Anandi, gadis yang di anggap mati oleh ayah nya, hanya karena satu kesalahan yang tidak di sengaja.
Karena kesalahan itu lah membust mereka selalu bersama.
Akan kah kebersamaan itu membuat mereka saling jatuh cinta.
Mari kita ikuti kisah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdlanAdam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sore pertama bukan malam pertama
Di dalam mobil Andini terus diam, ia teringat pada ibunya yang sangat di rindukannya.
"Kamu kenapa? " tanya Kaizal.
"Tidak, aku hanya merindukan ibu, " jawab Andini apa adanya.
"Kenapa tudak di tetemu saja, " ujarnya memberisaran.
"Aku takut ayah masih marah padaku, tadi saja dia tidak mengijinkan ibu menemuiku, " balasnya masih ada ketakutan di dalam dirinya.
"Kalau begitu ajak ketemuan di luar saja!" seru Kaizal kembali memberi saran.
"Iya, kenapa aku tidak kepikiran sampai kesitu," ucap Andini tersenyum.
"Itu karna kau menggunakan otakmu hanya untuk membaca buku, dan mengingat isinya, " sergah Kaizal kesal mada istrinya, masak hal seperti itupun harus di ajarkan.
Karena asiknya bercerita, membuat mereka tidak sadar kalau sudah sampai di rumah.
"Kita sudah sampai Tuan nyonya, " ucap Deno memberitahu majikannya.
"Oh ya, mengapa cepat sekali, " balas Kaizal, yang merasa masih menikmati waktu bersama istrinya.
"Apanya yang cepat, " guman Deno pelan hanya dia yang mendengarnya.
"Ayo kita keluar! " ajak Kaizal, Andini pun mebgangguk mengikuti suaminya.
Kaizal masuk lebih dulu, karena takut terjatuh ahirnya Andini berjalan pelan di belakangnya.
"Mengapa kau lambat sekali," ucap Kaizal, lalu ia menggendong istrinya.
"Kai, aku bisa jalan sendiri, turunkan aku!" seru Andini protes.
"Sudah diam lah! nanti kau terjatuh! " ujarnya tidak menhiraukan protesan istrinya.
Kaizal terus berjalan masuk kerumah, langsung membawa istrinya ke kamar mereka.
Andini yang takut jatuhpun mengalungkan tangannya di leher suaminya, Kaizal tersenyum karna sudah berhasil membuat istrinya menurut.
Sampai di kamar, Kaizal meletakan Andini di ranjang, ia memandangi hajah cantik Andini, membuat Andini menunduk.
"Angkat wajahmu! aku ini suamimu, " ucapnya mengangkat dagu Andini.
"Kau mau apa Kai? " tanya Andini ia melihat tatapan suaminya yang sudah berubah.
"Aku mengingankan mu Andini, aku mohon ijin kan aku memilikimu seutuhnya, tanpa adanya paksaan, " ujar Kaizal meminta ijin.
"Tapi Kai_. "
"Suutttt…, kali ini aku tidak menarima penolakan! sudah cukup aku menahan diri selama sebulan lebih! Kalau kau tidak mau jangan salah kan aku jika kembali seperti dulu, " lanjutnya memaksa dan memotong ucapan Andini.
Andini kembali menunduk, baginya mudah mencintai Kaizal, tapi ia takut pria itu hanya ingin tubuhnya saja, tidak dengan mencintainya.
"Aku tau kekhawatiranmu, dan aku berjanji tidak ada wanita lain selain dirimu, " lanjutnya lagi, ketika melihat ada keraguan di mata Andini.
Setelah mengucapkan itu, ia langsung menyerang bibir ranum Andini, langsung ********** dengan rakus. sampai membuat Andini hampir kehabisan nafas.
Andini menepuk-nepuk dada bidang suaminya, agar melepaskan pangutannya. Kaizal tersadar kalau istrinya butuh menghirup udara segera melepaskan pangutannya. Begitu terlepas, Andini menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Maaf, " ucap Kaizal.
Setelah itu ia kembali meraup bibir merah istrinya, kali ini ia melakukannya dengan lembut, menbuat Andini hanyut dalam permainannya.
Entah kapan dan bagai mana caranya, sekarang keduanya sudah tidak lagi mengenakan apapun.
"Aaahhh!
Desah Andini, ketika Kaizal bermain di gunung kembarnya. Kaizal yang melihat istrinya menikmati pernainannya semakin menggila, ia terus menyusuri seluruh tubuh istrinya tanpa terlewat sedikitpun.
Aaahh, Kai," lenguh Andini teruse mendesah dan meliuk-liukkan tibuhnya.
"Ya, Sayang," sahut Kaizal menghentikan aksinya.
Andini diam tidak tau mai bicara apa, ucapan tadi keluar bagitu saja tanpa ia sadari.
"Ah ternyata kau keenakan ya," gumamnya, setelah itu ia kembali melankutkan aksinya.
"Kaizal tunggu!" seru Andini saat ia melihat benda keramat suaminya.
"Ada apa lagi Andini?" tanya Kaizal, menghentikan pergerakannya.
"Kenapa itunya terlalu besar, itu tidak akan muat," ujarnya menghimpitkan kembali kakiknya.
"Muat Din, ini itu benda keramat yang mengenankan jika sudah di pertemukan dengan sarangnya, " balas Kaizal mencoba mengelabui Andini, ya walau tidak seoenuhnya salah.
"Benaran itu enak? bukannya sakit?" tanyanya malah mengobrol.
"Sudah lah! nanti saja bertanya nya, Ini sangat menyiksa jika tidak di tuntaskan!" serunya sudah tidak tahan lagi.
Neskipun masih takut, tapi Andini tetap mengangguk, dan Kaizalpun melanjutkan aksinya.
"Aamm," jeritan Andini tertahan karna Kaizal langsung membungkam mulutnya.
Kaizal kembali ******* bibir merah Andini, ia berusaha kembali membuat Andini terhanyut. Agar ia bisa memasuki sarang penda keramatnya.
Jleeb
Aaahhh
Lenguh Kaizal begitu ia berhasil memasuki sarang sempit istrinya.
Lain halnya dengan Andini, ia menjerit kesakitan, tapi Kaizal kembali mem bungkapnya.
"Sakitnya hanya di awal saja, setelah ini tinggal rasa enaknya, " ucapnya, kembali menghujam istrinya dengan pelan, dan selembut mungkin
Di awal Andini memang kesakitan, tapi lama kelamaan ia marasa keenakan dan mendasah , di bawah kungkungan suaminya.
Sore itu mereka benar-benar menikmati olahraga sore pertama mereka, bukannya malam pertama. setelah selesai olah raga sore, Kaizal bersandar di kepala ranjang, dengan Andini yang bersandar di dada bidangnya.
"Bagai mana...? enak bukan?" tanya Kaizal tersenyum, sambil mengusap-usap rambut manjang Andini.
Andini diam tidak menjawab pertanyaan suaminya, ia malah menyembunyikan wajahnya yang merona.
Kau tidak usah malu sayang, jawab saja iya," ujarnya, jembali menuntun istrinya untuk berbaring.
Pergulatan sore yang kedua kalinya pun tidak terelakkan lagi.
mantap Kaizal lindungin istrimu