Mengandung Anak CEO Arogan

Mengandung Anak CEO Arogan

Bab 1 Perjuangan Hidup Gadis Yatim Piatu

... Salam kenal teman-teman. Ini cerita pertamaku di Noveltoon. Mohon dukungannya ya. ...

...Happy reading.......

...🌼🌼...

"Kak Am... rasanya lemes...." Gadis kecil kurus, berkulit pucat itu berkata pelan pada Ameera di belakang kursi rodanya.

"Adek mau masuk sekarang?"

"Hu um... ga jadi deh berjemurnya. Naja ngantuk...."

"Ya, nggak apa, istirahat dulu. Nanti Adek bisa minta Mbak Yuni antar keluar kalo bosen di kamar." Perempuan berambut panjang itu kembali mendorong kursi roda Naja masuk rumah dari pintu samping. Sengaja berpura tak melihat dua ibu tetangga yang berbisik-bisik, menunjuk juga melirik ke arahnya dan adik.

Di lingkungan ini beberapa tetangga yang tumpul hati menganggap dia dan dua adiknya layak dijauhi. Selain keadaan Naja, kondisi ekonomi mereka juga jadi penyebabnya. Tetangga takut direpotkan dan diutangi.

"Kak, kenapa Mbak Yuni? Bukan Bu Aya...? Bu Aya berenti ya? Ga mau jagain aku lagi...?" tanya Naja usai baring di tempat tidur. Sang kakak sulung menyeka keringat dingin di keningnya dengan handuk kecil.

"Bu Aya kebetulan sibuk, Dek." Ameera mengusap pelan rambut yang semakin menipis. Hatinya ngilu setiap melakukan ini, merasa belum bisa berbuat banyak untuk menyembuhkan Naja.

Yuni yang sudah setahun menjaga Naja telah menyerah. Wanita itu sempat minta gaji naik lagi dua kali lipat, seperti dua bulan lalu sebelum bilang tak bisa bekerja lagi. Memang sulit mencari sosok telaten mengurus Naja yang lebih banyak di tempat tidur, sementara Ameera harus bekerja melebihi batas normal karyawan lain, jika hanya habis untuk membayar pembantu berlipat-lipat besarnya ia belum mampu.

Gaji Ameera di restoran setengahnya habis untuk bayar hutang almarhum bapak. Itupun terus berbunga 25 persen dari sisa pinjaman pokoknya. Sisanya untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya berobat Naja, selain harus cuci darah dua kali seminggu.

"Apa Mbak Yuni baik, Kak?"

Gadis berkulit putih bersih itu mengangguk. "Menurut kak Am dia baik kok Dek. "

"Ohh... aku takut kayak Mbak Cicin dulu... suka mukul, suka nyubit...." Gadis 9 tahun itu bicara dengan nada lemah, matanya sudah terpejam.

"Jangan khawatir, nanti kakak minta tolong Mbok Arti nengok-nengok ke sini sambil nunggu Sami pulang. Kalau ada apa-apa Adek kan juga bisa telepon kak Am."

Tidak ada lagi sahutan dari Naja. Napasnya sudah teratur dengan sedikit dengkuran halus.

"Yang kuat, Dek. Semangat. Kakak juga akan makin melihatmu." Ameera mengecup keningnya sebelum menarik selimut hingga dada gadis kurus itu.

Naja bisa tertidur lagi begini, kapan saja saat lemas menyerang. Setelah kedua kakinya hilang fungsi, usai kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya menyusul sang bapak, ginjal Naja juga mulai tak sehat setahun belakangan.

\*\*\*

"Pantas saja Aya kagak betah, disuruh ngurus orang sakit tapi dibayar murah. Cihh! Mending kerja tempat laen! Banyak yang mau bayar mahal." Sindiran itu Ameera dengar saat menyapu selasar. Banyak daun kering gugur sampai halaman.

Sami sudah berangkat sekolah setengah enam tadi, sementara ia berangkat jam delapan nanti menunggu Yuni datang.

"Kite nih ye, kalo udeh miskin, kudu sadar! Coba tuh si adekye diurus sendiri, kagak usah sok gaya bayar pembokat!" sahut suara lain, amat khas di telinga Ameera.

"Jeng Mumun bener. Gayanya udah kayak orang kaya. Jangankan buat bayar orang, kudengar utang bapaknya sampai sekarang belum lunas. Paling bentar lagi ditagih sama Bondan."

"Biarin! Kita tetangga mah kagak bisa ngapa-ngapain."

"Jadi penonton aje ye, Jeng. Haa...."

Tawa tiga suara wanita dari balik tembok rumah sebelah membuat kuping Ameera merah.

"Woii! Pagi-pagi ngegosip aje, Bu-ibu," ucapnya sembari mendekati pagar. Tiga ibu di sebelah hening. Kebiasaan, pagi begini, setelah para suami berangkat kerja beberapa emak suka kumpul nunggu tukang sayur, sembari ngegosip tentunya.

"Bukan gosip kalau kenyataan, Mbak."

