⛔BOCIL MENYINGKIR!!
Ameera Khansa adalah gadis yatim piatu yang menjadi tulang punggung untuk dua adiknya. Suatu malam ia dijebak sehingga ternodai oleh seorang CEO muda sebuah perusahaan terkemuka, Ghazi Finn Cullen.
Ameera menuntut tanggung jawab atas harta berharga yang sangat dijaganya selama ini, tetapi lelaki itu malah melemparkan uang sebagai harga keperawanannya. Finn juga menudingnya sebagai perempuan murahan yang rela menjual diri demi materi. Ia tidak tahu bagaimana kerasnya Ameera bekerja halal, meski butuh banyak uang untuk menutupi hutang, dan biaya berobat sang adik.
___
Ghazi Finn Cullen, seorang pria kaya raya penikmat kebebasan dan membenci keterikatan, terutama hubungan pernikahan. Ia butuh kekasih tetapi tidak merasa tidak butuh istri. Namun suatu hari, tindakan Ameera membuatnya terpaksa menikahi perempuan itu.
Bagaimanakah kehidupan pernikahan mereka?
FB/IG : Myoonaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Beginikah Rasa Kecewa Diblokir?
Di kamar ini ada dua orang, tapi sangat senyap. Finn tadi kembali masuk, berpura membuka lemari. Hanya dengan ekor mata ia mencuri lihat Ameera. Ingin menyapa lebih dulu, tapi lidahnya kaku, gengsi juga masih tinggi menguasai.
Siapa sih seorang Ameera sampai ia harus mengalah?
Beberapa menit masih begitu, sampai Ameera kembali keluar kamar, setelah mengenakan pakaian rapi dari ruang ganti.
Huh! Dia anggap dirinya siapa! Finn memilih mempertahankan ego.
\*\*\*
Berjalannya waktu, hubungan mereka makin asing, sampai tak terasa telah berbulan-bulan terlewat.
Finn menenggelamkan diri dalam proyek dan kantor yang memang memakan tenaga dan pikiran. Sedangkan Ameera, berkat dukungan teman dan sahabat yang mencintainya, mulai mengembalikan lagi semangat hidup yang sempat down. Ia harus kuat demi sang bayi yang diperkirakan akan lahir tiga bulan lagi.
"Mau tambah lagi?" Juna duduk di kursi depan perempuan berperut besar, yang sedang berkeringat usai habiskan semangkuk soup miso.
"Sudah, Jun, perutku sudah sesak." Ameera terima tisu yang lelaki itu berikan. Mengusap bibirnya yang basah kemerahan karena soup panas dan sedikit pedas.
"Enak banget ya? Aku ikut ngiler." Juna mengambil mangkuk bekas Ameera, ditaruh pada nampan pelayan laki-laki yang kebetulan melewati meja mereka berdua.
"Makan coba. Masakan sendiri harus dimakan juga."
Pria yang baru menambah tato kupu-kupu kecil di dekat nadi tangan kirinya ini menggeleng. "Aku masih kenyang tadi habisin onigiri sisa kamu."
"Sisa kok dimakan. Kan aku bilang mau dibawa pulang buat Tamtam."
"Bekas gigitan kamu sayang dibuang. Ntar aku jealous sama kucing."
Ameera memanyunkan bibir. "Awas, mulai lagi. Bumil kalau marah dua kali lipat tenaganya," ujarnya membual.
"Disayang kok marah? Istri wajib marah tuh kalo di-KDRT suaminya."
"Istri? Ngomongnya ke arah mana sih kamu, Junaa?" Ameera gemas. Juna suka memancingnya cerewet lagi setelah lama jadi pendiam dan perenung.
"Ngomongin kamu. Kamu seorang istri kan? Eh, calon istri maksudnya. Calon istri yang kutunggu," gombal Juna semringah.
"Aih! Makin nggak jelas. Kamu tuh suka ngelawak nggak sesuai sama tampang tauk. Harusnya kamu yang arogan, Jun." Ameera berdiri dari meja makan, menuju meja kerjanya sebelah sana.
Juna mengikutinya. "Jadi ngaku nih, dia yang ketampanan itu yang arogan? Bukan aku yang tatoan ini. Ahay! Pujiannya bikin makin semangat!"
"Ya dong, harus tetap semangat kerja meraih mimpi." Juna masih mau melanjutkan godaan, tapi terhenti saat lihat ada dua mobil pengunjung datang di parkiran depan. Pria muda itu segera cuci tangan bersiap bertugas.
