Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berburu Fraksi (penyelesaian)
Suasana kembali ricuh setelah pemandangan yang baru saja terjadi . Bos dari kedua kubu kini telah bertemu .
"Kemana saja kau sembunyi hah?" Dimas geram karna sedari tadi ia mencari Arka tidak kunjung dapat.
Arka melakukan perenggangan dengan memutar mutar persendian bahunya. "Gak kemana mana, aku cuman mau liat gaya bertarung mu kaya mana " . Arka lanjut merenggangkan persendian lutut .
"Lihat anak itu, bertingkahnya kalau ku liat liat" Tunjuk Dominic ke arah Arka .
Firman tertawa di samping Dominic, mereka kini sedang menonton "Ciri khasnya dia, gak pernah mau labrak kalau gak tau cara bertarungnya ."
Arka berdiri tegak dan kemudian memasang kuda kuda kyokushin karate. "Ayok sini "
Dimas langsung menerjang Arka dengan polos .
Power saat ini Dimas unggul, karna Arka masih belum bisa bertanding kekuatan dengan Dominic. Namun untuk kecepatan ketangkasan dan ketahanan tubuh, lain cerita .
Ketika Dimas menghajar dada Arka ia tetap tak bergeming. Itu membuat Dimas kaget, karna sejauh ini ia tak pernah melihat orang yang benar benar tak bergeming di pukul olehnya .
Perlu di ingat kan lagi, power Dimas satu tingkat di bawah Dominic.
"Mau gantian atau lanjut mukul dulu?" tanya Arka meremehkan .
Tawa pun meledak di lantai dua , kakak kelas lantai dua menertawakan lelucon itu ke arah Dimas dan melempari Dimas dengan sedotan plastik .
"Hahahaa level sedotan " Seseorang telah meledek dari atas .
Amarah tak terbendung dari Dimas , ia lanjut memukul wajah, bahu, perut , hingga semua yang bisa ia pukul pun di pukul.
Sejujurnya Arka sudah tidak kuasa menahan keseimbangan. Itu, karna semua yang dipikulnya bukan posisi sembarangan .
Jantung, limpa, lambung, paru, paha, semua bagian yang membuat ia secara normal tumbang itu di hajar oleh Dimas.
Ketika Arka menemukan celah, tepat setelah Dimas memukul wajahnya dan hendak memukul bibirnya lagi, pukulan kencang yang berbobot namun tak terarah itu di tangkap oleh Arka kemudian membengkokkan persendian lengannya dan memutarnya sedikit. Alhasil karna berat bobot yang di bawa oleh Dimas itu terlalu besar, membuat Dimas terpaksa mengikuti arah putaran itu .
Jika tidak lengan nya Patah, hal ini membuat Dimas berputar di udara. Poin ini adalah keuntungan mutlak, saat Dimas belum mempunyai pijakan Arka menendang tubuh Dimas dengan kecepatan teknik yang di miliki Firman. Dimas terpental hingga menghancurkan pot bunga di ujung lapangan .
"Brengsek, teknik apa tadi" Dimas berusaha berdiri .
Sebelum berhasil berdiri, Arka sudah ada di depan Dimas dan menendang kepala kanan, lalu kepala kirinya, kemudian dengan cepat menendang lagi kepala bagian belakang dengan gaya tolak tendangan memakai tumit kaki. Semua tendangan di lakukan tanpa melompat. Tujuan serangan ini untuk mengocok otak musuh dan benar saja tiga serangan itu membuat Dimas hilang kesadaran seketika. Di saat itulah Arka memukul bagian jantung, membuat kejut jantung Dimas naik drastis dan membangunkan otak dengan kesadaran yang kacau . Hal itu membuat Dimas mimisan akibat otak yang hampir cidera.
Serangan berikutnya, Arka menendang kepalanya dari arah bawah , kali ini dengan lompatan . Setelah tubuh Dimas terangkat sedikit dari tanah akibat tendangan itu, Arka bersalto untuk melakukan serangan Falcon kick yang sekali lagi tepat mengenai wajah Dimas .
Dimas pun mau tak mau dengan kesadaran yang lemah ia jatuh dengan posisi kepala mendarat menghancurkan tanah .
Arka berdiri kembali dari saltonya . Ia kembali merubah gertur tubuhnya, tegak dalam keadaan lengan kiri menghadap lawan .
Perlu jeda lumayan lama agar Dimas merespon kembali otaknya, sekitar dua puluh detik .
Dimas menarik tubuhnya kembali berdiri tegak dengan kedua kakinya .
"Arghh.. Aku terlalu meremehkan mu" Ia menekan dagunya dan membunyikan kepalanya .