"Iye. Betul! Gosip ntu kalo berita bohong. Ini kan kejadian di depan mata." Mumun si pemilik rumah menambahi.

"Apapun alasannya tetep aja menggunjing orang itu ibarat makan bangkai. Bayangin aja gimana rasa makan daging orang yang sudah mati?"

Tiga tetangga itu mendesis-desis entah bicara apa. Ameera melanjutkan nyapu, lalu kembali masuk usai menyapa ramah si pedagang sayur yang baru berhenti.

\*\*\*

"Udah kerja aja. Gimana dengan adek lo?" Silvi mendekati Ameera saat ia baru masuk area bar. Perempuan berambut lurus pirang itu kerja shift kedua, sedangkan Ameera seperti biasa, meski bekerja sejak buka tak pulang karena masih lanjut hingga jam tutup.

"Naja baik. Sudah bisa kutinggal, Sil." Kemarin Ameera pulang cepat usai ditelepon karena adiknya drop.

"Yakin lo? Dia dirawat di rumah aja? Ga lo bawa ke rumah sakit, Ra?" Gelengan Ameera membuat Silvi terus memepetinya sembari menaikkan kedua alis. "Kok, gue khawatir ya, Ra. Adek lo itu gak sakit biasa loh, bisa-bisa koma kayak waktu itu lagi kalo lo lengah. Daripada mentingin kerjaan, mending lo-"

Silvi urung lanjutkan kalimat karena mendapat tatapan tajam dan dingin. Ameera berbalik meninggalkannya usai cuci tangan di wastafel.

"Sorry, Ra, bukan maksud gue gimana-gimana sih. Ga salah dong kalo gue nilai lo kayaknya lebih mentingin kerjaan dibanding fokus rawat Naja." Silvi tanpa rasa bersalah terus mengejar langkah Ameera yang akan mengambil pesanan makanan di bar dapur.

"Aku nggak hidup dari pandangan orang, Sil. Silakan aja nilai sesukanya. Yang tau masalahku kan cuma aku sendiri. Cukup ya," tekan Ameera sedikit dengan nada dingin.

Silvi malah terkikik. Entah lucu di bagian mana dari kalimat Ameera barusan. "Lo aneh. Sebagai temen, gue, ato kami di sini cuman bisa negur, Ra. Keputusan apapun kemudian ya terserah lo. Cuman ya kasian aja ama adek lo. Semoga gak jadi penyesalan deh."

"Maksudmu apa?"

Silvi menipiskan bibir. "Gue gak bisa jelasin, lo pikir aja sendiri penyesalan gimana."

Ameera menghela napas panjang, agar tak tambah terbebani atas tanggapan orang tentang hidupnya.

\*\*\*

"Ayo, semangat! Semangaat! Fokus!" Semakin malam kepala pelayan aktif menyalurkan semangat untuk puluhan waiter dan waitress yang hilir mudik mengambil dan mengantarkan pesanan, termasuk Ameera.

Meski ramping, betis gadis 24 tahun itu sudah biasa setengah lari bergerak. Ia bekerja sejak 5 tahun lalu di sini, dua bulan usai lulus SMA. Ia menganggap pekerjaan ini adalah keberuntungan, seorang gadis biasa tanpa prestasi bisa diterima dengan bayaran cukup tinggi, meski saat itu masih diterima sebagai pelayan Tim Kebersihan.

"Lihat gak, si tampan udah dateng tadi. Aih, tenaga gue tambah berlipat-lipat lihatnya."

"Gue juga. Fokus gue langsung pindah ke dia. Hmm, mukanya emang kayak malaikat turun dari langit," timpal satu rekan waitress yang Silvi ajak bicara. Mereka sedang bersamaan mengambil pesanan ke belakang.

"Sengaja tadi sedikit dekat. Wuihh, parfumnya memabukkan. Kebayang gimana rasanya dipelukiin," desah Silvi sedikit manja.

"Oh my Gosh... dia barusan lirik gue! Nyess! Napas gue rasa putus tau gak! Ampuuun matanya biru, tatapannya daleeem. Suami-able banget! Mimpi apa gue, Ca? Ya Tuhan ... gua pingin koprol sepuluh kali gegara tatapannya aja. Gimana kalau jadi laki gue ya...." Usai antar pesanan Silvi menahan diri lebih histeris lagi di belakang, dengan gemas memeluk dan mengecup nampan di tangannya.

"Kerja! Kerja!" Ameera menahan senyum melihat Silvi langsung tergeragap mendapat teguran sang manajer killer. Nampan yang nyaris jatuh membuat kening perempuan itu kepentok sudut meja.

Para perempuan di sini memang sedang menggilai pelanggan yang katanya tampan seperti dewa Yunani. Ameera belum tahu yang mana, sebab menurutnya semua pengusaha muda yang sering kumpul di restoran mereka punya tampang nyaris sempurna. Ia tak sempat perhatikan satu persatu.