"Nanti lagi ya, Bumil yang sekop beno... nyak kerja dulu," desis Juna memakai sedikit bahasa Lampung saat melewati mejanya. \*(*Sekop beno \= cantik banget. Nyak \= aku*)
Kebetulan tadi lagi agak sepi, cuma ada 4 meja terisi di depan sana, jadi keduanya bisa santai karena ada dua asisten chef standby di belakang.
Ameera bagian administrasi sekaligus bagian kreasi menu di kedai ini. Ia juga yang memastikan bahan diambil dari produsen berlabel halal. Sementara Juna bagian mengolah dan promosi di media sosial. Tapi keduanya sama-sama saling memberi masukan untuk pembenahan usaha ini, termasuk sedang perjuangkan nama paten usaha.
\*\*\*
Usai proyek berjalan lancar dan tekanan pekerjaan berkurang, Finn jadi punya banyak waktu luang. Saat beginilah mulai muncul kembali penasaran, apa saja yang Ameera lakukan selama mereka saling menjauh?
Ia sebenarnya masih geram dengan sikap Ameera yang angkuh. Tidak terlihat sedikit pun mau lebih dulu meminta maaf atau lebih dulu meminta berbaikan. Mulutnya seolah terkunci dan setiap kebetulan berpapasan rona wajahnya sangat datar.
Bukan sekali dua kali mereka bertemu muka di meja makan, atau tidur sekamar, tapi tidak ada satupun memulai bicara. Parahnya, Finn sampai tak tahu berapa bulan sekarang usia kehamilan Ameera, jelas sekali ia lihat perut itu sudah sangat membuncit.
*Apa dia sebentar lagi melahirkan*?
Kalau begitu sisa kebersamaan mereka sebentar lagi berakhir.
Pikiran Finn makin kuat mengingat Ameera karena tadi maminya bilang sang istri sempat pendarahan karena kelelahan. Ia mendapat tekanan Jayna harus bisa lebih menjaga istri, membujuk Ameera agar mau banyak istirahat.
Ya, Finn pikir demi kesehatan sang jabang bayi juga.
Pria berjas abu-abu ini pun gegas pulang, setelah menanyakan pada sopir tentang keberadaan Ameera.
\*\*\*
"Tamtam, ini, ayo makan yang banyak." Langkahnya menuju dapur, mencari perempuan itu terhenti, Finn bergerak mendekati pintu belakang.
"Uhh, pinteer... makan banyak biar anak-anaknya sehat."
'*Pantas saja tidak ada di kamar. Dia di sini*.'
Ameera duduk di kursi dekat dapur, area taman yang memisahkan rumah utama dengan paviliun tempat tinggal para pelayan, di pangkuannya ada kucing berperut besar sedang makan dari telapaknya.
Hiii! Kuduk Finn merinding. Sejak kapan ada kucing di rumah ini?!
Ia alergi bulu hewan lucu itu.
"Ha-hachim! Hachimm!" Bahkan pada bau khas kucing yang terbawa angin, walau seharum apa tetap saja terasa mengorek-ngorek rongga hidung. Hidungnya jadi gatal dan mata juga pedih.
"Ha-ha-hachim! Hachiiiimm!"
Ameera menoleh, heran padanya yang terus bersin tapi tak jua menjauh.
"Ayo, Tamtam kita pindah." Ameera menggendong kucing putih hitam itu menjauh ke kursi lain di sudut sana.
"A-Ameera." Setelah sekian lama tak membuka pembicaraan akhirnya Finn nekat memulai.
Ini sudah di kamar, Finn sengaja berjam-jam menunggu perempuan berambut indah itu masuk. Sekarang menjelang magrib, Ameera pasti ke kamar bersiap ibadah.
Tidak ada jawaban, hanya tolehan kepala dengan mata bertanya 'ya?'
AGH! Nyeri halus menyerang dada Finn. Baru Ameera yang berani cuek begini padanya selama hidup.
"Setelah kamu shalat kita bisa bicara?" tanyanya kaku.
Ameera mengangguk kecil.
Lumayan. Terasa sedikit lapang rongga dada Finn.
Ia melihat saja perempuan yang tubuhnya makin berisi itu keluar kamar mandi usai berwudhu. Wajah beningnya tampak makin segar. Rambut sudah diikat satu di atas.
