkan aku kepada ibu." Ucap Yohanna mulai menitikkan air mata.

"Seandainya aku mengizinkan ibu datang ke acara pentas seni tahun yang lalu, ibu tidak akan pergi ke kota A. Ibu pasti masih ada sampai sekarang, kan? iya, kan?" Yohanna mulai terisak dan melanjutkan ucapannya dengan terbata-bata.

"Ahhhhh....sangat sakit ibu."

"Jadi itu alasan mengapa ia tak mau tampil?" Ucap Levi dalam hati. Ia ikut sedih melihat Yohanna menangis.

"Maafkan aku, ibu. Saat itu aku malah memilih menyelesaikan penampilanku saat aku sudah tahu ibu mengalami kecelakaan. Dan pagi itu adalah hari terakhir aku bicara denganmu."

"Ibu…ibu... Kau dengar aku, kan?"

Air mata Yohanna tergelincir bebas membasahi pipinya. Sementara Levi hanya membuka mulutnya karena ikut merasakan kesedihan Yohanna. Ia terus menatap Yohanna yang masih menangis.

Pukul 15.00 di kediaman George.

Levi hanya diam tanpa ekspresi ketika Albert dengan antusias menceritakan tentang Yohanna. Levi fokus menatap kertas-kertas di atas mejanya. Banyak yang harus diurusnya. Baik itu masalah pengajuan proposal, masalah terkait dana dan seleksi peserta yang akan memeriahkan acara.

"Dude, dari tadi kau sibuk sekali. Apa kau ada tugas sekolah?" tanya Albert menatap Levi yang serius mencoreng-coret bukunya.

Levi menaikkan alisnya, ia tersenyum simpul. "Aku mempersiapkan rapat untuk kegiatan pentas seni di sekolah kita." Ujar Levi. Ia sekilas melirik jam yang ada di tangannya.

"Bisa aku kasih usul?"

"Usul?"

"Aku ingin berpasangan dengan Yohanna di acara teater. Bisa kan?" pinta Albert.

Levi terkekeh dan tidak menjawab, ia menutup bukunya. "Kau mau ikut?" tanya Levi bangun dari duduknya.

"Aku ingin berpasangan dengan Yohanna." Ucap Albert mempertegas kalimatnya.

Tanpa menunggu Levi melangkah meninggalkan Albert yang terburu-buru mengambil tasnya yang ia letakkan di sofa.

"Dude, tunggu!" panggil Albert.

Levi hanya tersenyum dan terus melangkah menuju mobilnya.

"Kita mau kemana?" Tanya Albert ikut masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Levi.

"Kita ada rapat di sekolah. Kita tidak ada waktu lagi, pasang sabuk pengamanmu." Kata Levi fokus memandang spion dan membanting setir. Ia langsung membawa mobil mewahnya menuju sekolah.

"Levi, bagaimana menurutmu dengan Yohanna? Dia cantik kan?" tanya Albert membuka pembicaraan di sana. Mendengar itu, Levi semakin menancap mobilnya.

"Astaga....kita mau ngejar apa dude? Kenapa harus ngebut-ngebut, kurangi kecepatannya, kita bisa celaka." Ucap Albert bernada protes.

"Aku bisa mengendalikannya." ucap Levi menatap lurus tanpa melihat ke arah Albert.

"Lagian buat apa kita terburu-buru, toh rapat kau yang pimpin kan?"

"Aku justru tidak enak, mereka menunggu kita, Albert." Levi kembali menginjak pedal gas, melaju dengan kecepatan tinggi.

Albert hanya menggelengkan kepalanya. Percuma ia menasehati Levi. Toh ucapannya tidak didengarkan. Tidak butuh lama, akhirnya mereka tiba di sekolah st Louis. Levi sebagai ketua panitia harus benar-benar mempersiapkan acara pentas seni dengan baik. Ia tidak mau mengecewakan guru-guru.

Update hanya hari Senin sampai Sabtu ya ☺️

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
jadi ingat masa masa di sekolah dulu
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
aku suka aku suka
Cheryl Emery
penasaran
Cheryl Emery
ngapain Levi ngajak ketemuan ya 😃
Mona Seila ☑️
🥰🥰🥰🥰🥰
Mona Seila ☑️
Wah mantap levi, langsung tembak aja gak usah tunggu lagi
Cheryl Emery
tetap semangat Levi, tunjukan bahwa kamu bisa mengambil hati Hanna 😀😃
✨Margareth💫
lanjut dong Tamba seru
✨Margareth💫
semangat thor
Hosanna Feodora
up dong
Hosanna Feodora
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Angela Catrine 💢
ayooooo semangat
Angela Catrine 💢
baca berulang-ulang gak bosan Thor
Briana Annette
semangat
Briana Annette
mantap thor
Magdalena💨
lanjut
Magdalena💨
Baru baca Uda update lagi author
suatu keberuntungan buat aku dah 😆
🎄Claudya🎄
kesal Dia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!