NovelToon NovelToon
PELANGI DI UJUNG SENJA

PELANGI DI UJUNG SENJA

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Tamat
Popularitas:522.8k
Nilai: 5
Nama Author: 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒

Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?

"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri

"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Jakarta, Sore hari aktivitas bubaran jam kantor, Jalanan kembali padat merayap. Orang-orang seolah tidak sabar ingin segera pulang kerumahnya masing-masing terbukti dengan suara klakson kendaraan yang bersahutan padahal sudah ketahuan jalanan padat merayap. Macet bukan karena ada pelanggaran tapi memang jalanan yang penuh karena banyaknya warga yang menggunakan kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum. Dengan alasan kenyamanan padahal sekarang angkutan umum pun fasilitasnya sudah banyak yang terjamin. Padahal alasan sesungguhnya tiada lain adalah, gengsi.

Setelah menempuh jalanan yang macet sekitar satu jam, Akhirnya Fahri sampai dirumah pukul 5 sore padahal jarak rumah ke kantor kalau normal hanya memerlukan waktu tempuh sekitar 20 menitan.

"Assalamu'alaikum, Bi. Papa sama mama sudah sampai?" Fahri masuk sambil mengucap salam sama Art yang sedang mengeluarkan barang-barang dari dalam bagasi mobil dan membawanya masuk kedalam rumah. Ia menanyakan kedua orangtuanya yang tadi mengabarkan sedang dalam perjalanan pulang. Ada acara meeting bulanan dikantor cabang perusahannya yang ada di Bandung dan sekalian liburan singkat sehari menghabiskan waktu berdua, menikmati hasil jerih payah dikala muda dulu.

"Waalaikumsalam. Sudah Mas baru saja sampai, Bapak sama Ibu masih diruang keluarga sepertinya nungguin mas Fahri." Artnya yang bernama Bi Sari memberitahu Fahri sambil kembali keluar menuju mobil karena masih ada sisa barang yang belum dikeluarin.

"Oke Bi. Terimakasih"

"Pa. Ma. Jam berapa dari Bandung? Perasaan cepet banget tadi ngabarin baru mau berangkat, terus ngabarin lagi pas sudah di tol. Eh sekarang malah udah duluan nyampe rumah." Fahri memberondong kedua orangtuanya dengan pertanyaan sambil mencium tangan Mama dan Papanya secara bergantian. Walaupun usianya sudah sangat dewasa tapi disaat bersama kedua orang tuanya ada kalanya Ia seperti anak kecil.

"Justru ini telat. Seharusnya sampai rumah dari tadi malah keburu kejebak macet pas masuk tol dalam kota. Ya Pa." Mama Risa yang menjawab sambil membuka kantong-kantong berisi makanan oleh-oleh khas kota kembang, Sedangkan sang suami

hanya mengangguk sambil menikmati kopi hitam kesukaannya.

"Fah. Cobain nih Mama beli macam-macam Kartika sari. Ada banana roll, dan yang spesial kesukaanmu ada sekarang. Ini Kartika Sari picnic roll sapi ayam. Pas ke Bandung 2 minggu yang lalu kan Mama gak beli karena buru-buru. Papa ditungguin koleganya yang dari Malaysia datang mendadak gak ngabarin dulu. Padahal Mama kalau ke Bandung pengennya santai biar leluasa belanja cemilan." Mama Risa sibuk mengeluarkan makanan kesukaan sang anak yang Ia beli dari Bandung sambil mengeluhkan kepergiannya ke Bandung dua minggu lalu yang menurutnya mengesalkan karena tidak ada kesempatan buat beli oleh-oleh. Sedangkan Fahri sama Papanya cuma geleng-geleng kepala sambil mencicipi satu persatu jajanan yang dibeli Mama Risa. Keduanya sudah tidak heran dengan Nyonya rumah yang selalu kalap membeli makanan yang katanya kesukaan Fahri dari kecil itu. Dan akhirnya yang paling kenyang adalah para Art, Sopir dan pegawai lainnya dirumah mereka.

"Fah. Schedule minggu depan padat gak?" Papa Fandy menatap putra semata wayangnya sambil menggeser kopi ke samping pertanda Ia akan berbicara mode serius.

"Sepertinya enggak Pa. Kenapa gitu?" Fahri balik bertanya pada sang Papa yang masih anteng menatapnya.

"Syukurlah kalau begitu. Berarti bisa ya nanti gantikan Papa mimpin rapat seluruh kepala cabang perusahaan kita yang akan diadakan seperti biasa di Bandung."

"Fah belum berani Pa kalau harus mimpin rapat. Kecuali ada Papa yang mendampingi. Soalnya ini kan yang rapat para kepalanya dari kantor cabang sudah pasti semuanya senior. Fahri merasa insecure."

Jawab Fahri merasa tidak yakin.

"Kalau tidak dimulai dari sekarang mau kapan? Papa sudah tua. Tenang saja nanti Bobi yang akan mendampingi. Mana Fahri anak Papa yang katanya selalu percaya diri? Tunjukkan bahwa kamu bisa Boy." Papa Fandy menepuk pundak Fahri.

"Pokoknya nanti Papa kasih arahan dan Bobi yang akan mendampingi dan menjelaskan secara detail. Mulai besok pelajari berkas-berkasnya." Titah dari sang Papa pun sudah mutlak dan tidak bisa ditolak. Karena memang ada benarnya Fahri harus mulai belajar jadi pemimpin dari sekarang karena Dia anak tunggal.

"Baiklah Pa. Hari kamis kan meetingnya?" Fahri akhirnya menyanggupi permintaan sang Papa.