"Ameera." Lagi Finn menyebut namanya.
"Ya?" Pertahanan Ameera sedikit terbuka, sambil memasang mukena di sudut sana ia menoleh, lagi dengan mata bertanya.
Finn kian tertantang nekat. Ia beranjak, lantas mendekat. "Sa-ya, ehm, aku mau shalat juga. Boleh?"
Kening Ameera mengerut. "Kenapa Mas harus izin? Shalat itu wajib." Kali ini matanya membulat. "Atau, Mas nggak pernah sholat ya?"
Ya ampun, demi apa Finn ingin sekali berguling-guling saking leganya akan respons panjang itu.
*Ternyata semudah itu membuatnya bicara*.
Finn menyesal kenapa baru sekarang berani memulai.
"Ayo, Mas wudhu dulu. Magrib waktunya singkat."
Finn masih terpaku memandangnya.
"Mas Finn?"
"Oh! Ya, oke." Ia bergerak akan ke kamar mandi, tapi baru dua langkah berhenti lagi. "Ameera, Bagaimana caranya?"
Perempuan itu menganga sejenak. "Cara apa, Mas?"
"Cara... wudhu. Aku lupa." Finn mengusap tengkuk menghalau gengsi dan malu.
"Subhanallah." Pantas selama ini ia belum pernah lihat pria itu shalat.
"Ayok, Mas. Kita keburu telat." Ameera mengajaknya ke kamar mandi. Wudhu kembali untuk memberi contoh agar Finn ikuti.
Untung ada dua keran di dekat wastafel, sepertinya desainer interior kamar mandi itu dulu membuat khusus untuk wudhu, tapi selama ini hanya dipakai Finn cuci kaki.
"Sholatnya Mas sudah bisa?"
"Hm, agak lupa." Finn masih sibuk melilit sarung tapi tetap jatuh.
Ameera mengambil ponsel, menghubungi Mang Darman yang sekarang tinggal di paviliun belakang.
"Mas ke paviliun. Mang Darman yang akan ajarin shalat."
"Oh, baik." Finn menurut, ia kali ini akan sangat berhati-hati bicara. Ia tak mau suasana hati Ameera kembali berubah.
\*\*\*
Ameera memang masih dingin, tak seceria dulu, tapi saat Finn ajak bicara semalam tetap mau disahut walau singkat. Ya, begitu saja sudah cukup melegakan.
Efeknya, pagi ini Finn ke kantor dengan perasaan lebih baik. Rasa berbeda dari bulan-bulan sebelumnya yang seolah dalam tekanan.
"Pagi, Pak."
"Pagi."
Karyawan yang berpapasan pun dibuat menganga. Mimpi apa semalam mendapat balasan sapaan dari si bos dingin?
Aldi juga kecipratan rejeki. Biasa ia sering jadi sasaran omelan, tiba-tiba diberi amplop tebal untuk uang sakunya liburan dengan sang istri.
"Bapak yakin saya boleh cuti?"
"Pergilah sebelum aku berubah pikiran."
"Alhamdulillahhhh!" Ingin sekali Aldi memeluk bos tercintanya itu.
Setelah menikah ia sempat dua kali mengajukan cuti, tapi ditolak terus. Hari ini benar-benar kabar baik, ia akhirnya bisa berbulan madu dengan Fathia.
Saat jam makan siang Finn kembali menyimpan kontak Ameera, setelah baru saja minta nomor dari Mang Darman.
Ia buka applikasi hijau, ingin lihat foto profil terbaru Ameera.
"Kenapa tidak ada?" Keningnya mengernyit. Foto profil Ameera tak terlihat, alias foto kosong seperti akun tidak aktif.
\[Tes\] Finn coba mengirim pesan.
Centang abu satu.
\[Ameera\] ketiknya lagi, lalu kirim. Tetap ceklis satu.
Finn coba telepon. Dan... ternyata tidak bisa dihubungi.
"Apa aku diblokir...?" gumamnya bernada amat pelan. Finn lantas mengurut pelipis yang tiba-tiba berdenyut.
*Beginikah rasa kecewa tau nomor kita diblokir*?
Skrang Lu sdar arti seorang Istri kan ?
Begitu jg Ameera, kapoookk
Untung aja saluran nafas lu masih Allah biarkan terpasang 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Lu bakalan ❤️ sm Ameera