Selain mengerjakan tugas sebaik ia bisa, pikiran Ameera kadang terbagi, mencuri-curi ngecek ponsel agar tak lengah kabar tentang dua adiknya di rumah.

Kebetulan di area eksklusif dibooking petinggi perusahaan besar ibukota. Semua jadi sibuk karena hampir ratusan karyawan datang menikmati pesta makan-makan kali ini.

"Ra, lu tolong antar ini ke meja 5, ya! Gue kebelet!" Seorang waiter menyodorkan nampan pada Ameera.

"Eh!" Tangan kiri Ameera terpaksa menerima baki yang di atasnya ada tiga gelas Ice Juice. Untung sudah terlatih, tak masalah jalan cepat dengan satu tangan memegang nampan berbobot lumayan, satu tangan lain mendorong trolley penuh.

Dari meja 5 ia bergerak menuju meja 9 yang tersusun dari beberapa meja memanjang. Puluhan eksekutif muda duduk memenuhi kursi di sisinya.

Kenapa secara kasat mata saja tahu kalau mereka itu para pengusaha muda? Ya, karena jelas ada perbedaan mana karyawan dan mana para petinggi. Dari gaya duduk dan gaya bicara yang tak sepenuhnya lepas dari sikap formal, belum lagi pesanan makanan dan minuman mereka hampir semua pasti premium. Salah satunya seperti Deep-Fried Swan Dumpling with Black Pepper Duck Meat, atau Caramalized butter prawns yang Ameera sajikan sekarang.

Dengan senyum ramah Ameera sajikan dan persilakan dinikmati. Tanpa ia sadari seseorang sejak lima detik tadi enggan melepas pandang darinya, hingga ia berbalik untuk mengambil pesanan selanjutnya.

Pria berjas abu itu lantas berbisik pada seorang rekan di sebelah, yang langsung mengangguk setelah refleks melirik punggung Ameera di sana.

\*\*\*

"Ini pesanan ke Luxury Apartemen. Ada asistennya yang akan menunggumu untuk akses masuk di sana." Pukul 10 malam, artinya 1 jam lagi waktu pulang, tapi Ameera tak bisa menolak perintah sang manajer.

Restoran ini memang memberi pelayanan lebih untuk para pelanggan setia, yang sudah royal menguras dompet demi cicipi makanan dan minuman istimewa pemanja lidah mereka. Bagaimana tidak, restoran mendapat pemasukan dua kali lipat harga pesanan tersebut.

Selama bekerja, Ameera merasa terbantu jika mendapat tugas begini. Artinya, seminggu ke depan gajinya aman, tak akan diambil untuk biaya makan dan uang saku Sami.

Sampai di kamar ia diantar seorang pria berkemeja putih. Ameera yakin itu asisten atau mungkin pengawal si pemilik apartemen.

"Silakan tunggu. Tuan masih di kamar," ucap lelaki itu datar usai menyampaikan kedatangannya pada seseorang di dalam kamar.

Perasaan Ameera sedikit tak nyaman, biasanya ia mengantar pesanan hanya ditaruh di meja tamu atau diterima seseorang lalu segera pergi setelah mendapatkan tip.

"Hei, ngapain diam di situ? Masuklah. Tolong taruh di meja ya. Uang tipmu di sana. Ambil saja." Lelaki bertubuh tinggi, berambut pendek hingga bagian atasnya berdiri menunjuk pintu kamar yang terbuka lebar, sebelum menuju pintu keluar.

"Baiklah."

Ameera kira pemilik kamar itu pria tadi. Dengan bodohnya ia mengira kamar ini kosong.

"M-maaf. Permisi." Mendengar itu, lelaki yang sedang melepas kaus hingga terlihat tubuh atletisnya menahan gerakan. "Saya permisi, Pak. Saya dari Perfecto Resto, baru saja diminta menaruh pesanan ini di meja."

Ameera gegas menyimpan tiga botol minuman berharga fantastis itu, mengambil uang tip yang ditindih bolpoin.

"Yakin kamu cuma antar pesanan...?" Ia tersentak, pertanyaan itu terdengar sangat dekat di telinga.

Sejak kapan lelaki tadi ada di balik punggungnya.

"Ya, Pak. Sa-saya permi-"

Belum sempat membalik badan, tubuh mungilnya sudah direngkuh dua lengan kokoh.

Kulit dengan otot keras dan padat tanpa baju itu membuat Ameera sesak seketika.

"Apa mau anda! Lepaskan saya!" Hanya itu kalimat terakhir Ameera sebelum lelaki asing bertindak seperti singa kehausan di padang gersang, yang melihat dirinya seolah mata air jernih penawar dahaga. Harus direguk hingga terpuaskan.

...Pliss, bantu tap vote dan komentar yap. Makasiih 🙏...

Terpopuler

Comments

Lima Hefi

Lima Hefi

masih awal lmyan manarik,smga crta nya gk mmbosankn..smngat ntor

2024-02-25

0

Daryati Idar

Daryati Idar

semangat ameera

2023-11-15

0

Hamsi

Hamsi

salam kenal kk

2023-08-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!