Revenge Abandoned Princess

Keadaan Rou sungguh sangat berantakan. Mereka kesulitan dalam hal makanan dan pakaian bersih. Bayangkan saja, semua salju mencair, itu menjadi mirip dnegan banjir besar atau air yang menggenang dalam jumlah banyak. Sebagian dari warga menuju ke istana, namun mereka tidak mendapatkan apapun karena gerbang istana tertutup rapat.

Padahal baru dua hari setelah kejadian salju mencair, namun semuanya terlihat sangat kesulitan.

Kabar tentang Rou yang kehilangan salju abadinya pun menjadi topik pembicaraan yang hangat. Beberapa rumor muncul. Dimana rumor tersebut berisi tentang alasan mengapa Rou tidak lagi seperti dulu.

"Pasti itu karena putri yang dibuang."

"Ya benar, putri yang disia-siakan itu membawa Rou pada kehancuran."

"Meskipun berasal dari darah rendahan, seharusnya keluarga raja dan rakyat Rou tidak memperlakukannya dengan buruk."

Begitulah isi rumor yang tersebar di berbagai negara. Dan ketika rombongan ekspedisi penjelajahan gunung es melintas di sebuah kota, mereka mendengar hal itu. Baik Arinsa, Glencia, Glen dan Killian, mereka tentu terkejut dengan kabar yang tersebar.

"Maaf, apa tadi yang dikatakan orang itu benar bahwa negara Rou sudah tidak ada salju lagi?"

"Benar Tuan, keadaannya sungguh luar biasa parah. Padahal baru 2 hari, tapi keadaan sangat kacau."

"Oh begitu, baik terimakasih."

Arinsa mengerutkan alisnya dan yang lain saling pandang setelah mendengar penjelasan dari pemilik kedai makan yang mereka singgahi.

"Arinsa?" panggil Glencia. Dia melihat gadis itu melamun.

"Ah ya, aku sedang berpikir apa mungkin yang kutemui waktu itu adalah Naga Es?"

"Maksud kamu, cerita yang waktu itu kamu menghilang seharian?"

Arinsa mengangguk. Waktu itu dia sang naga memang tidak menyebutkan identitasnya. Ketika Arinsa bertanya apakah naga itu mengenal Naga Es, dia tidak menjawab apapun.

"Ayo kita bergegas kembali ke Rou. Mulia dari sini, kita akan menggunakan gate teleportasi saja," ucap Glen. Mereka harus segera tahu untuk memastikan apakah rumor yang beredar itu benar adanya atau tidak.

"Kalau begitu, kita harus berpisah di sini, Glen. Aku harus kembali ke Aterna."

"Baik terimakasih untuk bantuannya, Killian."

Keikutsertaan Killian tentu tidak boleh diketahui oleh keluarga kerajaan Rou. Aterna tidak boleh terlihat terlibat, agar semuanya terjadi sesuai dengan rencana.

Setelah keluar dari kedai makan, mereka berpisah. Glen memerintahkan penyihir untuk memindahkan dirinya, Arinsa, Glencia dan Gilman lebih dulu. Setelah itu baru pasukan Adentine.

Di sisi lain, Raja Flamenco tengah sangat kebingungan. Permintaan bantuan tak kunjung dia dapatkan. Sedangkan persediaan bahan makanan di gudang istana sudah mulai menipis.

Ariga pun hanya diam, dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Malah saat ini pria tersebut tampak seperti orang yang linglung ketika menyaksikan apa yang terjadi di luar.

Dayang pribadinya memilih keluar dari istana karena mengkhawatirkan kedua orang tuanya. Kondisi Rou yang parah tersebut membuat semua orang menjadi tidak bisa berpikir jernih. Beberapa dayang istana dan pelayan, memilih keluar dari istana untuk pergi dari Rou. Apalagi mereka tahu kalau istana tidak akan mengeluarkan apa yang mereka miliki untuk membantu rakyat.

"Ibu, kenapa ini bisa begini?"

"Ariga! Sudah berapa kali dalam satu hari ini kau bertanya begitu. Dari pada hanya tanya lebih baik kau melakukan sesuatu. Sekarang kita masih bisa makan, tapi tidak tahu besok atau lusa."

Tatu Beatrix memijit keningnya yang berdenyut, dia sungguh kesal dengan putra semata wayangnya itu. Bagaimana Ariga bisa tidak melakukan apapun dan hanya berdiam diri. Ratu Beatrix sungguh tidak mampu bicara apa-apa kepada sang putra.

TBC