NovelToon NovelToon
Rahasia Antara Kita

Rahasia Antara Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Arip

"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Suasana di ruang tamu menjadi semakin tegang. Lidya tersenyum kecil dan memandang Rendy dengan mata yang penuh kasih sayang. "Rendy, aku pikir aku harus pergi sekarang. Aku tidak ingin membuat situasi semakin buruk," kata Lidya dengan nada yang lembut, sambil memainkan rambutnya dengan gerakan yang lembut.

Rendy memandang Lidya dengan mata yang penuh simpati, dan ia langsung berdiri untuk mengantar Lidya. "Tidak, Lidya. Aku tidak ingin kamu pergi. Aku ingin kamu tinggal di sini," kata Rendy dengan nada yang hangat, sambil memegang tangan Lidya.

Sarah memandang pemandangan itu dengan mata yang penuh curiga dan kemarahan. Ia merasa bahwa Lidya hanya berpura-pura mengalah untuk membuat Rendy semakin simpati padanya. "Jangan pergi, Lidya. Aku ingin tahu apa yang kamu inginkan," kata Sarah dengan nada yang keras, suaranya menggema di ruang tamu.

Lidya tersenyum kecil dan memandang Sarah dengan mata yang penuh kemenangan. "Sarah, aku tidak ingin membuat kamu kesal. Aku hanya ingin membantu Rendy," kata Lidya dengan nada yang lembut, sambil menarik tangannya dari Rendy dan berjalan menuju pintu.

Rendy memandang Lidya dengan mata yang penuh simpati dan memegang tangan Lidya lagi. "Lidya, aku percaya kamu. Aku tahu kamu hanya ingin membantu," kata Rendy dengan nada yang hangat, sambil memandang Sarah dengan mata yang penuh kekecewaan.

Sarah merasa seperti tidak bisa menahan diri lagi, ia merasa bahwa Rendy semakin terpengaruh oleh Lidya. Ia berjalan menuju Rendy dan Lidya, suaranya semakin keras. "Rendy, apa yang kamu lakukan? Kamu tidak melihat apa yang sebenarnya terjadi?" kata Sarah dengan nada yang keras, sementara Lidya hanya tersenyum kecil dan memandang Rendy dengan mata yang penuh kasih sayang.

Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh keterkejutan dan kekhawatiran. "Sarah, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu begitu marah?" kata Rendy dengan nada yang lembut, sambil berjalan menuju Sarah.

Lidya memandang Sarah dengan mata yang penuh kemenangan, tapi juga sedikit waspada. Ia tidak ingin situasi menjadi semakin buruk. "Rendy, aku pikir aku harus pergi sekarang. Aku tidak ingin membuat situasi semakin buruk," kata Lidya dengan nada yang lembut, sambil memandang Rendy dengan mata yang penuh kasih sayang.

Tapi Rendy tidak ingin Lidya pergi. Ia merasa bahwa Lidya adalah satu-satunya orang yang memahami dirinya. "Tidak, Lidya. Aku tidak ingin kamu pergi. Aku ingin kamu tinggal di sini," kata Rendy dengan nada yang hangat, sambil memegang tangan Lidya.

Sarah merasa seperti tidak bisa menahan diri lagi. Ia berteriak keras dan memukul meja, membuat Rendy dan Lidya terkejut. "Aku tidak ingin melihat ini lagi! Aku tidak ingin melihat kamu dan Lidya bersama lagi!" kata Sarah dengan nada yang keras, sementara Rendy dan Lidya memandangnya dengan mata yang penuh keterkejutan.

Tiba-tiba, pintu rumah terbuka dan ibu Rendy masuk ke dalam rumah. Ia memandang situasi yang sedang terjadi dengan mata yang penuh keterkejutan. "Apa yang terjadi di sini?" kata ibu Rendy dengan nada yang keras, sambil memandang Rendy, Sarah, dan Lidya dengan mata yang penuh kekhawatiran.

Tiba-tiba, ibu tirinya, Ibu Ratna, masuk ke ruang tamu dengan wajah yang khawatir. Padah dia baru saja sampai ke rumah, untuk melihat ke adaan Sarah dan Rendy."Apa yang terjadi di sini? Kenapa ada keributan?" kata Ibu Ratna dengan nada yang keras, sambil memandang Rendy, Sarah, dan Lidya dengan mata yang penuh kekhawatiran.

Rendy memandang ibunya dengan mata yang penuh malu. "Ibu, tidak ada apa-apa. Kami hanya sedang berdiskusi," kata Rendy dengan nada yang lembut.

Tapi Ibu Ratna tidak percaya. Ia melihat bekas cangkir kopi yang pecah di dinding dan Sarah yang masih marah. "Tidak ada apa-apa? Apa ini?" kata Ibu Ratna dengan nada yang keras, sambil menunjuk ke bekas cangkir kopi yang pecah.

Ibu Ratna memandang Sarah dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Sarah, apa yang terjadi? Kenapa kamu begitu marah?" kata Ibu Ratna dengan nada yang lembut, sambil berjalan menuju Sarah.

Sarah memandang Ibu Ratna dengan mata yang penuh kesedihan. "Ibu, aku tidak bisa lagi menahan diri. Rendy tidak mempercayai aku lagi," kata Sarah dengan nada yang keras, sambil menangis.

Ibu Ratna memandang Rendy dengan mata yang penuh kekecewaan. "Rendy, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidak mempercayai Sarah?" kata Ibu Ratna dengan nada yang keras.