"Ya hari kamis. tidak perlu langsung pulang kesini. Papa sama Mama hari sabtu pagi nyusul ke Bandung. Kita liburan weekend disana."

"Beneran Pa kita ke Bandung lagi?" Mama Risa yang dari tadi anteng menata pisang bolen langsung terperanjat senang mendengar rencana sang suami yang akan menghabiskan weekend di Bandung.

"Pa. Nanti habis Maghrib Fah ada yang ingin ditanyakan sama Papa. Sekarang mau mandi dulu sudah gak betah." Fahri menatap sang Papa menunggu jawaban sebelum Ia pamit ke kamar hendak membersihkan badan dan dilanjutkan dengan Sholat Maghrib.

"Oke boy. Ditunggu diruang kerja Papa."

"Tumben anak Papa pake ijin dulu segala mau bicara juga. Apa sangat penting ya Pa." Mama Risa keheranan dengan Fahri yang tidak seperti biasanya.

"Paling mau membahas buat materi meeting nanti. Yasudah Papa ke kamar duluan mau mandi." Papa Fandi pun pamit meninggalkan sang istri yang masih sibuk menata Pisang bolen yang akan dikirimkan ke temannya sesuai request masing-masing.

Ada yang pisang bolen keju, coklat, durian dan masih banyak varian rasa.

Tok tok

Fahri yang hendak masuk kamar mandi berhenti setelah mendengar suara pintu kamarnya diketuk.

"Ya masuk" Pintu pun langsung terbuka karena memang tidak dikunci. Dan ternyata sang Papa lah yang masuk.

"Lho Papa kok nyusul. Ada apa?" Fahri menatap heran Papa Fandi yang langsung duduk di sofa samping ranjangnya.

"Apa yang nanti akan dibicarakan itu tentang Nadira?" Tanpa basa basi Papa Fandi langsung menodong Fahri dengan pertanyaan.

"Iya Pa. Darimana Papa tau?" Fandi menatap sang Papa penuh tanya.

"Fahri. Papa ini Papamu Nak. Matamu sudah mewakili sebelum ada penjelasan yang keluar dari mulutmu. Kalau hanya ingin membicarakan masalah pekerjaan gak akan ijin dulu. Papa tau kamu sangat mencintai Nadira. Kita sesama lelaki yang dibesarkan oleh seorang perempuan yang bernama Ibu. Tidak ada seorang ibu yang tidak menyanyangi anaknya seperti apapun itu. Termasuk Mamamu.

Mamamu orang yang sangat baik dan bijak. Begitupun Nadira adalah perempuan yang baik juga. Jadi Mamamu tidak mungkin tidak menyukai Nadira, mungkin ada alasan lain yang lebih kuat yang membuat Mamamu tidak mau menerimanya. Tapi bukan berarti Nadira tidak baik. Papa hanya minta padamu suatu saat nanti apabila Mama bercerita sesuatu fakta, Jadilah anak dan laki-laki yang bijak dalam menanggapi suatu kejadian. Kapan-kapan pertemukan Mamamu dengan Nadira. Bawa kesini biar saling kenal."

Panjang lebar Papa Fandy berbicara pada Fahri dengan diakhiri menepuk pundak putra semata wayangnya sambil membisikkan supaya memperkenalkan Nadira, kemudian beranjak pergi keluar dari kamar Fahri menuju kamarnya.

"Jangan lupa hari kamis ke Bandung. Papa gak mau ada acara tiba-tiba." Papa Fandy kembali dan melongokkan kepalanya dari balik pintu.

Fahri hanya mengangguk dan menatap punggung sang Papa yang mulai tidak terlihat dengan fikiran makin bingung karena seperti ada sebuah teka-teki benang merah dimasa lalu yang belum terungkap.

"Huff" Fahri membuang nafas secara kasar, kemudian melangkah menuju kamar mandi dan melanjutkan aktivitasnya yang yertunda tadi.

Masalah terumit adalah memikirkan hal yang masih menjadi misteri karena tidak akan ada ujungnya sebelum mendapatkan penjelasan 😊

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
☠@AngguN
wkwkekek saking diem dieman dalam mobil😄
☠@AngguN
memang lebih baik berpisah drpd banyak hati yg terluka
☠@AngguN
astaghfirullah
lucky gril
awalnya ngintip kok jadi keterusan sampai tamat❤❤❤
lucky gril
ternyata mak baca expresss tau2 udah tamat,makasih karya nya teh nei🙏🙏🙏
lucky gril: sama2 kk'yg mau nuangin karyanya di NT dan waktunya untuk menghibur mak yg kegabutannya ruaaarrr biasa😅
total 2 replies
lucky gril
kok perasaan mak ngga enak😔

jagain fahri atuhhh
lucky gril
SAH
lucky gril
si mm risa mau menodai pikiran kotor ke caca🤣🤣
lucky gril
guling nis itu🤣🤣🤣
lucky gril
bintang utamanya siapa y...kok tau2 fahri datang tanpa kejelasan hubungan siapa ....

masih membanggongkan ceritanya😯
lucky gril
loh kok rian ngga pamit sama orang tuanya nisa😟
lucky gril
wa'alaikum salam salam kenal dr mak di brebes😍
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Semoga berhasil ya bu
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Bener banget makanya dibilang cinta itu buta, tapi harus pake logika yah😂😂😂
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwkwwk pada senyum2 sendiri
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Wkwkwwk males amndi ternyata bukan cuman di novel, kenyataan juga begitu harus pada diomelin dulu padahal handuk udh dipegang dr tadi
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Nisa gak sadar dengan tingkah abstrudnya
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Ketahuan hayooo saling baperrr
☠ Atin 🍒𝐙⃝🦜
Kejedot bener dirasa in sama nisa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!