"Kali ini aku harus fokus ." Ujar Dimas sebelum akhirnya ia terkena serangan kilat lagi oleh Arka .
Namun tak seperti yang tadi, kali ini ia bisa menangkap serangan itu. "Seperti ini ya?" .
Dimas mencengkram kaki Dimas dan hendak membantingnya, namun kecepatan reaksi Arka jauh lebih tinggi ketimbang Dimas . Sebelum Dimas bergerak, Arka membuat tangannya yang di cengkram Dimas sebagai tumpuan untuk memanuver tubuhnya melompat dan melancarkan tendangan maut ke gendang telinga Dimas . Hal itu membuat dengungan dahsyat di gendang telinga Dimas.
"ARGHHH..." Dimas merasakan sakit tak tertahankan dan dengan terpaksa ia harus melepaskan cengkraman itu. Tak mau menghilangkan kesempatan emas, Arka menginjak pundak kanan Dimas sebagai tumpuan, lalu kemudian melakukan manuver putaran kencang dan kembali menendang telinga bagian kirinya .
Dengungan gendang telinga itu berdengung dengan sangat keras di kedua arah .
Rasa sakit itu sama sekali tak bisa di tahan oleh Dimas , ia ingin membalas serangan dengan mengabaikan rasa sakit itu. Namun tentu itu tak mudah.
Arka mengambil pasir di tanah dan melemparkan ke mata Dimas, membuat pandangannya kini tak bisa di pakai. Dimas dengan sangat terpaksa di buat mundur oleh Arka .
"Okey, serangan terakhir "
Arka membuat ancang ancang seperti hendak marathon. Dan benar saja ia langsung berlari ke Dimas dan membuat dirinya berputar tiga kali dengan sangat kencang . Di putaran terakhir ia melancarkan tendangan taekwondo yang berbobot hingga mengenai bagian dada Dimas . Dimas yang terkena telak serangan itu memuntahkan darah dari mulutnya . Dampak dari tendangan itu membuat Dimas terpental jauh ke belakang hingga membuat dinding sekolah remuk.
Dimas pun tumbang dan tak kuat untuk melanjutkan pertarungan .
Firman berteriak kencang sebagai pembuka, di susul dengan para khalayak yang ada di lapangan terutama pada orang orang yang berada di bawah komando Arka.
"Sumpah, aku gak mau kena kombo kaya tadi" Dominic berdecak .
"Aku pernah sekali, kepala ku betul betul mau pecah rasanya" Jawab Firman, ia kembali teringat dengan apa yang telah di lakukan Arka ketika mereka berdua bertarung di tengah hujan kala itu.
Mario berlari dan mengangkat tubuh Arka dengan mencengkram pinggangnya, lalu kemudian melemparnya ke atas berulang kali. Semua orang menuju Mario untuk melempar tubuh Arka ketika jatuh.
Ruhus tersenyum bahagia karna telah melihat temannya yang kini semakin kuat . Ada gelesihan hati yang mendalam di diri Ruhus , ia berfikir jika sewaktu saat ia akan tertinggal .
Namun ketika memikirkan hal seperti itu, Melby merangkulnya dari belakang . "Hey, jangan risau. Aku tau pemikiran mu" .
Ruhus menunduk malu.
"Dia itu sahabat mu, gak akan ninggalin kamu aku yakin. Sama kaya aku bakalan janji dan bersumpah bakalan sehidup semati sama kamu!" Melby mencubit hidung Ruhus .
Ruhus merespon dengan mendengus dan buang muka "Masih ku ingat-"
"Yang aku nendang kamu?" ledek Melby sambil tertawa kecil .
Ruhus menoleh ke Melby dan tertawa salah tingkah .
"Maaf ya... " Melby menarik tangan Ruhus untuk bergabung dengan orang orang yang ada di tempat Arka .
Kemenangan kali ini bisa di raih dengan kerja sama yang solid, tak ada yang meragukan kemampuan masing masing dari tim . Dan itulah kekuatan mereka yang terbentuk secara sendiri dan alami .
Dari rooftop berapa orang telah menonton termasuk si kembar .
"Kekuatan yang paling di nanti di sekolah ini, orang yang berhasil menyatukan beberapa kubu dengan kekuatan kepemimpinannya" Gumam Bram .
"Tapi kamu kan ada" sahur Brimo .
Bram menggeleng "Aku memakai otak untuk membuat ormag patuh, sedangkan anak itu? Orang lah yang mengikutinya"
Bram berjalan ke arah tangga .
Brimo melihat ke bawah sekali lagi sebelum akhirnya ia berjalan mengikuti Bram .
...****************...
Kota aku lahir thor
yakin lah suatu saat dirimu sukses & ibu mu sembuh.. Amin