Rendy memandang ibunya dengan mata yang penuh malu. "Ibu, aku...," kata Rendy dengan nada yang lembut, tapi Ibu Ratna memotongnya.

"Jangan kamu beralasan, Rendy. Ibu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Ibu Ratna dengan nada yang keras, sambil memandang Lidya dengan mata yang penuh curiga. "Dan kamu, Lidya. Apa peranmu dalam semua ini?" kata Ibu Ratna dengan nada yang keras.

Lidya tersenyum manis dan mendekati Ibu Ratna, berusaha menunjukkan kesan yang baik. "Ibu Ratna, saya hanya ingin membantu Rendy dan Sarah menyelesaikan masalah mereka. Saya tidak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka," kata Lidya dengan nada yang lembut.

Ibu Ratna memandang Lidya dengan mata yang penuh curiga, tapi tidak langsung menuduhnya. "Saya harap begitu, Lidya. Tapi saya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan Rendy," kata Ibu Ratna dengan nada yang tegas.

Lidya tersenyum lagi, berusaha menyembunyikan dendamnya. "Tidak ada apa-apa, Ibu Ratna. Saya hanya ingin membantu Rendy dan Sarah. Saya peduli dengan mereka," kata Lidya dengan nada yang lembut.

Tapi di dalam hatinya, Lidya merasa marah dan dendam. Ia tidak bisa menerima bahwa Ibu Ratna lebih menyayangi Sarah daripada Rendy, dan bahwa Ibu Ratna telah mempertemukan Rendy dan Sarah. Lidya merasa bahwa itu semua tidak adil, dan ia berencana untuk membalas dendamnya. Ia tersenyum manis lagi, berusaha menyembunyikan niatnya yang sebenarnya. "Saya akan membantu Rendy dan Sarah, Ibu Ratna. Jangan khawatir," kata Lidya dengan nada yang lembut.

Sarah memandang Rendy dengan mata yang penuh kecemburuan. "Rendy, aku tidak suka jika kamu terlalu dekat dengan Lidya. Aku tahu dia teman kecilmu, tapi aku tidak bisa menghilangkan perasaan ini," kata Sarah dengan nada yang lembut, tapi dengan nada yang sedikit kesal.

Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh pengertian. "Sarah, aku tahu kamu cemburu, tapi Lidya hanya teman kecilku. Aku tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapnya," kata Rendy dengan nada yang lembut, sambil memegang tangan Sarah.

Tapi Sarah tidak percaya. Ia melihat bagaimana Rendy dan Lidya berinteraksi, dan ia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. "Aku tidak percaya, Rendy. Aku lihat bagaimana kamu dan Lidya berbicara, dan aku merasa bahwa kamu masih memiliki perasaan terhadapnya," kata Sarah dengan nada yang keras, sambil menarik tangannya dari Rendy.

Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh kesedihan. "Sarah, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk membuat kamu percaya padaku. Aku sudah menikah dengan kamu, dan aku tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Lidya," kata Rendy dengan nada yang lembut.

Tapi Sarah masih tidak percaya, dan ia terus memandang Rendy dengan mata yang penuh kecemburuan. Lidya, yang berdiri di samping mereka, tersenyum manis, merasa bahwa rencananya mulai berjalan dengan baik.

Baiklah, mari kita buat kata-kata yang lebih hidup!

Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh kesedihan. "Sarah, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk membuat kamu percaya padaku. Aku sudah menikah dengan kamu, dan aku tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Lidya," kata Rendy dengan nada yang lembut, sambil memegang tangan Sarah dengan erat.

Sarah menarik tangannya dari Rendy dan memandanginya dengan mata yang penuh kecemburuan. "Aku tidak percaya, Rendy! Aku lihat bagaimana kamu dan Lidya berbicara, dan aku merasa bahwa kamu masih memiliki perasaan terhadapnya," kata Sarah dengan nada yang keras, suaranya menggema di ruang tamu.

Lidya tersenyum manis dan memandang Rendy dengan mata yang penuh kasih sayang. "Rendy, aku tidak ingin membuat kamu dan Sarah bertengkar lagi. Aku akan pergi sekarang, dan aku harap kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan Sarah," kata Lidya dengan nada yang lembut, sambil berjalan menuju pintu.

Tapi Sarah tidak ingin Lidya pergi. Ia merasa bahwa Lidya hanya ingin membuat Rendy merasa bersalah dan membuatnya semakin dekat dengan Lidya. "Jangan pergi, Lidya! Aku ingin tahu apa yang kamu inginkan!" kata Sarah dengan nada yang keras, suaranya semakin keras dan emosi semakin memuncak.

Rendy memandang Sarah dengan mata yang penuh kesedihan. "Sarah, aku pikir kita harus berbicara tentang ini dengan tenang. Aku tidak ingin kita bertengkar lagi," kata Rendy dengan nada yang lembut, sambil mencoba menenangkan Sarah.

Tapi Sarah tidak ingin berbicara lagi. Ia merasa bahwa Rendy tidak mempercayainya dan bahwa Lidya sedang memainkan permainan yang berbahaya. "Aku tidak ingin berbicara lagi, Rendy! Aku hanya ingin kamu memilih antara aku dan Lidya!" kata Sarah dengan nada yang keras, suaranya penuh emosi dan kemarahan.

1
Amilawati
jelek ceritanya, dialog di ulang2 terus bikin pusing bacahya.. penulis pengen banyak bab tpw ndk materi mnkin jadinya dialog ya di ulang2 tetus
Amilawati
dialog yg jelk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!